Mohon tunggu...
MAULIDHA INDRA CHUSNURAAFI
MAULIDHA INDRA CHUSNURAAFI Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

saat ini sedang menekuni pendidikan D4 Teknologi Radiologi dan Pencitraan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemeriksaan MRI Brain pada Kasus CVA

21 Mei 2023   21:08 Diperbarui: 21 Mei 2023   21:21 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ABSTRAK

Latar Belakang: MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan pemeriksaan non invasif yang memanfaatkan kekuatan medan magnet yang tinggi untuk menghasilkan gambar. Pemeriksaan MRI Kepala Non-Kontras di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya menggunakan rangkaian rutin Axial DWI b1000, Ax T2 Flair FS, Ax T2 Propeller, Ax T1 FSE, MRA TOF, Ax T2*GRE. Dengan adanya suspect CVA Infark, maka akan dilakukan pemeriksaan MRI Kepala dengan ASL 3D Tanpa menggunakan media kontras gadolinium.

Metode: Pada penulisan artikel ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study) yang merupakan salah satu bentuk penelitian kualitatif yang berbasis pada pemahaman dan perilaku manusia berdasarkan pada opini manusia. Masalah yang kami ambil dalam artikel ini adalah  dapat berupa fenomena pemeriksaan MRI Brain pada kasusu CVA.

Hasil: Berdasarkan hasil analisis, didapatkan hasil gambar Axial DWI b1000, Axial T2 Flair FS, dan Axial T2 Proppeller menunjukkan gambaran hyperintense yang menandakan adanya patologi di area perbatasan. Penambahan 3D ASL digunakan untuk menentukan CBF (Cerebral Blood Flow).

Kesimpulan: Magnetic Resonance Imaging atau MRI Brain adalah pencitraan diagnostik yang umum dilakukan untuk diagnosis tumor otak, stroke, dan perdarahan intrakranial. MRI Brain memiliki sequence routine yang sering digunakan yaitu meliputi Ax DWI b1000, Ax T2 Flair FS, Ax T2 Propeller, Ax T1 FSE, MRA TOF, Ax T2* GRE, untuk mendiagnosis klinis suspect CVA Infark. Pemeriksaan 3D ASL dapat memberikan informasi mengenai cerebral blood flow yang dapat membantu radiolog dalam menegakkan diagnosis.

Keyword:  CVA Infark, 3D ASL, Magnetic Resonance Imaging.

 PENDAHULUAN

Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu pemeriksaan radiologi yang tidak lagi menggunakan pancaran sinar-X, akan tetapi menggunakan gelombang elektromagnetik, sehingga tidak menggunakan radiasi yang ter-ionisasi. MRI bekerja menggunakan gelombang elektromagnetik dengan memanfaatkan hydrogen yang terdapat dalam tubuh manusia yang pada dasarnya 80% tubuh manusia merupakan air (hydrogen). Dengan memanfaatkan sifat hydrogen pada gelombang elektromagnetik, maka akan dipancarkan radiofrequensi sehingga dihasilkan gambaran citra tubuh manusia.

Keakuratan informasik diagnostic yang dihasilkan pada pencitraan MRI bergantung pada penggunaan sequen dan parameter yang digunakan sesuai dengan klinis pasien. Pemilihan sequen yang tepat pada pemeriksaan MRI akan mampu menghasilkan memperlihatkan patologis yang menjadi penunjang diagnosis pemeriksaan selanjutnya. Selain itu pemilihan parameter yang sesuai juga akan mampu menghasilkan gambar anatomi dan patologis jaringan tubuh dengan baik.

Menurut Westbrook (2014) indikasi dilakukannya pemeriksaan MRI Brain sebagai berikut Multiple sclerosis, infark, hemorage, infeksi, trauma, dan tumor/metastasis disease. MRI dapat memeperlihatkan biologi stroke secara real-time, dan dapat bermanfaat bagi manajemen klinis pasien, terutama pada pasien stroke yang disebut juga dengan Cerebrovascular accident (CVA). Menurut World Health Organization (WHO) stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik, baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak (Victor, M. dan Ropper A.H., 2001).

Stroke termasuk penyakit serebrovaskular yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya  aliran darah dan oksigen ke otak. Istilah stroke memang banyak digunakan, namun bukan merupakan istilah yang tepat untuk definisi awal dari defisit neurologis secara tiba-tiba. Secara klinis, kondisi ini sering disebut cerebrovascular accident. Stroke atau cerebrovascular accident adalah gangguan pasokan darah otak yang dapat terjadi karena beberapa kondisi patologis termasuk aterosklerosis, trombosis, emboli, hipoperfusi,  vaskulitis dan stasis vena yang dapat mempengaruhi pembuluh otak dan  menyebabkan stroke (Turanjanin et. al., 2012).

METODE

Pada penulisan artilek ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Penelitian studi kasus (case study) adalah salah satu bentuk penelitian kualitatif yang berbasis pada pemahaman dan perilaku manusia berdasarkan pada opini manusia (Polit & Beck, 2004). Subjek dalam penelitian dapat berupa individu, group, instansi atau pun masyarakat. Dalam proses penelitian, terdapat beberapa langkah yang dibuat, yaitu, menentukan masalah, memilih disain dan instrumen yang sesuai, mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh dan menyiapkan laporan hasil penelitian. Hasil akhir dari penelitian adalah suatu gambaran yang luas dan dalam suatu fenomena tertentu. Masalah yang kami ambil dalam artikel ini adalah  dapat berupa fenomena pemeriksaan MRI Brain pada kasusu CVA.

PEMBAHASAN

Terdapat seorang wanita berusia 42 tahun diperiksa MRI Brain Non-Contrast karena diduga mengalami CVA Infract hemipharese dextra. Kondisinya tak sadarkan diri setelah makan malam, dan dibawa ke Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Surabaya untuk dilakukan observasi dan pemeriksaan MRI. Instalasi Radiologi di Rumah Sakit tersebut dilengkapi dengan aplikasi sequence 3D ASL untuk memudahkan diagnosis CVA Infract hemipharese dextra pada pasien.

Pada Instalasi Radiologi RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya, pemeriksaan MRI Brain Non-Contrast dilakukan menggunakan alat MRI GE 1,5 T Signa Explorer dengan Neuro Vascular (NV) Coil. Pasien diposisikan terlentamg pada couch MRI dengan earplug atau headphone untuk fiksasi dan kenyamanan pasien. Kemudian dilakukan scanning menggunakan sequence MRI Brain routine yang meliputi Ax DWI b1000, Ax T2 Flair FS, Ax T2 Propeller, Ax T1 FSE, MRA TOF, Ax T2* GRE, untuk mendiagnosis klinis suspect CVA infarct. Hasil citra dari sequence tersebut adalah sebagai berikut:

Setelah pemeriksaan MRI Brain non contrast, didapatkan hasil gambaran restricted area pada beberapa bagian otak. Untuk memperjelas hasil tersebut, dilakukan penambahan sequence 3D ASL untuk mengetahui CBF. Dengan demikian, dokter dapat menentukan diagnosis dan tindakan selanjutnya untuk pasien. Pada daerah capsula interna, thalamus, globus pallidus, putamen, dan corona radiata kiri. Selain itu, MRA TOF menunjukkan adanya penyumbatan pada pembuluh darah LICA. Karena ada kemungkinan jaringan otak tersebut menjadi jaringan necrotic akibat kurangnya suplai darah, maka dilakukan sekuen 3D ASL untuk mengetahui cerebral blood flow. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dari pemeriksaan 3D ASL pada MRI brain, radiografer perlu memperhatikan parameter Post Labeling Delay (PLD) dan posisi kepala pasien. Posisi kepala yang baik sangat penting untuk menghasilkan gambar yang simetris dan terhindar dari artifact.

KESIMPULAN

Magnetic Resonance Imaging atau MRI Brain adalah pencitraan diagnostik yang umum dilakukan untuk diagnosis tumor otak, stroke, dan perdarahan intrakranial. Modalitas pencitraan ini menggunakan medan magnet kuat dan denyut frekuensi radio untuk menghasilkan gambaran struktur internal tubuh secara detail. MRI Brain memiliki sequence routine yang sering digunakan yaitu meliputi Ax DWI b1000, Ax T2 Flair FS, Ax T2 Propeller, Ax T1 FSE, MRA TOF, Ax T2* GRE, untuk mendiagnosis klinis suspect CVA Infark.

Ketika didepatkan hasil gambaran restricted area pada beberapa bagian otak, maka perlu dilakukan penambahan sequence 3D ASL untuk mengetahui CBF. Pemeriksaan 3D ASL dapat memberikan informasi mengenai cerebral blood flow yang dapat membantu radiolog dalam menegakkan diagnosis.

DAFTAR PUSTAKA

  • Kartikasari, Y., Irwan Katili, M., Rochmayanti, D., Aprilia, N., Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi, J., & Kemenkes Semarang, P. (2020). Perbedaan Informasi Citra Anatomi sekuen Diffusion Weighted Imaging (DWI) antara Penggunaan Propeller dengan tanpa Propeller pada Pemeriksaan MRI BRAIN dengan Kasus Store. Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD), 6, 36 48. http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jimed/index
  • Noerjanto, M., 2002. Masalah-masalah Dalam Diagnosis Stroke Akut. Management of Acute Stroke. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
  • Polit, D. & Beck, C. (2004). Nursing research: Principle and methods. (7th edition). Philadelphia: J.B. Lippincott Company
  • Snell, Richard S. (2010). Clinical Neuroanatomy 7th Ed. Lippicott Williams and Wilkins.
  • Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 6. Terjemahan: dr. Brahm U. Pendit. Editor: dr. Nella Yesdelita. Jakarta:  Penerbit Buku Kedokteran EGC.
  • Victor, M. 2001. Principle of Neurology, Seventh edition. Mc Graw Hill Book Company, NewYork.
  • Westbrook C., Roth, C.K.; 2014, "Handbook of MRI Technique 4th Edition", Blackwell Science Ltd, UK
  • Yuliani, Dian. Rauf, Nurlaela. dan Abdul, Bannu. 2017. "Perbandingan Parameter Waktu Relaksasi Transversal PROPELLER dan Waktu Relaksasi Transversal FLAIR pada Citra MRI (Magnetic Resonance Imaging)" Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun