Mohon tunggu...
Maulidar Yusuf A
Maulidar Yusuf A Mohon Tunggu... -

Maulidar Yusuf A Hamid, Mahasiswi TEN 2009 IAIN Ar-Raniry Aceh

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Penyair Nanggroe

11 Mei 2012   01:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:27 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Penyair Nanggroe

Oleh: Maulidar Yusuf

Jika ada sajak yang lebih dahsyat dari pada petir

Kami ingin menyerap seluruh daya listrik yang dimilikinya

Ingin kami gencarkan arusnya diseluluh jagat ini

Agar mereka tahu, sedahsyat itu jiwa kami ingin berontak

Pada cicit kedidi yang tlah lupa akan sayap yang menerbanginya hingga sampai dilubung padi

Pada pinang-pinang kuning yang tak lagi menghargai batang yang pernah bersusah payah merangkak mengalirkan hara

Pada seulanga yang lupa kelopak pelindung masa rapuhnya

Pada mereka yang tak lagi menganggap ada cinta dalam aksara kami, bukan sekedar mencerca tanpa arah

Kamilah para penyair

Tak ada susunan aksara menyerah dalam deret yang kami rangkai

Tak pernah sekalipun kami berkenalan dengan lelah, meski beribu gunung ranjau tlah kami lalui demi sebongkah batu asah

Agar pena kami tetap runcing, tajam

Kamilah para penyair

Yang senja kami selalu gerah kala putih kau nodai

Kamilah para penyair

Meski malam rangkang, bantal, selimut kami kau incar, kami tak gentar

Kami akan terus berputar hingga poros kami sampai kekerak bumi

Kami tetap menjerit dalam lengkingan yang meluruhkan juntai permata dilangit

Agar mereka tahudikerak bumi ini ada kejujuran, kearifan, kebijaksanaan, keadilan, kesetiaan, pengorbanan yang tertimbun , lalu berharap seluruh permata langit tertelan ketika luruh

Kemudian masuk, mendekam dalam perut, yang perlahan akan mengkristal, dan akhirnya kedamaian terperangkap dijiwa kita semua

Inilah maksud kami yang terangkul dalam sajak untuk nanggroe....

Tanoeh Riencong, 9 Februari 2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun