Mohon tunggu...
maulidah putri
maulidah putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mengekspresikan pemikiran

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pentingnya Menanamkan Nilai Moral dalam Bersikap Sejak Dini

7 November 2022   20:32 Diperbarui: 10 November 2022   07:08 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

moral sendiri terbagi menjadi beberapa macam perilaku, yakni seperti perilaku moral, perilaku tak bermoral dan perilaku amoral atau  perilaku non moral. 

Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu, atau perilaku yang diharapkan dari suatu kelompok tertentu. misalnya apabila lewat di depan orangtua sebaiknya kita nunduk dan sopan santun terhadap sesama manusia. Selain perilaku moral itu sendiri ada juga perilaku tak bermoral, perilaku tak bermoral adalah perilaku yang sesuai dengan harapan sosial yang disebabkan ketidaksetujuan dengan standar sosial atau kurang adanya perasaan  harus menyesuaikan diri pada suatu tempat, misalnya menyontek, iseng kepada teman, dan lain sebagainya. 

Sementara itu, perilaku yang lainnya adalah perilaku amoral atau perilaku non moral yakni perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial. akan tetapi, hal ini lebih disebabkan oleh ketidak acuhan terhadap harapan kelompok sosial daripada pelanggaran yang di sengaja terhadap standar kelompok tersebut, misalnya memaksa orang lain untuk suka kepada kesukaan kita, seperti kita suka musik dan kita memaksa orang lain untuk suka musik juga. 

Sebuah penelitian yang diterbitkan di journal of social science menjelaskan bahwa, moral merupakan sistem aturan yang mengatur interaksi sosial dan hubungan sosial-individu dalam masyarakat dan di dasarkan pada konsep kesejahteraan, keadilan dan hak. oleh karena itu, pada hakikatnya nilai-nilai moral adalah ciri-ciri kepribadian yang membimbing setiap orang untuk membuat penilaian dan keputusan berdasarkan apa yang dianggap benar atau salah oleh masyarakat atau kelompok tertentu. 

inilah sebabnya mengapa setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap berbagai situasi. dan hal tersebut juga menunjukkan bahwa nilai-nilai seseorang adalah cerminan dari lingkungan tempat mereka dibesarkan. 

Namun beberapa diantara perilaku menyimpang anak kecil di kehidupan sehari-hari  seperti diatas lebih bersifat amoral daripada non moral karena pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki skala penilaian dan sebaliknya. tiap anak juga harus diajari standar kelompok yang benar dan salah sebelum anak masuk sekolah karena belajar berperilaku dengan cara yang disetujui masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut hingga remaja.

sedangkan pengertian perkembangan moral sendiri merupakan  perubahan penalaran, perasaan dan perilaku seseorang tentang standar benar atau salah dalam berinteraksi dengan orang lain.

Tahap-Tahap Pekembangan Moral

Menurut piaget dalam pengamatan dan wawancaranya, ia mengemukakan bahwa anak  berusia 4-12 tahun telah melewati 2 tahap yang berbeda dalam cara berpikir moralitas, 2 hal tersebut antara lain :

Tahap moralitas heterogen ( 4-7 tahun)

Tahap  ini merupakan tahap yang tidak bisa diubah dan dikontrol orang  (absolut) karena pada tahap ini dialami oleh anak yang berusia 4-7 tahun. anak berpikir bahwa peraturan di lingkungan dibuat oleh orang dewasa dan terdapat pembatasan-pembatasan dalam bertingkah laku. pada tahap ini juga, anak menilai kebenaran atau kebaikan tingkah laku berdasarkan konsekuensinya yang diturunkan oleh sebuah otoritas yang berkuasa.

tahap ini juga anak berpikir bahwa mereka tidak berhak membuat peraturan sendiri, melainkan dibuatkan peraturan oleh orang dewasa.

Tahap Moralitas Otonomi  (7-10)

Pada tahap ini anak berada dalam tahap transisi dan menunjukkan sebagian ciri-ciri dari tahap pertama yakni pada tahap ini anak mulai sadar bahwa peraturan dibuat oleh manusia secara realistis  dan pada masa ini anak juga percaya bahwa ketika mereka melakukan pelanggaran maka otomatis akan mendapatkan hukumannya. oleh karena itu,  hal ini seringkali membuat anak merasa khawatir  dan takur besalah namun disi lain ketika anak mulai berpikir secara heteronom, anak akan mulai menyadari bahwa hukuman terjadi apabila ada bukti melakukan pelanggaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun