Banjarharjo, desa yang menjadi bagian Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar ini  memiliki satu kearifan lokal yang menarik yang sudah ada lebih dari 30 tahun lamanya. Desa ini telah dikenal masyarakat dengan adanya pasar yang dilaksanakan setiap hari legi atau diselenggarakan 5 hari sekali sesuai penanggalan Jawa. Pasar ini disebut dengan Pasar Legen yang terletak di lapangan pasar dukuh Sawahan yang dibuka mulai dari pukul 06.00 hingga pukul 08.00 pagi.
Sejarah berdirinya Pasar Legen ini diinisiasi oleh Bapak Abdul Syamsuri, Ibu Sakiyem, Ibu Rahman tokoh masyarakat di Desa Banjarharjo bersama dengan warga dukuh Sawahan dalam mengintegrasi perekonomian di desa Banjarharjo. Pada awal mula pembentukan, pasar ini dulunya dinamakan Pasar Baksari dan belum diadakan secara 5 hari sekali seperti sekarang. Pembukaan Pasar Baksari yang dilaksanakan pada tahun 1980-an diadakan dengan sangat meriah hingga mendatangkan hiburan kesenian Reog dari Jawa Timur sehingga pasar ini ramai sekali dikunjungi oleh pedagang juga masyarakat sekitar.
Namun seiring berjalannya waktu, di akhir tahun 1980 pasar ini berubah nama menjadi Pasar Muncul yang hanya muncul setiap hari legi dan juga hari wage saja dikarenakan semakin banyak pasar yang dibuka di dekat jalan-jalan besar. Dan lambat laun, Pasar Muncul pun  semakin sepi ketika adanya Pasar Cegatan, pasar yang ada di perempatan setiap desa yang membuat para pedagang Pasar Muncul lebih memilih untuk berjualan di Pasar Cegatan karena mengingat lokasi Pasar Muncul yang jauh.
Sehingga pada akhirnya, Pasar ini hanya dilakukan atau digelar pada hari legi sesuai penanggalan Jawa dan berakhirlah nama pasar menjadi Pasar Legen hingga sekarang.Â
Untuk mengintegrasikan lagi Pasar Legen yang ada di Desa Banjarharjo ini, Pemerintah desa atas arahan Bapak Sukirno, Kepala Desa Banjarharjo pun akhirnya membangun dan merenovasi lokasi Pasar Legen pada tahun 1997 dan masih bertahan hingga sekarang.
Walaupun digerus oleh arus globalisasi, Pasar Legen yang terletak di dukuh Sawahan ini masih bisa eksis sampai sekarang dan memutarkan roda perekonomian para pedagang yang mayoritas datang dari desa Sukorejo juga warga Desa Banjarharjo itu sendiri. Berbeda dengan awal Pasar Baksari yang menjual berbagai kebutuhan hidup, Pasar Legen versi sekarang menjual beberapa dagangan saja seperti nasi liwet, jamu, gethuk, bumbu dapur dan lain sebagainya.
Pasar Legen di Desa Banjarharjo bukan sekedar pasar pada umumnya, namun Pasar Legen ini adalah simbol kearifan yang mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, keberlanjutan ekonomi dan pelestarian sebuah budaya yang telah ada. Pasar Legen Banjarharjo memperlihatkan bagaimana masyarakat desa merawat sebuah kerifan tradisi desa sebagai salah satu ciri khas identitas Desa Banjarharjo di tengah arus globalisasi yang semakin bersaing. Pasar legen ini tidak hanya sebagai tempat aktivitas jual-beli barang saja, namun juga sebuah tempat pelestarian budaya Jawa yang adiluhung.
Â
(Hasil wawancara KKN Transformatif UIN Raden Mas Said Surakarta dengan Bapak Widodo dan Ibu Tutik selaku tokoh masyarakat Dukuh Sawahan, Banjarharjo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H