Di sisi lain, guru perlu dengan bijak memperhatikan manajemen waktu selama menilai dan mendiferensiasikan hasil asesmen diagnostik awal peserta didik.Â
Umumnya, proses menilai dan mendiferensiasi hasil asesmen diagnostik awal akan menguras waktu cukup banyak. Oleh karena itu, manajemen waktu penting untuk diperhatikan selama proses pembelajaran ini.
Tantangan lain muncul ketika guru harus mampu menyeimbangkan aspek kognitif dan sosio-emosional peserta didik selama pembelajaran berlangsung.Â
Pembelajaran berdiferensiasi perlu untuk memperhatikan kondisi sosial dan emosional di samping gaya belajar, pengetahuan awal, potensi, dan minat setiap peserta didik.Â
Oleh karena itu, guru harus secara proaktif menciptakan atmosfer dan lingkungan belajar yang memotivasi peserta didik agar dapat belajar dan bekerja keras mencapai tujuan belajar sembari memastikan bahwa setiap peserta didik di kelasnya sadar bahwa mereka akan selalu mendapatkan dukungan guru di sepanjang proses belajarnya.
Terakhir, guru juga dituntut untuk mampu menyusun asesmen diagnostik awal yang mendiferensiasi kemampuan setiap peserta didik. Asesmen diagnostik awal menjadi penting karena berfungsi untuk mengumpulkan informasi berkaitan dengan kesiapan peserta didik, minat, dan profil belajarnya.Â
Berdasarkan hasil asesmen diagnostik awal, barulah guru dapat mendiferensiasikan lingkungan belajar, instruksi pengajaran, bentuk asesmen dan evaluasinya.Â
Setelah anda tonton video di atas, apa saja perubahan yang bisa dilakukan agar pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan di kelas lebih maksimal?
Pembelajaran berdiferensiasi tidak terbatas pada diferensiasi konten/materi, tetapi juga bisa berdiferensiasi dari sisi proses, produk, dan lingkungan belajar. Pembelajaran berdiferensiasi dari sisi proses dapat ditempuh dengan kegiatan peer-teaching (tutor sebaya).Â
Melalui kegiatan peer-teaching, interaksi antar kelompok peserta didik juga meningkat. Peserta didik yang sudah mahir, setelah mengerjakan tugas berdiferensiasi materi, dapat membantu peserta didik dari kelompok dengan pemahaman konsep lebih rendah saat menemui kesulitan belajar. Kegiatan ini juga dapat menguatkan ikatan sosio-emosional antar peserta didik.
Lantas bagaimana dengan jumlah peserta didik yang banyak?