Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

[JTS#2] Kalau Benci Sudah Membuta: New Zealand Attack (Bagian 2)

26 Maret 2019   09:30 Diperbarui: 26 Maret 2019   18:31 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Waikato Mongrel Mob, Sonny Fatu bersama Dr. Asad Mohsen, Presiden Waikato Muslim Association. Gambar: Stuff/Waikator Times.

Oleh Maulana M. Syuhada

Beberapa jam setelah peristiwa pembunuhan massal di kota Christchurch yang menelan korban 50 Muslim, Perdana Menteri New Zealand, Jacinda Ardern, memberikan konferensi pers bahwa ini adalah "aksi terorisme" [21]. Ia menjelaskan bahwa banyak korban yang terbunuh adalah imigran atau bahkan pengungsi (refugee). Mereka memilih New Zealand sebagai rumah mereka. Dan ia menegaskan, "It is their home. They are us" (New Zealand adalah rumah mereka. Mereka adalah kami) [22][23].   

Ucapan belasungkawa pun berdatangan dari seluruh penjuru dunia, mulai dari presiden China, Xi Jinping [24], Ratu Elizabeth [25], hingga Pope Francis di Vatikan [26]. Menara Eiffel di Paris dipadamkan sebagai bentuk berkabung [27], menara Empire State Building di kota New York juga dipadamkan sebagai ekspresi duka cita [28], Opera House di kota Sydney menyalakan "Silver Fern" (daun pakis perak) yang menjadi simbol nasional masyarakat New Zealand [29],  Jembatan bersejarah, Old Bridge, di kota Mostar, Bosnia Herzegovina diselimuti proyeksi gambar bendera New Zealand [30]. 

Jembatan Old Bridge di kota Mostar. Gambar: STR/AFP/Getty Images
Jembatan Old Bridge di kota Mostar. Gambar: STR/AFP/Getty Images
'A minute of silence' (mengheningkan cipta) bukan hanya dilakukan sebelum sesi sidang di markas PBB di kota New York [31], tapi juga dilakukan sebelum kick-off di pertandingan-pertandingan sepak bola, basket, rugby, cricket, dan berbagai olah raga lainnya, bahkan pemain klub Melbourne Victory, Kosta Barbarouses,  melakukan sujud syukur yang biasa dilakukan oleh para pemain muslim, setelah mencetak gol ke gawang Brisbane Roar di Liga Sepak Bola Australia sebagai ungkapan simpati kepada para korban [32]. 

Umat Yahudi membuat barisan di sepanjang pintu masuk masjid, Islamic Centre New York University. Mereka memegang berbagai poster dengan tulisan, "We stand with you", "Jews New Yorkers mourn with our Muslim Brother and Sisters", "We support our Muslim Family", ''Jews support our Muslim neighbors", "Love your neighbor as yourself", dan sebagainya [33]. Momen belasungkawa (Vigil) dilakukan di seantero dunia sebagai ungkapan duka cita, solidaritas, dan dukungan untuk korban serangan teroris di New Zealand [34].  Dunia sedang berkabung.   


Sehari setelah peristiwa terror ini, Superintendent (AKBP) Neila Hassan, perwira polisi muslim wanita tertinggi di New Zealand, memberikan pidatonya di hadapan ribuan warga New Zealand di kota Auckland [35]. Ia membuka pidatonya dengan salam, kemudian melanjutkannya dengan bacaan hamdalah dan sholawat. 

Matanya berkaca-kaca menahan duka yang mendalam, suaranya parau, ia berhenti berkata menahan tangis, menarik nafas, menenangkan diri, dan menyelesaikan sholawat dengan suara yang terbata-bata. Namun sebagai seorang perwira polisi ia harus tegar. Naila Hassan tetap tegap, ia kesampingkan emosinya, dan berkata, "I am a proud Muslim and I am a leader in the New Zealand Police and I am horrified at the events in Christchurch!" [36]. Perlu 20 tahun bagi seorang Naila Hassan sebelum akhirnya ia berani mengungkapkan identitas keislamannya secara publik [37]. 


Perdana Menteri (PM) Jacinda Ardern mengenakan kerudung hitam sebagai bentuk solidaritas dan dukungan sang Perdana Menteri kepada rakyatnya yang sedang berduka [38]. Ia datang mengunjungi para keluarga korban dan memeluknya satu persatu [39]. Lebih jauh dari itu, ia masuk ke masjid, menyerap duka cita, mendengarkan keluhan, menawarkan bantuan, memastikan semua kebutuhan para korban, keluarga korban, dan komunitas Muslim di Christchurch terpenuhi [40]. Polisi dikerahkan untuk menjaga masjid, bukan hanya di Christchurh tapi di kota-kota lainnya di seantero New Zealand. Ia meyakinkan warganya bahwa negara hadir mencukupi kesejahteraan mereka dan memberikan perlindungan maksimal, menghadirkan rasa aman kepada warganya [41]. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun