Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngapain Ikut Pemilu IA ITB? Ga Ada Manfaatnya!

22 Januari 2016   17:11 Diperbarui: 14 Februari 2016   19:01 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah satu tahun lebih saya dan teman-teman berjuang mencari pendanaan film ini. Sulit memang, dan kadang merasa seperti membentur gunung, tapi, seperti semangat perjalanannya 12 tahun yang lalu, kami tak pernah menyerah.

Selepas mendengar presentasi Bang Pontas di acara GEC sore itu, saya langsung berpikir mungkin lewat jaringan IA ITB, film ini bisa menemukan jodoh pendanaannya. Saya sangat terinspirasi dengan ceramah Bang Pontas sore itu, dan punya optimisme yang besar bahwa beliau bisa membukakan jalan untuk film ini. Selepas sholat Maghrib saya menemui Bang Pontas. Saya bercerita tentang film ini, dan saya tunjukkan juga bookletnya. Namun sayang, respon Bang Pontas biasa-biasa saja. Saya merasa beliau tidak menangkap cita-cita dan idealisme besar di balik film ini. Saya pikir, mungkin bukan Bang Pontas saja, tapi semua ketua IA pun akan seperti ini. Harapan saya kepada IA pun kembali surut. Mungkin benar juga kata teman saya, “Saya golput! Saya kagak merasakan pengaruh IA-ITB buat hidup saya. Sorry ya!”

Beberapa lama setelah itu, kami berempat bertemu dengan Mas Hiram, alumni Arsitek ITB, yang sudah malang-melintang menjadi CEO dan komisaris di beberapa perusahaan besar. Beliau juga mencalonkan diri menjadi kandidat Ketua IA ITB.

Respon Mas Hiram, luar biasa. Setelah menonton pitch film-nya yang hanya 10 menit, tanpa buang waktu, beliau langsung memberikan komitmennya untuk membantu film ini, mulai dari fundraising hingga "matchmaking" dengan pihak-pihak terkait yang bisa mendanai film ini.

Apa yang membedakan Mas Hiram dari yang lainnya. Beliau “care”, beliau peduli. Itulah kualitas emas yang beliau miliki. Mas Hiram sudah selesai dengan dirinya sendiri. Orientasi beliau adalah apa yang bisa beliau perbuat untuk orang lain.

Di saat lilin-lilin yang kami nyalakan, satu persatu padam diterpa badai, Mas Hiram hadir menyalakan lilin-lilin harapan baru. Memberikan optimisme yang begitu besar kepada seluruh tim. Film 40 Days in Europe "back on track"!

Mas Hiram bukan hanya beretorika belaka. Beberapa waktu sebelumnya, beliau mempertemukan Sano (TL ’00), inisiator “Bergerak untuk Indonesia #BebasSampah2020” dengan menteri PU dan PERA, mensinergikan peranan PU dan PERA dalam mendukung gerakan tersebut. Kemudian beliau juga mempertemukan Achmad Zaky (IF ’04), CEO Bukalapak.com, dengan dirut PT POS. Zaky sudah menunggu selama setahun ingin bekerja sama dengan PT POS. Namun sulit menembus birokrasinya. Mas Hiram menghubungi Mas Gilarsi W. Setijono melalui ponselnya. Beliau adalah Dirut PT POS yang juga alumni ITB. Mereka pun akhirnya bertemu, dan MoU pun disepakati. Penantian Zaky selama setahun, diselesaikan oleh Mas Hiram dalam 15 menit.     

Saya baru pertama kali bertemu dengan Mas Hiram, tapi saya sudah bisa merasakan aura dan energi sinerginya. Cepat, lugas dan kongkrit! Betul kata teman-teman yang sudah lama mengenalnya. Mas Hiram adalah "MAN OF ACTION!"

Lilin-lilin baru telah dinyalakan. Teman-teman yang ingin melihat film 40 Days in Europe terwujud, mari bersama bergotong-royong dan bersinergi!

40 Days in Europe” bukan hanya sekedar film. Ia adalah sebuah perjalanan. Perjalanan hidup, perjalanan emosi, perjalanan cinta. Ketika ketiganya melebur, perjalanan ini tidak mudah. Hanya orang-orang yang "percaya" yang mampu menyelesaikannya. Crossing the finish line and complete the journey. For those who keep ... "believing is seeing"!

Teman-teman, mari kita selesaikan perjalanan ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun