Mohon tunggu...
Maulana Ridwan
Maulana Ridwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UNJ

Seorang mahasiswa yang ingin lulus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Mengenali dan Mengembangkan Anak dengan Disabilitas Intelektual?

7 Juli 2021   01:06 Diperbarui: 7 Juli 2021   17:30 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) tahun 2012 disabilitas intelektual merupakan suatu gangguan selama periode perkembangan, ditandai dengan defisit fungsi intelektual, adaptif, sosial dan praktis. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V) tahun 2012. Disabilitas intelektual merupakan suatu gangguan selama periode perkembangan, ditandai dengan defisit fungsi intelektual, adaptif, sosial dan praktis.

Kriteria diagnosis disabilitas intelektual menurut DSM-V adalah:

Ditemukan defisit dalam kemampuan mental secara umum dan gangguan dalam fungsi adaptif sehari-hari dibandingkan dengan usia sebaya, gender dan rekan sosial sesamanya. Fungsi intelektual melibatkan penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, dan pemahaman praktis, yang telah diukur dengan tes kecerdasan psikometrik yang dilakukan secara individual dan valid secara psikologis dan tepat secara budaya. Adanya defisit dalam fungsi adaptif merujuk pada seberapa baik seseorang memenuhi standar komunitas tentang kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama dan latar belakang sosial budaya. Terjadi defisit intelektual dan adaptif selama periode perkembangan:

(F70)  : Mild

(F71)   : Moderate

(F72)   : Severe

(F73)   : Profound

Klasifikasi Disabilitas Intelektual dibagi menjadi empat yaitu:

  1. Disabilitas intelektual ringan (mild) memiliki rentang IQ 55-70 dengan karakteristik termasuk ke dalam mampu didik, memiliki keterampilan untuk mengurus diri sendiri tanpa bantuan orang lain, kesulitan untuk fokus dalam waktu yang lama, bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan, mandi, atau berpakaian,
  2. Disabilitas intelektual sedang (moderate) memiliki rentang IQ 40-55, termasuk kedalam mampu latih untuk mereka masih dapat mempelajari keterampilan tertentu seperti untuk melakukan aktivitasnya sendiri meskipun memiliki melakukannya dengan lambat dan memiliki kekurangan dalam kemampuan bahasa.
  3. Disabilitas intelektual berat (severe) memiliki rentang IQ 25-40, tidak mampu untuk mengurus diri sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain, biasanya memiliki ketidakmampuan spesifik.
  4. Disabilitas intelektual (profound) memiliki rentang IQ <25, memiliki kemampuan yang sangat terbatas dan sangat membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas atau mengurus diri.

Penyebab disabilitas intelektual yang paling umum adalah kondisi genetik, masalah selama kehamilan, permasalahan ketika kelahiran, dan permasalahan kesehatan yang umum (Algozzine & Ysseldyke, 2006). Penjelasan penyebabnya dari pranatal sampai anak usia dini:

  • Pada masa pranatal sudah terlihat kelainan kromosom pada bayi atau dapat disebut sindrom down. Sekitar 10-32% dari penderita intelektual disabilitas mengalami sindrom down atau sekitar 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup pertahun. Ibu yang melahirkan di usia 20-25 tahun mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom down.
  • Pada masa Perintal sekitar 15-20% anak disabilitas intelektual disebebkan karena prematur. bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama bertahun-tahun sekolahnya. Bayi tersebut yang menderita pendarahan intelektual atau tanda-tanda iskemia serebral terutama rentan terhadap kelainan kognitif.
  • Pada masa anak usia dini status perkembangan seorang anak berubah secara dramatik akibat penyakit atau trauma fisik tertentu. Secara retrospektif, kadang-kadang sulit untuk memastikan gambaran kemajuan perkembangan anak secara lengkap sebelum 40 terjadinya gangguan tetapi efek merugikan pada perkembangan atau keterampilan anak tampak setelah gangguan contohnya adalah infeksi, trauma kepala, dan masalah lain.


Intervensi yang dapat dilakukan menurut Issom (2020) melalui keluarga ada beberapa macam seperti

  • keterlibatan orang tua sangat penting dalam perkembangan anak. Pada saat itu mereka dapat saling memberikan pengetahuan, dukungan emosional dan beberapa informasi.
  • Orang tua dan guru dapat berkeja sama untuk memberikan frekuensi dan lamanya stimulasi untuk School base parents workshop.
  • Home based individualize teaching programes. Pada intervensi ini ibu seseorang yang paling tepat untuk mengajarkan anak-anaknya karena ibu seseorang yang mengenal anak-anaknya daripada orang lain. Home teacher mengunjungi secara berkala untuk mengajak dan melatih ibu untuk dapat mengobservasi anaknya dengan lebih baik dan memusatkan perhatian pada fase perkembangan anak untuk dapat bereaksi dengan cepat.
  • Strategi belajar yang tepat harus disediakan, dari segi intensitas.
  • Frekuensi, dan lamanya stimulasi itu diberikan school based parents workshop merupakan kesempatan bagi orang tua dan guru untuk bekerjasama.
  • Hubungan saudara kandung merupakan hubungan yang kuat dan berpengaruh.

Intervensi yang dilakukan oleh sekolah seperti:

  • Menyediakan fasilitas yang lebih baik untuk anak disabilitas intelektual.
  • Peningkatan tenaga guru serta fasilitas yang diperlukan.
  • Memberikan kesempatan belajar melalui peningkatan pelayanan pendidikan khusus dalam jumlah maupun intensitasnya.
  • Peningkatan tenaga guru serta fasilitas yang diperlukan.

Intervensi yang dilakukan oleh masyarakat seperti:

  • Memberikan seminat atau psikoedukasi melalui media masa yang ditujukan kepada masyarakat agar sikap mereka kepada anak dengan disabilitas intelektual dapat berubah.
  • Menyediakan lapangan pekerjaan yang sesuai.
  • Meningkatkan penyesuaian sosial anak dengan disabilitas intelektual melalui pemberian keterampilan agar mampu melaksanakan kegiatan dasar seperti berpakaian, makan dan mandi maupun berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Organisasi (multidisiplin dan antar departemen)

  • Perlu adanya tim ahli yang terdiri dari dokter, psikolog, terapis bicara, pekerja sosial untuk bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru dalam menghadapi anak dengan disabilitas intelektual.
  • Diperlukan pendekatan antar departemen yang mencangkup organisasi sosial selaku pelaksana penyelenggara pendidikan khusus.
  • Organisasi sosial diharapkan meningkatkan kemampuan, kesadaran, dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat terhadap kesejahteraan penyandang cacat.
  • Perlunya didirikan sebuah sistem pendukung keluarga dengan anak berkebutuhan khusus.

Kami melakukan obsevasi dan wawancara pada salah satu SLBN di Jakarta dalam satu kelas dikelompokan dengan tingkatan disabilitas intelektual yang sama yaitu tingkatan ringan, pelaksanaan belajar dan mengajar dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sekolah dan para guru menyesuaikan sistem pembelajaran dan juga pemberian tugas untuk para siswa, waktu belajar-mengajar dipersingkat karena fokus siswa dengan disabilitas intelektual memiliki tingkat fokus yang rendah. untuk mempermudah siswa pembelajaran sekolah daring dilakukan dengan video call melalui aplikasi whatsapp tugas yang diberikan adalah tugas yang sederhana berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, materi yang diajarkanpun beragam mulai dari matematika, bahasa, kesenian, agama, dll. 

Setiap pertemuan kelas merupakan evaluasi dari tugas pertemuan sebelumnya hal itu dilakukan untuk melatih kapasistas memori para siswa, mereka diminta untuk menjawab tugas yang sebelumnya telah mereka kerjakan. selain itu tugas yang diberikan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana mengenai aktivitas yang telah dilakukan siswa dan diminta untuk menceritakannya hal ini berkaitan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, adapun untuk meningkatkan kemampuan berpikir abstrak guru memberikan tugas yang sebenarnya untuk para siswa memahami konsep hitungan angka dibawah 20 dengan gambar sayuran atau buah sehingga para siswa lebih mudah untuk memahami hal tersebut.

Jadi dibutuhkan asesmen dari profesional terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki anak untuk selanjutnya diberikan intervensi dari orang terdekat dan dukungan keluarga serta dengan penanganan yang tepat anak dengan disabilitas intelektual dapat berkembang dengan baik juga sehingga mereka mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan sendiri atau bahkan mendapatkan kesempatan bekerja dalam bidang yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun