Mohon tunggu...
Maulana Kurnia Putra
Maulana Kurnia Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Chief of Representative Daarul Qur'an

Amil zakat dan pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menakar Krisis, Resiko Akhlak, dan Kompetensi Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045

29 Mei 2024   15:43 Diperbarui: 29 Mei 2024   17:12 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pribadi penulis

Di satu sisi, mereka memiliki akses luas terhadap informasi dan teknologi, membuka peluang untuk berwirausaha dan berkarya di berbagai bidang. Namun, di sisi lain, mereka juga akan dihadapkan pada persaingan global yang ketat dan potensi kesenjangan ekonomi. Penguatan keterampilan dan daya saing menjadi kunci untuk memenangkan persaingan dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional yang digadang menjadi momentum Indonesia Emas 2045.

Jika saya diperbolehkan untuk mengasumsikan bahwa agama sebagai modal sosial masyarakat Indonesia, maka saya akan memberikan setidaknya dua hasil riset tentang asumsi saya ini. Pertama, saya akan menambahkan data bagaimana gambaran ekspresi akhlak masyarakat Indonesia hari ini melalui Statistik Kriminalitas 2023 yang dirilis BPS. Secara umum pada tahun 2022, nilai crime clock justru semakin pendek menjadi 1 menit 24 detik, artinya jeda antara satu kejahatan dengan kejahatan lainnya di Indonesia terjadi kurang dari 1,5 menit. Penurunan interval crime clock di tahun 2022 menunjukkan peningkatan intensitas kejadian tindak kejahatan di masyarakat. Dimana interval crime clock pada tahun 2020 adalah 2 menit 7 detik dan pada tahun 2021 adalah 2 menit 11 detik. 

Kedua, dalam keberagamaan misalnya saya akan mengambil riset jumlah Buta Huruf Al-Qur'an di Indonesia yang dilakukan pada tiga momentum berbeda: 2018 oleh BPS, 2019 oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan 2022 oleh Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ). Angka Buta Huruf Al-Qur'an di Indonesia dapat disimpulkan semakin meningkat dari tahun ke tahun: 53,57% pada 2018, 65% pada 2019, dan 72,55% pada 2022. Kedua hasil riset di atas sangat butuh kajian lanjutan untuk menakar korelasi antar faktor dan diteoritisasi, namun tetap dapat menjadi gambaran besar bagaimana kondisi sosial kita hari ini, kondisi dimana anak muda yang kelak menjadi Generasi Emas 2045 bertumbuhkembang.

Secara kualitatif, kita dapat melihat dan menemui kondisi sosial di sekitar. Lemahnya pendidikan adab dan kurangnya keteladanan dari orang tua dan pemimpin bangsa dapat berakibat pada memudarnya nilai-nilai moral dan akhlak mulia generasi penerus. Maraknya tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku tidak terpuji lainnya menjadi indikator bahwa moralitas generasi muda perlu mendapat perhatian serius. 

Kesenjangan kualitas pendidikan dan kurangnya akses terhadap pelatihan dan keahlian dapat menghambat daya saing generasi muda pada masa depan. Penguatan pendidikan adab, penanaman nilai-nilai agama, penegakan hukum, dan keteladanan dari figur yang dihormati menjadi solusi untuk membangun generasi muda yang berakhlak mulia. Termasuk juga peningkatan mutu pendidikan, penyediaan pelatihan vokasi yang relevan dengan kebutuhan industri, dan perluasan akses informasi dan teknologi menjadi solusi untuk meningkatkan kompetensi generasi muda.

Mencapai Indonesia Emas 2045 membutuhkan kerja sama dan komitmen dari semua pihak. Generasi muda, dengan akhlak mulia, moral yang kuat, dan kompetensi yang tinggi, adalah kunci utama untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Pemerintah, pemangku kepentingan, dan seluruh elemen masyarakat harus bersinergi untuk memberikan dukungan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi generasi muda untuk berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Perjalanan menuju Indonesia Emas 2045 tidaklah mudah, namun dengan tekad yang bulat, kerja keras, dan kolaborasi dari semua pihak, kita yakin bahwa cita-cita mulia ini dapat diraih. Generasi muda Indonesia, dengan akhlak mulia, moral yang kuat, dan kompetensi yang tinggi, siap menjadi penggerak kemajuan bangsa dan mengantarkan Indonesia menuju masa depan yang gemilang. 

Dan tentunya, manusia Indonesia bukan manusia yang hidup menyendiri: berorientasi kepentingan sendiri, untuk diri sendiri. Bung Karno menuliskan dalam Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1 (1959) bahwa: nasionalisme kita adalah nasionalisme ke-Timuran, nasionalisme yang bangun bersama-sama. Tabik.

Salam,

menjelang Hari Lahirnya Pancasila

Yogyakarta, 29 Mei 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun