Mohon tunggu...
Isma MaulanaIhsan
Isma MaulanaIhsan Mohon Tunggu... Politisi - Ketua Forum Rebahan Nasional

Mahasiswa gabut.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Ngobaran Tebar Pesan Toleran

1 Agustus 2024   12:24 Diperbarui: 1 Agustus 2024   12:27 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntungnya, pada upacara itu saya sedikit menemukan harapan di tengah pula degradasi budaya yang tengah mengerosi jati diri bangsa, di tengah arus teknologi massif yang mendistupsi dan mendistorsi kesatuan kita sebagai suatu bangsa.

Aliran kepercayaan penghayat, dengan segala kurang dan lebihnya telah memainkan peranan penting dalam menjaga keberagaman budaya dan kearifan lokal tanah air kita. Mereka telah berupaya pada suatu langkah harmonisasi agama-agama utama yang kerap merasa paling benar sendiri-sendiri dalam konteks sosial yang dekonstruktif.

Meski kita juga insyaf dan sadar jika kelompok ini dihadapkan pada beberapa tantangan baik itu globalisasi, modernisasi hingga urbanisasi yang banyak membawa pengaruh pada kelangsungan kepercayaan tradisional dan penjagaan nilai-nilai Indonesia kita. Namun, dengan dukungan dan rasa saling menghargai, saya yakin penghayat kepercayaan mampu bertahan dan menebar kebaikan lebih banyak, maslahat lebih luas, bagi siapapun, sampai kapanpun.

Namun, ada pesan lain yang dimaksud terutama tentang cinta yang datang begitu saja dipandang pertama.

Dari Pantai Ngobaran, saya tertegun, memandang keindahan ciptaan Tuhan, lautan yang terhampar luas, menyadarkan begitu sakit dan pongahnya pikiran yang kerap sempit, menyadarkan bahwa cerita-cerita tentang manusia tidak akan pernah kemput. Pantai Ngobaran telah menebar pesan untuk Indonesia, tentang ap aitu makna toleran, terutama pula, tentang sosok manusia manis itu yang terduduk bersila, mengenakan hijab di antara manusia lain yang berbeda secara fiksi dengannya, melantunkan ayat suci yang dipercayainya, yang menjatuhkan hati seseorang yang memerhatikannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun