Ada salju dimatamu, Aline
Ada tanda kesedihan sudah lama membeku disana
Ketika sinar matahari pun tidak sanggup meluluhkannya…
Ketika jarum jam terus berputar dan tak mampu menghapuskan apa-apa
Aline kau menolak lupa akan sayatan-sayatan kenangan yang bermuara di setiap malam
Karena luka sudah terlalu tajam
Dan Kau mendendam, Aline
Kau habiskan beribu-ribu jejak langkah kaki menjauh yang sebenarnya kau hanya berputar-putar…
Hanya karena terlalu ketar
Katamu ini semua sudah terlalu jaddah
kenangan yang terlalu memekikkan gendang telinga, kata yang selalu indah
Kau terus menebak-nebak akankah kiamat tiba
Atau hanya seperti disebuah cafe yang sepi peminatnya…
Kau hanya merasa sendirian
Kenapa kenangan tidak seperti orang yang meninggalkanmu. . .
Pergi begitu saja tanpa harus ada jejak yang berbekas
Tidakkah setetes embun yang terjatuh di semangkuk supmu pagi tadi
Seperti kesedihan yang tertumpah dimasih banyak kebahagiaan yang tersisa?
Aline!!
Kau terlalu mabuk aline…
Karena terlalu banyak meregak kenangan malam tadi tentang ciuman pertama dan kancing bajumu yang terbuka…
Dan saat itu Malaikat pun akhirnya ikut menyaksikan kau bersenggama dengan air mata…
IYA!!
Air matamu sendiri…
Aline…
Sebenarnya Matamu pernah indah…
Sebelum jauh salju membekukan semuanya
Aline, Aline, Aline…
Sekali lagi ini hanya tentang prihal dimana kau merasa sendirian
Seperti sunyi adalah serupa ranting yang tlah patah akan angin semalam.
Dan kau, adalah penduka yang berziarah diantara hidup dan kematianmu sendiri yang kelam.
~MG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H