Mohon tunggu...
MUHAMAD MAULANAFERDIANSYAH
MUHAMAD MAULANAFERDIANSYAH Mohon Tunggu... Lainnya - Sarana pembelajaran perkuliahan

Muhamad Maulana Ferdiansyah ( Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unissula)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pragmatik Tindak Tutur dan Prinsip Kerja Sama Percakapan dalam Novel "Gerbang Dialog Danur"

21 Juni 2022   21:16 Diperbarui: 21 Juni 2022   21:31 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam ilmu bahasa, Pragmatik merupakan suatu ilmu yang mempelajari mengenai makna dalam hubungan percakapan.dengan berbagai situasi ujaran atau tindak tutur. Menurut Levinson, (1980; 1-27) Pragmatik merupakan telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Sebuah percakapan antara dua orang atau lebih terdapat penyampaian tuturan atau ujaran yang mampu memberikan informasi atau keterangan dalam berbagai hal. Tindak tutur dapat menentukan berjalannya percakapan antara penutur dan mitra tutur dengan baik dan mudah untuk dipahami antara keduanya, sehingga kerja sama antara penutur dan mitra tutur memiliki peranan yang penting dalam suatu percakapan.

Di Indonesia kajian pragmatik dapat dipelajari dan ditelaah dari berbagai sumber, salah satunya adalah novel.  Novel merupakan sebuah karya sastra yang didalamnya mengandung berbagai jenis percakapan atau interaksi komunikasi antara penutur dengan mitra tuturnya yang dituangkan dalam bentuk dialog. Berbagai jenis percakapan tersebut dimulai dengan penggunaan bahasa yang diungkapkan kedalam bentuk kosakata yang dipengaruhi oleh sebuah konteks. Telaah mengenai berbagai jenis kosakata percakapan dalam sebuah novel yang berjudul "Gerbang Dialog Danur" akan sangat tepat apabila dikaji menggunakan pendekatan Pragmatik, sehingga untuk menganalisa novel ini perlu adanya berbagai aspek penting seperti (1) Konteks tuturan, (2) Penutur dan mitra tutur, (3) Tujuan tuturan. Berikut adalah hasil analisis pragmatik dalam novel "Gerbang Dialog Danur"

Hasil Analisa

Berdasarkan hasil analisa percakapan dalam novel "Gerbang Dialog Danur" ditemukan berbagai jenis tindak tutur yaitu lokusi, ilokusi, representatif, direktif, ekspresif, dan komisif serta ditemukan prinsip kerja sama percakapan yaitu bidal kualitas, kuantitas, relevansi dan cara.

1.Lokusi

Tindak tutur lokusi merupakan tuturan yang menyatakan sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada, berkata tanpa ada maksud tertentu. Contoh tindak tutur lokusi dalam novel "Gerbang Dialog Danur" dapat dijelaskan sebagai berikut :

Konteks : Risa bercerita tentang kehidupannya di Bandung.

Risa : "Aku berteman dengan hantu" (AT, 2015 : 1)

Dalam percakapan tersebut Risa memberikan pernyataan bahwa dirinya berteman dengan hantu, tuturan tersebut termasuk kedalam jenis tuturan lokusi menyatakan sesuatu karena sesuai dengan kenyataannya ia tidak mempunyai maksud apa-apa dalam menuturkan tuturan tersebut hanya memberikan informasi bahwa Ia berteman dengan hantu. 

2.Ilokusi

Tindak tutur ilokusi merupakan suatu tuturan yang mengandung maksud dan fungsi yang dapat mempengaruhi mitra tuturnya untuk melakukan sesuatu. Contoh tindak tutur ilokusi dalam novel "Gerbang Dialog Danur" dapat dijelaskan sebagai berikut :

Konteks : Peter mempercepat langkahnya meninggalkan Risa.

Risa : "Peter! Aku butuh istirahat"

            Tuturan "Aku butuh istirahat" yang diutarakan oleh Risa ditujukan kepada Peter, menjelaskan bahwa Risa sudah Lelah dan butuh istirahat, akan tetapi Peter justru mempercepat langkahnya untuk meninggalkan Risa sehingga Risa menuturkan tuturan tersebut untuk meminta Peter berhenti dan ikut beristirahat bersama Risa.

3.Representatif

Tindak tutur representatif merupakan suatu tuturan yang menyatakan kebenaran atas apa yang diujarkannya, sehingga mengikat penuturnya untuk memberikan pernyataan sesuai dengan kenyataan dan kebenarannya.

a).Representatif mengakui

Konteks : Risa menyadari temannya adalah hantu

Risa : "Aku tetap sahabat kalian" (AT, 2015 : 6)

            Dalam tuturan tersebut Risa memberikan pernyataan kepada temannya (hantu), meskipun Risa telah menyadari bahwa temannya adalah hantu, Risa tetap mengakui mereka sebagai sahabatnya. Pengakuan sahabat dari Risa terhadap temannya memang benar sehingga tuturan tersebut termasuk kedalam jenis tindak tutur representatif mengakui

           

b).Representatif menyatakan

Konteks : Risa bertanya kepada Samantha bertubi-tubi.

Risa : "Kamu sendirian? Tak bersama keluargamu? Mmm atau mungkin saudaramu? Teman-temanmu?

Samantha : "Kau lucu Risa, mulutmu seperti bebek. Sepertinya tidak bisa berhenti bersuara" (MJS, 2015 : 85)

            Tuturan yang diujarkan Samantha termasuk kedalam tindak tutur representatif menyatakan, dikarenakan mitra tutur yang bertanya secara bertubi-tubi kepada Samantha mampu membuatnya memberikan pernyataan bahwa dengan pertanyaan seperti itu mitra tuturnya termasuk kedalam orang yang lucu, mulutnya seperti bebek dan tidak bisa berhenti bersuara. Hal tersebut sesuai dengan kenyataannya.

4.Direktif

            Tindak tutur direktif adalah tuturan dari seorang penutur yang memiliki maksud ditujukan kepada mitra tuturnya untuk melakukan suatu tindakan terhadap apa yang telah dituturkannya. Tindak tutur direktif dalam percakapan novel "Gerbang Dialog Danur" dapat ditujunjukkan dalam tuturan berikut.

Direktif menyuruh

a). Konteks : Teman Risa berteriak.

"Risa tutup matamu! Jangan pandangi kami!" (AT, 2015 : 6)

            Tuturan tersebut termasuk kedalam tindak tutur direktif, karena tuturan tersebut ditujukan kepada Risa, maksud dari tuturan tersebut adalah menyuruh Risa untuk menutup matanya dan tidak memandangi mereka lagi, sehingga teman-teman Risa meneriakan hal tersebut kepada Risa.

b). Konteks : Janshen dan Risa mengejar Peter.

Janshen : "Kamu duluan saja, Risa! Aku juga Lelah"

Risa : "Oh, oke, aku duluan ya!" (AT, 2015: 6)

            Percakapan tersebut jelas termasuk kedalam bentuk tindak tutur direktif menyuruh, dikarenakan ada tuturan dimana penutur menyuruh mitra tuturnya untuk pergi duluan dan meninggalkan penuturnya karena Ia lelah, sehingga tuturan menyuruh tersebut ditanggapi oleh mitra tuturnya dan dilaksanakan suruhan tersebut dengan pergi terlebih dahulu meninggalkan penuturnya.

5. Ekspresif

            Tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang dimaksudkan oleh penuturnya agar tuturan yang diujarkannya dapat diartikan sebagai bahan untuk evaluasi bagi mitra tuturnya mengenai apa yang telah penutur sebutkan dalam tuturan tersebut. Salah satu contoh dari tindak tutur ekspresif dalam novel "Gerbang Dialog Danur" ialah tindak tutur ekspresif memuji. Berikut adalah bentuk tuturan memuji tersebut.

Tindak tutur ekspresif memuji

Konteks : Risa berkenalan dengan Samantha.

Risa : "Oh, nama yang bagus. Kamu tinggal di mana?" (MJS, 2015 : 85)

            Tuturan yang diutarakan oleh Risa termasuk kedalam jenis tindak tutur ekspresif memuji, Ia memuji mitra tuturnya bahwa Samantha adalah nama yang bagus untuknya. Pujian yang dilontarkan oleh Risa merupakan ungkapan ekspresif yang membuat mitra tuturnya memahami maksud yang diujarkannya sebagai bentuk apresiasi terhadap nama yang dimilikinya.

6. Komisif

            Tindak tutur komisif merupakan tuturan yang mengikat antara penuturnya untuk menepati atau melaksanakan apa yang telah diungkapkan dalam tuturannya baik berupa janji, sumpah maupun kesanggupan. Dalam novel "Gerbang Dialog Danur" terdapat tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan, berikut adalah salah satu contohnya.

Tindak tutur komisif menyatakan kesanggupan

Konteks : Janshen yang menangis menghampiri Risa

Janshen : "Risa, malam ini aku ingin bersamamu saja, boleh?"

Risa : "Ya, tentu saja. Biar aku peluk kamu ya, kamu boleh cerita apa saja malam ini. Biar saja besok aku tidak usah pergi ke sekolah kalau ternyata aku mengantuk."

Janshen : "Benarkah"

Risa : "Ya! Benar! Sini Janshen sayang!" (FG, 2015 : 55)

            Risa mengungkapkan kesanggupannya untuk menemani Janshen pada malam itu. Kesanggupan Risa terlihat ketika ia menerima permintaan Janshen untuk menemaninya, bahkan Risa juga menyanggupi untuk mendengarkan cerita dari Janshen sampai Ia rela untuk tidak berangkat ke sekolah apabila Ia mengantuk. Tuturan dari Risa tersebut termasuk kedalam jenis tindak tutur komisif karena ia menyatakan kesanggupan dan menepati janji yang telah Ia tuturkan.

7. Bidal kualitas

            Bidal yang memiliki persyaratan bagi setiap penuturnya untuk menyampaikan hal yang sebenarnya tanpa adanya kekeliruan dan kesalahan, sehingga para penuturnya memberikan kontribusi yang benar dengan berbagai bukti yang mendukungnya.

Konteks : Janshen menceritakan Anna kepada Risa

Risa : "Anna baik sekali ya"

Janshen : "Ya, Dia memang baik sekali. Bahkan Anna yang malang berani menghalau tentara Nippon saat mereka mengejarku" (FG, 2015 : 58)

            Pada tuturan diatas mengandung bidal kualitas, dimana tuturan yang diujarkan Risa mengenai Anna yang baik dibenarkan oleh Janshen sebagai mitra tutur dengan memberikan bukti akan kebaikannya, yaitu ketika Anna berusaha untuk melindungi Janshen dari kejaran tantara Nippon.

8. Bidal kuantitas

            Hendaknya setiap peserta percakapan memberikan kontribusi secukupnya atau sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mitra bicaranya. Salah satu contoh dalam novel "Gerbang Dialog Danur" sebagai berikut.

Konteks : William takut dengan seseorang yang datang.

Peter : "Siapa kamu?"

William : "William"

Peter : "Apa yang kau lakukan di sini?"

William : "Menunggu" (CWW, 2015 : 48)

            Tuturan yang diutarakan oleh William tersebut termasuk kedalam bidal kuantitas karena telah terjadi sebuah percakapan singkat yang setiap pertanyaan di tuturkan oleh Peter dijawab seperlunya saja tanpa adanya pelengkap oleh William sebagai mitra tutur yang berkontribusi dalam percakapan tersebut. Sehingga percakapan tersebut termasuk kedalam bidal kuantitas ketika William memberikan respon singkat atau jawaban secukupnya saja kepada Peter.

9. Bidal relevansi

            Setiap penutur dan mitra tutur harus memberikan kontribusi yang relevan dengan apa yang sedang dibahas. Relevansi atau keterkaitan antara hal yang dibahas menentukan suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik. Contoh dari hal tersebut adalah sebagai berikut.

Konteks : Peter teringat dengan bentuk fisik tubuhnya.

Peter : "Mama, sekarang umurku 13, bahkan sebentar lagi 14. Tapi kenapa aku begitu pendek seperti anak perempuan?"

Mama : Badanmu sedang menyiapkan stamina sekarang. Mereka membiarkan wajahmu bekerja terlebih dahulu. Lihatlah Peter, kamu tampan sekali. Dan percayalah, ketika usiamu 15 nanti, badanmu akan membentuk peter yang gagah perkasa. Jauh lebih gagah dibandingkan Papa. ( SDAB, 2015 : 20)

Tuturan tersebut termasuk bidal relevansi karena mama memberikan kontribusi yang relevan dengan pembicaraan yang diungkapkan peter. Mama memberikan alasan sesuai dengan pertanyaan Peter, bahwa tubuh peter akan jauh lebih gagah dibandingkan Papa ketika ia berusia 15 tahun nanti, sehingga pertanyaan dari Peter terjawab dengan alasan dari Mama yang cukup relevan.

10. Bidal cara

            Percakapan dalam bidal cara mengharuskan bagi setiap penuturnya untuk memberikan pernyataan secara langsung sehingga informasi yang disampaikan jelas, tidak kabur, tidak berlebihan dan tidak bersifat ambigu.

Konteks : Asih memeluk Risa dari belakang

Risa : "Siapa kamu"

Asih : "Nama saya Asih"

Risa : "Mau kamu apa?"

Asih : "Tolong bantu lepaskan tambang yang melilit leher saya" (DK, 2015 : 112)

            Berdasarkan percakapan diatas Asih telah mematuhi bidal cara karena respon atau jawaban yang dituturkan oleh Asih jelas dan runtut sehingga Risa mudah memahami apa yang dimaksudkan atau diminta oleh Asih. Ketika Asih ditanya siapa namanya Ia menjawab dengan singkat dan jelas, kemudian ketika ditanya apa yang Ia inginkan, Ia menjawab secara jelas, tidak berlebihan dan tidak membuat bingung mitra tuturnya.

Kesimpulan dari pembahasan diatas ialah pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari dan menelaah mengenai keberadaan konteks dalam suatu percakapan yang dapat mempengaruhi makna dan maksud sebuah kalimat. Penggunaan pragmatik ini dapat ditemukan dalam sebuah novel yang berjudul "Gerbang Dialog Danur" karya Risa Saraswati. Melalui analisis tersebut dapat ditemukan beberapa jenis tindak tutur berdasarkan daya tutur meliputi lokusi dan ilokusi, berdasarkan modus tutur meliputi tindak tutur representatif, direktif, ekspresif, dan komisif. Prinsip kerja sama bidal kualitas, kuantitas, bidal relevansi dan bidal cara.

Penulis :

Muhamad Maulana Ferdiansyah (Mahasiswa PBSI-FKIP-UNISSULA)

Dr. Aida Azizah, S.Pd., M.Pd (Dosen PBSI-FKIP-UNISSULA)

Sumber rujukan :

Saraswati, Risa. 2015. Gerbang Dialog Danur. Jakarta: Bukune.

C Rahayu, R Rustono, A Syaifudin - Jurnal Sastra Indonesia, 2018 - journal.unnes.ac.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun