Mohon tunggu...
Maulana Al
Maulana Al Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa aktif di universitas 17 Agustus Banyuwangi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Etika Manajemen Strategi

26 Juni 2024   14:51 Diperbarui: 26 Juni 2024   15:09 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pengertian Etika :

Etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" dan "ethikos" yang mengacu pada kebiasaan, karakter, dan cara hidup yang baik. Etika dipahami sebagai bidang ilmu yang mempelajari standar moral yang mengatur perilaku manusia, membedakan antara perilaku yang baik dan buruk, benar dan salah. 

Etika berbeda dengan moral, di mana moral merujuk pada nilai-nilai baik dan buruk dalam diri manusia, sementara etika berperan sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk. Tujuan etika adalah untuk mengembangkan standar moral yang dapat dipahami dan dibenarkan, serta menyelidiki apa yang seharusnya dilakukan manusia. 

Etika didasarkan pada pertimbangan menyeluruh atas nilai-nilai moral universal, bukan hanya kepentingan pribadi atau yang ditetapkan oleh pemerintah.Etika adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang standar moral yang dianut oleh individu atau masyarakat. Etika berfungsi sebagai teori tentang perbuatan baik dan buruk, mempertanyakan apa yang seharusnya dilakukan manusia berdasarkan nilai-nilai moral yang universal. 

Etika membedakan diri dari disiplin ilmu lain dengan fokus pada pertanyaan "apa itu moral?" dan menyelidiki apa yang harus dilakukan manusia, tidak hanya membahas tentang apa yang ada. Etika berperan dalam mengembangkan standar moral yang dapat dipahami dan dibenarkan, serta berlandaskan pada pertimbangan menyeluruh atas nilai-nilai moral universal, bukan hanya berdasarkan kepentingan pribadi atau yang ditetapkan oleh pemerintah.

Etika manajemen strategik :

Etika manajemen strategik adalah penerapan pertimbangan dan penilaian nilai-nilai etika, moral, prinsip, serta budaya organisasi dalam proses merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi organisasi. Manajemen strategik sendiri dipahami sebagai seni dan ilmu dalam merumuskan, menerapkan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. 

Etika manajemen strategik menekankan bahwa organisasi harus selalu mempertimbangkan nilai-nilai etika, moral kelembagaan, prinsip, dan budaya organisasi, serta tidak mengabaikan kepentingan bersama dalam setiap proses strategis. 

Dengan demikian, pengkajian etika manajemen strategik dapat membantu organisasi, baik pimpinan maupun karyawan, untuk tetap konsisten dan patuh pada budaya organisasi sambil mendahulukan kepentingan atau kebaikan bersama di atas kepentingan dan keselamatan pribadi. 

Etika manajemen strategik juga menekankan pentingnya integritas, transparansi, dan akuntabilitas dalam pembuatan keputusan strategis untuk menjaga kepercayaan pemangku kepentingan.


Utilitarianisme :

Utilitarianisme adalah paham filsafat moral yang mengedepankan prinsip manfaat atau kegunaan. Menurut utilitarianisme, suatu tindakan atau kebijakan dinilai baik jika memberikan konsekuensi berupa kebahagiaan atau keuntungan bagi sebanyak mungkin orang, atau menghasilkan "the greatest good for the greatest number". 

Paham ini yang dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menekankan bahwa tindakan harus dinilai berdasarkan hasil atau dampaknya, bukan semata-mata pada aturan atau norma. Utilitarianisme bersifat kritis, rasional, dan universal, dengan fokus pada upaya memaksimalkan kebaikan dan meminimalkan kerugian atau penderitaan. 

Dalam konteks manajemen strategik, prinsip utilitarianisme mendorong organisasi untuk mengutamakan kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan pemilik saham, serta mempertimbangkan dampak kebijakan terhadap berbagai pemangku kepentingan. 

Orang yang berpaham utilitarianisme memiliki ciri-ciri di antaranya bersikap kritis dan rasional dalam menilai tindakan atau kebijakan berdasarkan konsekuensi atau dampaknya terhadap kebahagiaan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat secara luas, bukan hanya kepentingan individu atau kelompok tertentu, serta berupaya untuk memaksimalkan kebaikan dan meminimalkan keburukan atau penderitaan dengan prinsip-prinsip yang bersifat universal tanpa terikat pada norma atau budaya lokal.

Hak-Hak Individual

Setiap individu dikaruniai hak asasi manusia (HAM) sejak lahir, yang wajib dihargai dan dilindungi. HAM menjadi dasar pengakuan kemanusiaan, tanpa membedakan latar belakang. Negara memiliki kewajiban untuk melindungi hak-hak warga negaranya dari segala bentuk pelanggaran. Pengakuan dan perlindungan atas HAM terkait erat dengan hak untuk hidup layak, merdeka, dan selamat. Meskipun setiap individu memiliki hak asasi, hal ini tidak berarti mereka dapat bertindak sewenang-wenang tanpa memperhatikan tanggung jawab dan kewajiban.

Terdapat hubungan timbal balik yang proporsional antara hak dan kewajiban individu, yang menjadikannya bernilai secara pribadi dalam kaitannya dengan aktivitas dan tanggung jawab kelembagaan. Manajemen strategis perlu memperhitungkan kualitas keterlibatan individu dengan hak-hak yang diperolehnya, seperti hak untuk diperlakukan adil, memperoleh kedudukan dan jabatan, mendapatkan upah, serta diperlakukan sama di hadapan hukum.

Dengan demikian, hak-hak individual harus diakomodasi secara proporsional dalam konteks tanggung jawab dan kewajiban, sehingga dapat menciptakan keseimbangan dan harmonisasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Keterbukaan dan Partisipasi


Dalam perspektif etika manajemen strategis, nilai-nilai fundamental dalam pengambilan keputusan kolektif adalah keterbukaan dan partisipasi. Keterbukaan mengacu pada adanya komitmen timbal balik antara individu dan organisasi untuk saling berbagi informasi terkait perencanaan strategis dan anggaran demi kebaikan bersama. 

Hal ini membantu menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) yang mendorong semua pihak untuk melakukan yang terbaik bagi keberlangsungan organisasi.Di sisi lain, partisipasi merupakan instrumen penting untuk mencapai dampak dan hasil yang lebih baik. Individu perlu dilibatkan secara aktif dalam berbagai tahapan manajemen strategis, mulai dari identifikasi masalah, perencanaan dan perumusan strategi, hingga implementasi dan evaluasi. 

Partisipasi tidak hanya meningkatkan kualitas kebijakan, tetapi juga berfungsi sebagai proses pemberdayaan yang meningkatkan kapasitas individu dan mendorong perubahan positif dalam kehidupan mereka.Dengan menerapkan prinsip keterbukaan dan partisipasi, organisasi dapat memanfaatkan potensi sumber daya manusia secara optimal. Hal ini tidak hanya meningkatkan rasa memiliki dan komitmen dari individu, tetapi juga mendorong kreativitas dan inovasi, sehingga meningkatkan keberhasilan organisasi secara keseluruhan.


Pendekatan Keadilan 


Keadilan dalam manajemen strategis mengandung prinsip bahwa setiap individu, baik karyawan, manajer, maupun pemilik, harus mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing. Hal ini berarti tidak boleh ada pihak yang dirugikan haknya. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan sama di mata hukum.

Penerapan prinsip keadilan juga berarti melibatkan semua pihak, tanpa diskriminasi, dalam seluruh proses manajemen strategis - dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. Perusahaan yang adil tidak akan membedakan suku, agama, ras, atau latar belakang dalam memposisikan karyawan.

Nilai keadilan dan kemanusiaan yang adil serta beradab harus menjadi dasar dalam perumusan strategi perusahaan. Hal ini akan membantu menghasilkan program dan kebijakan yang antisipatif, produktif, dan proaktif dalam menjaga kesejahteraan seluruh karyawan, baik di masa kejayaan maupun krisis. 

Mengedepankan nilai kemanusiaan akan mencegah perusahaan mengorbankan karyawan hanya demi keuntungan jangka pendek saat menghadapi tantangan eksternal. Prinsip keadilan merupakan inti dari pendekatan manajemen strategis yang bertanggung jawab, di mana seluruh individu yang terlibat dalam organisasi, baik karyawan, manajer, maupun pemilik, harus diperlakukan secara adil sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing tanpa ada pihak yang dirugikan. 

Hal ini berarti hak-hak individu harus tersalurkan secara proporsional berdasarkan tugas, tanggung jawab, dan kontribusi yang diberikan, serta memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh pihak untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi strategi. 

Lebih dari itu, prioritas kemanusiaan yang adil dan beradab harus menjadi fondasi, mendorong kebijakan yang memperhatikan kesejahteraan seluruh karyawan baik di masa kejayaan maupun krisis, serta mencegah pengorbanan manusia demi keuntungan semata. Dengan menerapkan prinsip keadilan secara komprehensif, organisasi dapat membangun lingkungan kerja yang kondusif, meningkatkan komitmen karyawan, dan mencapai tujuan strategis yang berkelanjutan dengan tetap menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

Social Respocibility


 Bisnis dan masyarakat memiliki korelasi yang erat, di mana kehadiran bisnis terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memberikan sumber daya yang dibutuhkan perusahaan, sedangkan bisnis menyediakan lapangan pekerjaan dan memfungsikan masyarakat dengan cara yang berbeda. 

Meskipun tujuan utama bisnis adalah mengembangkan, memproduksi, dan memasok barang serta layanan kepada pelanggan untuk memperoleh keuntungan, perusahaan juga memiliki tanggung jawab sosial yang harus dipenuhi. 

Tanggung jawab sosial bisnis mencakup tanggung jawab ekonomi (memahami dan memenuhi kebutuhan konsumen), tanggung jawab hukum (mematuhi peraturan dan perundang-undangan), tanggung jawab etis (berperilaku ramah lingkungan), dan tanggung jawab filantropis (berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). 

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat memelihara hubungan yang baik dengan pelanggan, pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya, sehingga dapat mengembangkan bisnisnya dengan pandangan ke masa depan.

Manfaat Etika Manajemen Strategi
Etika manajemen strategi memiliki manfaat bagi setiap organisasi dalam upaya untuk merumuskan, mengimplementasi, dan mengevaluasi keseluruhan aktivitas manajemen strategi untuk mencapai tujuan. Adapun manfaat sebuah perusahaan menerapkan etika manajemen strategi adalah:


 etika manajemen strategi memberikan beberapa manfaat penting bagi organisasi, antara lain:

1. Memperoleh citra positif dan kepercayaan dari konsumen
   Dengan menerapkan etika yang baik, perusahaan dapat membangun kepercayaan konsumen, yang dapat memicu loyalitas konsumen dan meningkatkan peluang penjualan.

2. Memotivasi karyawan
   Karyawan cenderung lebih bersemangat bekerja jika perusahaan memiliki citra yang baik di mata mereka.

3. Mempersiapkan masa depan
   Etika manajemen strategi membantu perusahaan merancang rencana jangka panjang untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan, bukan semata-mata mencari keuntungan sesaat.

Jadi, etika manajemen strategi yang diterapkan dengan baik dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi organisasi, baik dari segi reputasi, kinerja karyawan, maupun prospek bisnis jangka panjang. Hal ini penting untuk menjamin keberlanjutan dan pertumbuhan organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun