"Kalau cuman segini desak-desakannya, aku tidak akan kapok naik KRL setiap hari untuk pergi ke kantor" Ucapku dalam hati.
KRL pun terus melintas di jalurnya. Hanya butuh melewati 2 stasiun lagi untuk aku sampai di tujuan: Cikini. Sesampainya di Tebet, orang-orang juga banyak yang turun. Di Manggarai, banyak orang yang turun untuk transit dan menuju ke tujuan lainnya.Â
Meskipun aku tidak turun di Manggarai, aku sudah siap mengambil tas yang ku taruh di rak atas untuk bersiap-siap turun di Cikini.Â
Tidak terasa petugas KAI Commuter sudah mengumumkan bahwa kereta KRL ini akan tiba juga di stasiun Cikini. Dengan langkah pasti, aku menurunkan kaki kiriku terlebih dahulu, lalu menuruni tangga dan tap kartu lagi sebagai tanda keluar dari stasiun Cikini.
"Jleb, ternyata hanya butuh membayar Rp4.000 saja dari Bojong Gede ke Cikini. Sungguh harga yang sangat murah untuk sebuah perjalanan" batinku dalam hati.
Aku mampir sebentar di warkop area Cikini sebelum nantinya melanjutkan perjalanan ke kantor. Memesan kopi terlebih dahulu dan menyantap beberapa gorengan menjadi opsi yang tepat untuk memulai pagi ini.
Sembari menyeruput kopi, aku memikirkan bagaimana perkataan kawanku mengenai KRL tidak 100% benar. Sebab, perjalanan pertamaku bersama KRL menciptakan pesan yang nyaman, aman, dan tentram.
Dari perkataan kawanku, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa kita tidak akan tahu rasanya jika tidak mencobanya secara langsung. Memang, pada awalnya aku sangat tidak mau untuk naik KRL dan menjadikannya sebagai opsi transportasi umum.
Pasalnya, aku sudah malas melihat kerumunan orang yang sangat banyak di dalam KRL dari luar. Hal ini yang membuat niat ini berkurang begitu drastis untuk naik kereta tersebut.Â
Namun, ternyata semua itu tidak benar. Saat pertama kali naik KRL untuk berangkat kerja, justru aku nyaman dan aman. Terlepas dari semua itu, hal yang paling penting adalah aku tidak telat sama sekali sampai di kantor.Â