Akuu diselipkan di dompetnya yang indah, aku di masukan ke dalam tasnya yang mewah. Aku suka permainkan dia.
Makin dalam cintanya padaku, makin serius aku mempermainkannya. Makin kuat dia mengangkku, makin kuat aku meronta melepaskan diri dari tangannya.
Kadang pagi aku tertangkap, sore aku bisa meloloskan diri. Kadang sore aku tertangkap olehnya, dan pagi itu juga aku bisa meloloskan diri dari cengkramannya.
Dia sangat membutuhkan aku, siang malam dai berfikir bagaimana caranya untuk mendapatkan aku. Setiap saat dia mencariku, mengejarku kemanapun aku lari. Aku tahu, dia selalu merindukan kehadiranku.
Aku tahu, hati dan pikirannya terpaut denganku. Aku tahu, untuk mendapatkan aku, dia rela halalkan segala cara, tak peduli agama, tak peduli nasehat guru.
Kalau aku di tanggannya langsung di hitung-hitung, di belai-belai. Makin kencang dia lari mengejarku, maka makin cepat pula aku lari meninggalkannnya.
Bila ada orang yang akan mengambilku dari tanggannya, dia pegang aku erat-erat, jangan sampai terlepas. Dia pertahankan aku sekuat-kuatnya.
Kadang dia berbohong, maaf aku tidak punya uang. Aku suka mempermainkan dia, dia benar-benar mencintaiku.
Bila dia kehilangan aku, rasanya sama dengan kehilangan nyawanya. Karena aku sudah lekat dengan darah dagingnya, nampaknya dia tidak bisa hidup tanpa aku. Dia berani bertaruh nyawa, demi aku.
Itulah yang membuat aku tidak jemu-jemunya mempermainkan mereka. Karena ada kepuasan tersendiri bagiku, bila ku bisa mempermainkan para pecinta dunia.
Aku akan selalu dan selalu mempermainkan mereka, tanpa kenal batas waktu. Selama mereka masih tetap mencintaiku.