Bila dia kehilangan aku, hatinya tak bersedih sedikitpun. Itu yang membuat aku paling penasaran.
Dia bilang, uang itu Cuma lembaran kertas titipan Ilahi.
Bila Allah mengambilnya sedikit, maka masih banyak sisanya. Besok juga Allah akan menggantinya dengan jumlah yang jauh lebih banyak. Sebegitu rendahnya nilaiku dalam pandangannya.
Aku bertekuk-lutut tak berkutik di hadapan ahli ibadah, aku mabuk kepayang di buatnya.
Dan ketika uang di tanya ke dua kalinya, “Wahai uang, mengapa kau suka pemain para pecinta dunia, para pencari duit?
Uang pun menjawab, “Aku suka mempermainkan para pecinta dunia, para pecinta duit, karena aku tau dia sangat mencintai aku, maka aku jual mahal padanya.
Aku juga gengsi, aku bukan barang murahan. Kalau aku datang, dia tertawa riang, wajahnya ceria bagaikan bunga yang sedang mekar. Dia meloncat-loncat saking senangnya.
Kalau aku pergi dia sangat sedih, sedih sekali, wajahya kelabu bagaikan mendung. Bahkan sampai menangis meronta-ronta
Aku senang sekali bisa mempermaikan dia.
Dalam pandangannya, aku sangat bernilai, sangat berharga. Seolah-olah aku adalah segalanya baginya.
Kalau aku jatuh dalam genggaman tangannya, langsung di hitung-hitung dan kipas-kipas. Wah, indah sekali.