Mohon tunggu...
Maudy nurfadilla m
Maudy nurfadilla m Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menari dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Apa Itu Pendekatan Teologis

6 Oktober 2024   00:53 Diperbarui: 6 Oktober 2024   01:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada dasarnya setiap agama itu selalu memiliki  berbagai masalah yang akan di alami oleh umat nya. Agama bukan hanya sekedar lambang kesalehan melainkan kita sebagai umatNya di tuntun untuk bisa menyelesaikan masalah masalah yang terjadi melalui berbagai macam metode  pendekatan studi islam. Contohnya pendekatan teologis. 

Apa itu pendekatan teologis? 

Pendekatan adalah sudut pandang tentang sesuatu yang mendasari proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan di tinjau. 

Sedangkan teologis berasal dari bahasa Yunani yaitu theos yang berarti " Tuhan " dan logos yang berarti " ilmu. Jadi teologis adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan yang berkaitan dengan Tuhan. 

Teologis adalah pendekatan yang normatif dan subjektif pada agama, pendekatan ini umumnya dilakukan oleh penganut agama dalam menyelidiki agama lain. Maka dari itu pendekatan ini menggunakan metode tekstual atau al kitabi. 

Jadi dapat di pahami bahwa pendekatan teologis ialah pendekatan yang menekankan pada bentuk formal atau simbol - simbol ke agamaan yang masing masing simbol mengklaim dirinya sebagai yang paling benar 

Secara harfiah, Sayyid Husein afandi al -justru at -Tarabulisi  mengatakan bahwa pendekatan teologis normatif dalam memahami agama dapat di artikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa dari suatu keagamaan di anggap sebagai yang paling benar dari pada lainnya. 

Berikut ciri ciri yang terjadi pada pemikiran teologis:

1. Loyalitas pada kelompok nya  

       Loyalitas ini  seperti bentuk konstribusi kepada kelompok seperti kerja sama saat aturan, dan mengutamakan kepentingan  kelompok di atas kepentingan sendiri . 

2. Komitmen 

      Dapat di artikan komitmen ini setia kepada kelompok dan tidak ada nya unsur khianat atau sejenis nya. 

3. Dedikasi yang tinggi

       Sikap dimana kita rela mengorbankan waktu tenaga dan pikiran untuk ikut serta menyelesaikan masalah tsb 

4. Penggunaan bahasa yang bersifat subjektif

     Mengutarakan pendapat atau saran sesuai dengan logika atau logis, dalam hal ini bahasa di identifikasi kan sebagai pelaku bukan sebagai pengamat . 

Jika di pahami lebih mendalam dalam internal umat beragama itu sendiri masih sering kita temui berbagai macam sekte atau paham keagamaan. Dalam islam pun kita bisa menjumpai teologi mu'tazilah, maturidiah, asy' ariyah, khawarij, Syi'ah dan murjiah. 

Menurut sejarah barat hubungan antara teologis dan studi agama mempunyai 3 model yang dominan yaitu

* model humanitas ( humanity) yaitu model yang dimana manusia dapat memahami hubungan antara manusia dengan manusia . Titik tekan pada model ini lebih mengarahh pada sejarah , etika, geografi, filsafat, dan manusia. 

* model yang membahas tentang gagasan transendensi. Fokus nya memediasi pak keyakinan dalam teologi. 

* model doktrinal  merupakan model yang sifatnya mendorong terus menerus pada 1 arah itu saja jadi kita fokus pada satu tujuan 

Menurut pengamatan sayyed hosen Nasr, pada era kontemporer pemikiran keagamaan islam dibagi menjadi 4 yaitu pemikiran modernis, fundalis, nasionalis, tradisionalis, ke empat pemikiran ini masing masing memiliki " keyakinan " teologi  yang berbeda jadi  susah untuk di damaikan. 

Pada studi agama, pendekatan ini di harapkan mampu memahami aspek dari segi mana pun seperti tradisi  dll karena jika kita memposisikan diri cara ini tidak bisa langsung menerima sudut pandang orang lain tanpa didasari iman yang kuat. 

Amin Abdullah mengatakan bahwa le pendekatan teologi semata mata tidak dapat memecahkan masalah esensi pluralisme pada saat ini. Karena jika diliat dari  doktrin teologi masyarakat akan mendukung atau mempertahankan komunitas nya sehingga menambah persoalan yang di hadapi umat beragama. 

Dari  sini muncullah istilah teologi masa kritis yaitu manusia berusaha untuk bisa memahami penafsiran atas sumber sumber aslinya dan tradisi pada masa lampau dan masa kini. 

Saat teologi kritis ini muncul , muncul juga kritis pada lingkungan, melalui analisis lingkungan ini kita dapat mengetahui hambatan apaa yang sebenarnya terjadi, seperti ketidakadilan dan kemiskinan mungkin teologi ini masuk dalam kepedulian sosial. 

Menurut pandangan komarudin hidayat tentang ekskluvisme teologi ialah dia memandang perbedaan dan pluralisme tidak hanya merugikan agama lain tapi juga pada diri sendiri. Seperti memperlambat atau tidak memberi celah untuk menerima kebenaran yang seharusnya itu membuat kita lebih kaya dan lapang.

Kita tidak bisa menghindari kemungkinan adanya penyimpangan dalam hal doktrin. 

Terkadang arogansi teologi juga sangat miris karena menganggap agama lain sebagai sesat dan dipastikan masuk neraka jika tidak melalui proses pertobatan. Bahkan arogansi ini tidak hanya dari luar saja dari dalam agama itu sendiri sering terjadi arogansi para komunitas yang seagama, baik islamam Yahudi . 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun