Mohon tunggu...
maudinalt _
maudinalt _ Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

"Aku bukanlah mereka yang mampu dengan hebatnya."

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ajaran Moral dalam Serat Kalatidha

27 Oktober 2022   02:33 Diperbarui: 27 Oktober 2022   10:28 3088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wordpress Serat Kaladhita SAM 

Keberadaan naskah sastra lama kian jarang dibaca oleh masyarakat dibandingkan dengan karya lain, menjadikan suatu indikator untuk meningkatkan pengenalan dan pelestarian naskah kepada khalayak umum. 

Nilai-nilai moral yang terkandung dalam naskah sastra lama diharapkan menjadi dalam kehidupan sosial.  Pelestarian yang dilakukan salah satunya dengan alih bahasa dan transliterasi naskah lama berhuruf Jawa Ke dalam bentuk latin. Mahakarya dalam Khazanah Sastra Jawa kian beragam.

Apa sih Serat Kalatidha itu ?

Serat Kalatidha merupakan karya dari seorang pujangga Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873). Serat ini berasal dari ramalan sang pujangga yang memuat  gambaran atas situasi kerajaan yang semrawut. 

Karya ini sangat mencolok dalam satra jawa dan cukup ternama, hingga luas dalam penyebarannya sampai saat ini khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun-menurun dengan menghafalnya. 

Syair ini terdiri dari 12 bait dalam metrum sinom, mencakup dalam tiga bagian: bagian pertama adalah bait 1 sampai 6, bagian kedua adalah bait 7 dan bagian ketiga adalah bait 8 sampai 12.

Dalam Serat Kalatidha terdapat nilai-nilai ajaran moral yang masih relevan dengan kehidupan sekarang.  Pada zaman ini semakin banyak orang yang mengabaikan etika dan moral dalam kehidupan, orang-orang melupakan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat  yang menimbulkan fenomena sosial.   

Dengan adanya fenomena yang terjadi, dimungkinkan ada relevansi antara fenomena tersebut dengan Serat Kalatidha.

Nilai moral apa saja yang ada dalam Serat  Kalatidha ?

Keteladanan dalam bait 1. "Mangkya darajating praja, Kawuryan wus sunyaturi, Rurah pangrehing ukara, Karanatanpa palupi, Atilar silastuti, Sujana sarjana kelu, Kalulun kala tida, Tidhem tandhaning dumadi, Ardayengrat dene karoban rubeda". Hal ini berkaitan dengan pemimpin seharusnya memberikan teladan bagi rakyatnya, jika tidak maka akan rusak seperti dalam teks.

Berhati-hati dalam bertindak terdapat pada bait 3. "Katetangi tangisira, Sira sang paramengkawi, Kawileting tyas duhkita, atamen ing ren wirangi, Dening upaya sandi, Sumaruna angrawung, Mangimur manuhara, Met pamrih melik pakolih, Temah suka ing karsa tanpa wiweka". Pada bagian ini terdapat nilai moral agar selalu berhati-hati dalam bertindak. Hal ini terjadi oleh pujangga yang terlalu senang atas perilaku orang yang diharapkan olehnya, hingga kurangnya waspada. Seseorang terkadang mengharapkan imbalan atas apa yang telah diperbuatnya.

Amanah terdapat pada bait 4. "Dasar karoban pawarta, Bebaratun ujar lamis, Pinudya dadya pangarsa, Wekasan malah kawuri, Yan pinikir sayekti, Mundhak apa aneng ngayun, Andhedher kaluputan, Siniraman banyu lali, Lamun tuwuh dadi kekembanging beka.hal ini berkaitan dengan sindiran pemimpin yang seharusnya merubah nasib rakyatnya bukan hanya menambah derita.

Taubat terdapat dalam bait 8. "Semono iku bebasan, Padu-padune kepengin, Enggih mekoten man Doblang, Bener ingkang angarani, Nanging sajroning batin, Sejatine nyamut-nyamut, Wis tuwa arep apa, Muhung mahas ing asepi, Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma".  Pada bagian ini terdapat anjuran untuk bertaubat atau memohon ampun setiap melakukan kesalahan.

Berusaha bersungguh-sungguh dalam bait 10. "Sakadare linakonan, Mung tumindak mara ati, Angger tan dadi prakara, Karana riwayat muni, Ikhtiyar iku yekti, Pamilihing reh rahayu, Sinambi budidaya, Kanthi awas lawaneling, Kanti kaesthi antuka parmaning Suksma.

Hal ini berkaitan dengan ikhtiar yang dilakukan agar lancar setiap pekerjaan yang dilakukan berusaha dan diiringi doa kepada yang Maha Kuasa.

Kesabaran dalam bait 12. "Sageda sabar santosa, Mati sajroning ngaurip, Kalis ing reh aruraha, Murka angkara Sumingkir, Tarlen meleng malat sih, Sanityaseng tyas mematuh, Badharing sapudhendha, Antuk mayar sawetawis, borong angga sawarga mesi martaya".Pada bagian ini dimana pujangga melewati semua dengan kesabaran dan menyerahkan diri kepada Tuhan segala yan terjadi hingga hidupnya tentram dan damai.

 

Referensi : 

Alang-alang kumitir,  www.alangkumitir.wordpress.com  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun