Keberadaan naskah sastra lama kian jarang dibaca oleh masyarakat dibandingkan dengan karya lain, menjadikan suatu indikator untuk meningkatkan pengenalan dan pelestarian naskah kepada khalayak umum.Â
Nilai-nilai moral yang terkandung dalam naskah sastra lama diharapkan menjadi dalam kehidupan sosial. Â Pelestarian yang dilakukan salah satunya dengan alih bahasa dan transliterasi naskah lama berhuruf Jawa Ke dalam bentuk latin. Mahakarya dalam Khazanah Sastra Jawa kian beragam.
Apa sih Serat Kalatidha itu ?
Serat Kalatidha merupakan karya dari seorang pujangga Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873). Serat ini berasal dari ramalan sang pujangga yang memuat  gambaran atas situasi kerajaan yang semrawut.Â
Karya ini sangat mencolok dalam satra jawa dan cukup ternama, hingga luas dalam penyebarannya sampai saat ini khususnya di kalangan masyarakat Jawa yang dilestarikan secara turun-menurun dengan menghafalnya.Â
Syair ini terdiri dari 12 bait dalam metrum sinom, mencakup dalam tiga bagian: bagian pertama adalah bait 1 sampai 6, bagian kedua adalah bait 7 dan bagian ketiga adalah bait 8 sampai 12.
Dalam Serat Kalatidha terdapat nilai-nilai ajaran moral yang masih relevan dengan kehidupan sekarang.  Pada zaman ini semakin banyak orang yang mengabaikan etika dan moral dalam kehidupan, orang-orang melupakan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat  yang menimbulkan fenomena sosial.  Â
Dengan adanya fenomena yang terjadi, dimungkinkan ada relevansi antara fenomena tersebut dengan Serat Kalatidha.
Nilai moral apa saja yang ada dalam Serat  Kalatidha ?
Keteladanan dalam bait 1. "Mangkya darajating praja, Kawuryan wus sunyaturi, Rurah pangrehing ukara, Karanatanpa palupi, Atilar silastuti, Sujana sarjana kelu, Kalulun kala tida, Tidhem tandhaning dumadi, Ardayengrat dene karoban rubeda". Hal ini berkaitan dengan pemimpin seharusnya memberikan teladan bagi rakyatnya, jika tidak maka akan rusak seperti dalam teks.