Kalaupun jiwa-jiwa ini akan kembali ke Yang Maha Esa ya berarti ini hanyalah salah satu jalan untuk kembali pulang. Tapi kalau kita menganggapnya sebagai sebuah ancaman maka bisa jadi kita hidup dalam ketakutan dan paranoid yang sebenarnya tidak diperlukan.Â
Bagaimanapun juga corona virus ini sudah beredar  dan tidak kasat mata hingga kita tidak secara sadar bisa mengenalinya dengan mudah. Seperti virus influenza, kita tidak pernah tahu wujud fisiknya hanya tahu ketika hidung mulai mampet atau tenggorokan mulai gatal.
Jadi daripada ketakutan dengan virus ini, sangat ada baiknya kita lebih menjalani hidup dengan kembali mensyukuri apa yang sudah kita terima tiap hari. Setiap tarikan dan hembusan nafas yang masih dititipkan ke kita tiap kita membuka mata di pagi hari. Karena kita tidak pernah tahu kapan titipan itu jatuh tempo dan kita tidak lagi membuka mata di suatu pagi di bumi ini. Kembali ke Yang Esa, setelah misi kita selesai di bumi ini. Dan siap ditugaskan untuk misi kita berikutnya dimanapun kita diutus oleh Sang Maha Esa.
Usia hanya masalah waktu saja, kesehatan bisa dijaga, penampilan bisa dirawat, tapi kesadaran akan keberadaan kita sebagai makhluk utusan perlu dikenali dan disadari. Dengan begitu siapapun kita, apapun yang kita kerjakan, dan bagaimanapun kondisi kehidupan di luar kita akan kita lihat hanay sebagai atribut tempelah yang hanya sementara sifatnya. Hingga kita kembali ke sumber kita yang sejati. Sang Maha Esa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H