Sebagai orangtua yang sudah berumur 83 tahun, Syamful Fuad seharusnya sudah bisa duduk tenang di rumah menikmati hari tuanya. Apalagi salah satu karyanya, judul film "Benyamin Biang Kerok" kembali difilmkan oleh PT Falcon Pictures, sebuah perusahaan film yang beberapa kali menciptakan rekor perolehan penonton dari film-film yang dibuatnya.
Generasi jaman now sudah tidak kenal siapa Syamsul Fuad. Dia hanyalah seorang mantan wartawan, yang mencoba tetap aktif di usianya. Ketika saya dan beberapa teman wartawan bertemu dengannya di sela acara pengumuman pemenang Lomba Kritik Film, Artikel Opini Perfilman, dan Artikel Features Perfilman Tahun 2017 di Gedung Theatre Perpustakaan Nasional, Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (22/11/2017), terlihat bahwa usia tua sudah menggerus kemampuan fisiknya. Langkahnya lemah, bicaranya kadang kurang jelas terdengar dan ia beberapa kali menanyakan kalimat yang diucapkan lawan bicara karena pendengarannya sudah jauh berkurang. Untuk bepergian, Syamsul diantar oleh anaknya menggunakan sepeda motor.
Namun semangatnya untuk berjuang masih tinggi, terutama memperjuangkan haknya sebagai seorang penulis cerita asli film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksi oleh NV Harapan Film pada tahun 1972, dengan sutradara Nawi Ismail dan pemeran utama aktor legendaris Betawi, Benyamin Suaeb, dan lawan mainnya Ida Royani, A. Hamid Arief, Wolly Sutinah, Ellya Khadam dan lain-lain.
"Waktu saya sodorkan cerita itu, Nawi Ismail langsung setuju. Dia bahkan enggak menyangka saya bisa menulis cerita seperti itu," tutur Syamsul dengan suara sedikit bergetar.
Bersama Nawi Ismail dia lalu menuliskan skenarionya. "Waktu itu saya yang membujuk Benyamin supaya mau membintangi film itu. Karena dia mengaku tidak berani jadi pemeran utama. Setelah saya yakinkan, akhirnya Benyamin mau," tambah Syamsul Fuad.
46 tahun kemudian, tahun 2018, film dengan judul "Benyamin Biang Kerok" kembali diproduksi oleh PT Falcon Pictures dengan bintang utama aktor serbabisa Reza Rahadian. Untuk keperluan itu, Reza sowan ke keluarga Benyamin S dan melakukan ziarah ke makam Benyamin S di TPU Karet Bivak Jakarta, pada 26 Januari 2018.
PT. Falcon adalah sebuah perusahaan yang telah menghasilkan beberapa film laris. Dimulai dari film-film Comic Casino King Part 1 (2015) yang meraup 1.211.820 penonton, dan Comic Casino King Part 2 (2015) yang meraih 1.835.644 penonton.
Sukses Falcon terus berlanjut dengan "My Stupid Boss" (2016) yang mendapat 3.052.657, kemudian  "Warkop DKI Reborn Jangkrik Boss Part 1" (2016 / 6.858.616 penonton), dan "Warkop Reborn Jangkrik Bos Part2" (2017/ 4.083.190 penonton).  Yang terakhir, Max Pictures sebuah perusahaan yang berada di bawah naungan Falcon, juga memecahkan rekor perolehan penonton di tahun 2018, melalui  "Dilan" yang meraih 6,3 juta penonton.
Sukses Falcon disebabkan oleh strategi promosi yang berani. Hampir semua media besar, baik televisi, media cetak maupun online, tak ketinggalan media ruang maupun radio disasar untuk kepentingan promosi film-filmnya. Belum lagi kegiatan meet and great dengan penggemar di berbagai daerah.
Berbeda dengan perlakuan terhadap keluarga Benyamin S, Syamsul Fuad sang penulis cerita asli film "Benyamin Biang Kerok" mengaku tidak dilirik sama sekali. Oleh karena itu menurut pengakuan Syamsul Fuad, dirinya pernah menemui produser film "Benyamin Biang Kerok" produksi tahun 2018, Oddy Mulya Hidayat, tetapi responnya mengecewakan. Syamsul pernah ditawari uang "belas kasih" sebesar Rp.5 juta, tetapi Syamsul menolak. Keinginan untuk bertemu lagi tidak direspon, sehingga akhirnya ia melakukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kini sidang gugatan itu sudah berjalan.
Kabar terakhir menyebutkan produser akan menggugat balik Syamsul Fuad karena merasa berhak atas cerita film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksinya. Bisa saja produser berdalih hanya ada kesamaan judul antara film "Benyamin Biang Kerok" yang diproduksi tahun 1972 dan tahun 2018. Selebihnya beda.
Dari berbagai review tentang film "Benyamin Biang Kerok" produksi Falcon Pictures, baik cerita maupun kemasan sudah jauh berbeda, meski pun nama tokohnya tetap sama: Pengki, seperti nama tokoh dalam "Benyamin Biang Kerok"produksi tahun 1972.
Dengarlah celoteh dua anak muda dalam akun Cine Crib yang diunggah di Youtube pada 6 Maret 2018. Unggahan itu sudah dilihat oleh 225.268 orang.
"Ada apa dengan Benyamin Biang Kerok? Film garapan Hanung Bramantyo ini rasanya seperti film yang kehilangan arah entah mau dibawa ke mana, apalagi Falcon Pictures sudah pede akan membuat 3 film Benyamin, tapi nonton film pertamanya saja sudah bikin geleng-geleng kepala dst...
Si Pengki jadi anak pengusaha IT. Benyamin disukai oleh Bos Mafia diperankan oleh Komar.
Mau bikin science ficition, action, komedi semua ada, jadi bingung. Saya suka teknisnya Hanung aja dalam membuat film, Reza biasa aja, ketawanya terlalu mengganggu.
Ceritanya complicated, science fiction. Masalahnya Benyamin komedi, dulu related dan merakyat.....
Dari awal sampai akhir film kalau dibikin film komedi bukan, tidak ketawa sedikit pun. Mungkin standar ketawanya lucu ya...masih bagusan Warkop...Warkop yang menurut saya biasa aja masih lebih bagus...Mungkin Meriem Bellina yang selalu setia dengan gaya Meriem yang suka marah-marah....Omas juga, sisanya...ya. Mengangkat budaya Betawinya juga enggak ke mana-mana. Saya nonton Rano Karno malah menunggu Si Doel Anak Sekolahan..."
Cuitan di twitter dan berbagai komentar orang-orang yang sudah menonton menyatakan film "Benyamin Biang Kerok" yang dibintangi oleh Reza Rahadian, rata-rata mengatakan film itu jelek. Reza gagal menunjukkan kelasnya sebagai aktor nomor wahid, Hanung setali tiga uang....
Perkumpulan Betawi Kita menyatakan kecewa menonton film tersebut, Â bahkan merasa dihina. Bagaimana tidak, menurut perkumpulan itu siaran pers yang diterima Panjimas, Jumat (9/3/2018) mengatakan: mengingat Benyamin S bukan sekadar tokoh film, pemusik, dan segambreng lagi sebutannya. Benyamin S telah menjadi manifestasi dari kebudayaan dan sejarah orang Betawi.
Hanung dan para penulis skenario serta para pemodalnya telah dengan sengaja memanfaatkan nama Benyamin sebagai komoditas. Tidak lebih dari itu saja, meskipun film didedikasikan untuk mengenang Benyamin. Izin dari keluarga dengan iming-iming merayakan ulang tahun Benyamin dengan menafsirkannya ulang.
Namun, ini hanya kamuflase, trik memalukan yang disebut Sjumandjaja sebagai tukang kelontong perfilman. Mereka ini, kata Sjuman, tidak ada punya kreativitas sebagai unsur utama film. Mereka hanya punya kreativitas bagaimana melipatgandakan modal. Memperbarui angka rekening dan bukan memperbarui nilai film nasional.
Mayoritas narasi, adegan, gaya hidup yang dipertontonkan menjelaskan dengan gamblang tidak hadirnya pikiran di dalamnya. Semua asal comot. Memang benar Benyamin juga asal comot. Tetapi, beda asal comot dengan kreativitas dibanding asal comot yang tanpa pikiran. Hasilnya yang satu pembaruan, sedangkan satu lagi kedunguan.
Di awal adegan, sutradara Hanung banyak mencomot film James Bond dengan "Casino Royal"-nya, "Mission Imposible", "Tomb Rider", dan latar belakang mafioso yang sarat dengan perjudian, miras dan pornografi. Hanung tidak puas jika hanya menjiplak narasi film aksi yang berkiblat ke Hollywood. Ia tutup film dengan adegan perkelahian yang menjiplak film Kungfu Hustle dari Hongkong. Di antara awal dan akhir demikianlah jiplakan demi jiplakan disambung dengan buruk sebagai cerita.
Film "Benyamin Biang Kerok" versi baru  memang berhasil meraih 740.196 penonton. Bukan sebuah jumlah yang buruk untuk ukuran film nasional. Tetapi bila melihat aktor pemerannya, sutradaranya, dan produser yang membuatnya, hasil itu tidak sebanding dengan nama-nama besar mereka. Apalagi promosinya gila-gilaan, yang menghabiskan dana sangat besar!
Apakah hasil itu juga akan dijadikan dalih oleh produser untuk tidak berbagi kasih dengan Syamsul Fuad? Atau malah Syamsul yang akan dipojokan dengan tuduhan sebagai penyebab gagalnya film di pasaran. Wallahualam! Kita tunggu kabar selanjutnya dari Pengadilan, kalau memang produser akan menggugat balik. Bila melihat data empirik perjalanan hukum di negeri ini, kekuatan ekonomi biasanya mengalahkan nurani. Orang lapar bisa masuk bui kalau hanya menuruti suara perutnya.
Sejauh ini Syamsul Fuad tidak pernah menjelek-jelekkan isi film sebagaimana review yang bertebaran di media online atau media sosial. Dia hanya menuntut haknya sebagai orang yang menciptakan judul "Benyamin Biang Kerok" dan tokoh Pengki! Apalagi terbetik kabar akan ada sequel dari film "Benyamin Biang Kerok"yang dibintangi oleh Reza Rahadian. Kita tunggu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H