Mohon tunggu...
Matkodak
Matkodak Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Peminat masalah sosial politik, kesenian dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tanggapi Hariri, MUI Lembek, FUUI Lumayan, Solahudin Wahid Oke

15 Februari 2014   10:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:48 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

SAYA kecewa pada MUI – meski sudah saya bayangkan sebelumnya.  Saya menduga, MUI akan lembek dalam  menghadapi kelakuan bejad ustadz Hariri, yang berceramah lalu menginjak kepala  petugas 'sound system' di panggung, di depan anak-anak, dan di depan masyarakat. Benar saja!

Majelis Ulama Indonesia, yang menaungi ulama, dan dicemarkan oleh ulah ustadz kagetan itu, hanya “menyesalkan” dan  "menyayangkan" .

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan menyatakan, tindakan kekerasan dalam berdakwah bukan cara yang diajarkan Rasulullah SAW.

"Kalau itu benar adanya, tentu itu menyalahi metode dakwah yang diajarkan Alquran. Di dalam Alquran berdakwah harus dengan kata-kata yang lembut dan dengan cara mau'izhatil hasanah," tuturnya kepada koran Republika.
Rekaman video yang memperlihatkan kedzloiman Ustadz Hariri menginjak kepala operator 'sound system', Entis Sutisna yang diposting di situs jejaring sosial Youtube terjadi di tengah acara ceramah di Nagrak, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sebulan lalu.

Apa yang dilakukannya bukan hanya penghinaan kepada sesama manusia, namun jelas mencemarkan para penceramah agama, pembawa nilai-nilai mulia yang selalu digembar-gemborkan sebagai  "rakhmat bagi seluruh alam".

Hariri yang konon bergelar Raden dan Haji, dengan nama lengkap KH. Rd. M. Hariri Abdul Aziz Azmatkhan S.Psi., MA. - tampil di panggung sebagai ustadz, dengan dandanan meniru kostum ulama, dan memberikan ceramah. Sepatutnya melekat padanya sikap sabar, rendah hati, dan menahan diri. Namun kemudian berlaku nista dan hina.

Hariri Abdul Aziz, menurut situs sayangi.com merupakan pengasuh Majelis Mazidah Aswaja, yang kini sudah tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, dia juga mengasuh sebuah pesantren di daerah Kabupaten Bandung, tepatnya Pesantren Muhyidin bin Yasa Ahlisunnah Waljamaah yang terletak di Nagrak, Cangkuang-Banjaran, Kabupaten Bandung.

Tapi, bagaimana pengasuh pesantren berlaku sekasar dan sedzolim itu? Jangankan seorang penceramah agama, rocker, penyanyi dangdut, yang longgar moralnya, tidak melaklukan sehina yang dilakukan oleh Hariri di panggung.

Para pedangdut koplo memang mempertunjukkan yang a moral, dengan goyang membakar syahwat . Tapi mereka tidak menyakiti siapa-siapa, tidak marah-marah kepada crew. Tidak melukai  penonton dan crew-pendukung acaranya.

Sedangkan Ustadz hariri yang fasih mengutip ayat, di atas panggung justru  menghinakan orang yang sedang bekerja mendukung acaranya. Di depan penonton, di depan anak-anak.

Tak heran, akibat tayangan video itu, dia menuai kecaman. Banyak tokoh dan pemuka Islam yang geram dengan kelakuan yang ditunjukkan Hariri di depan jamaahnya itu.

Namun - sungguh mengherankan jika MUI, yang seharusnya melindungi ulama, adem ayem saja. Hanya prihatin dan menyayangkankan.

"Kami prihatin dan menyayangkan dengan apa yang dilakukan Ustadz Hariri dalam sebuah video, saat dirinya berceramah di Nagrak, Kabupaten Bandung, Jawa Barat," kata Rafani Achyar, Sekretaris Umum MUI Jawa Barat, kepada wartawan, di Bandung, Kamis (13/2).

Menurut dia, apa yang dilakukan oleh Ustadz Hariri terhadap pria yang berprofesi sebagai "sound system" tersebut termasuk dalam tindakan kekerasan.  "Itu tindakan kekerasan terhadap orang lain, di depan para jamaah atau di depan publik. Hal itu sangat tidak pantas," katanya.

FUUI LUMAYAN

Tanggapan yang lumayan datang dari Ketua Umum Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI), KH Athian Ali yang mengatakan, rekaman video injak kepala yang dilakoni Ustadz Hariri bisa berdampak negatif terhadap persepsi masyarakat tentang Islam.

“Perbuatan yang bersangkutan (Hariri—Red), tidak hanya akan berakibat buruk bagi kepribadiannya, tetapi juga dapat merusak citra Islam. Ini fatal,” ujar Athian, saat dihubungi Republika On Line, Kamis (13/2).

Ia berpendapat, seorang pendakwah yang sudah telanjur digelari ustadz mestinya mampu mencerminkan nilai-nilai Islam dalam setiap tindak-tanduknya dan memiliki tanggung jawab moral kepada umat.

Apa yang sudah dilakukan Hariri justru sebaliknya, kata Athian. “Keistimewaan seseorang dalam Islam bukan dipandang gelar, status sosial, ataupun pakaian yang dikenakannya. Akan tetapi, yang menentukan kemuliaan seseorang itu adalah ketakwaannya. Bisa jadi orang yang dihinakan itu lebih mulia di mata Allah,” tegasnya.

SOLAHUDIN OKE

Tanggapan paling sigap dan menyejukkan datang dari tokoh Islam pluralis Salahuddin Wahid atau biasa disapa Gus Sholah yang ikut geram dengan tindakan Hariri.

Gus Sholah juga meminta agar Hariri tidak muncul lagi di depan publik dengan mengatasnamakan seorang dai atau pesyiar Islam. "Dia (Hariri) jangan boleh muncul lagi sebagai dai," kata Gus Sholah dalam akun Twitter pribadinya dengan nama Gus_Sholah pada Kamis (13/2).

Pernyataan Gus Sholah ini untuk menjawab pertanyaan salah satu follower atau pengikutnya dengan akun Twitter bernama @AlawiIbnuimam. Akun tersebut menanyakan tanggapan Gus Sholah tentang video Hariri yang menginjakkan kaki ke kepala jamaah.

MASIH AROGAN

Dalam sebuah acara Hitam Putih di Trans TV, Kamis (13/2) malam lalu, Hariri Abdul Azis dihadirkan untuk mengklarifikasi apa terjadi. Awalnya dia tidak mengakui tindakan menginjakkan kaki ke kepala Entis Sutisna. Ia berkelit hanya menindih kaki kirinya ke pundak kanan Entis.

Dia juga menyatakan apa yang dilakukannya - sebagaimana pernyataan managernya - merupakan "kuncian silat" .

Agak membingungkan, untuk apa di tengah acara ceramah agama harus mengeluarkan "kuncian silat?"

Entis - korban injakan kaki Harii - yang dihadirkan dalam acara tersebut pun membantahnya. Entis mengaku diinjak lehernya oleh Hariri.

Entis juga mengaku dalam rekaman tersebut, ia meminta maaf karena takut dengan Hariri.

Hariri yang sebelumnya ngotot dan ngeyel membantah telah melakukan tindakan tak patut - lalu mengakui kesalahan - dengan mencari cari pembenaran - tetap menunjukkan sikap arogannya.

Bahwa apa yang terjadi merupakan "kesalahan bersama". Bahkan dengan gaya menekan, mengintimidasi, Hariri menyebut Entis juga melakukan kesalahan.  Bahwa Entis telah mengakui salahya bahkan minta maaf saat di panggung setelah kejadian itu.

Hariri ngotot bahwa masalahnya sudah selesai, tapi dihebohkan oleh pihak lain.

Hariri Abdul Azis bukan hanya tidak layak jadi ustadz, tidak layak menyandang semua gelar yang melekat pada namanya, tapi juga tidak layak menjadi laki-laki yang berjiwa satria. Tidak sportif .

Dia lebih nampak sebagai pengecut arogan. Sekelas preman pasar, yang menguasai "kuncian silat" untuk menista warga yang lemah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun