Aku menggores, membubuhkan tanda
Pada setiap jiwa yang mulai lelah
Aku memberikan sebuah peringatan
Bahwa yang kau lakukanÂ
Bukan yang terbaik untuknya
Jangan lagi kau lakukan
Atau aku akan menandaimu
Di tubuhmu yang membisuÂ
Atau di hatimu yang semu
Aku memberikan rasa sakit
Perih. Pedih.
Namun kau tetap menikmati
Menikmati setiap rasa yang muncul
Yang berkedut di hati atau tubuhmu
"Biarkan," katamu
"Biar rasa ini menjadi melodi
Rasa sakit yang pernah saya dapatkan
Melodi yang saya dendangkan
Dari ingatan tentang dirinya yang hilang."
"Wahai luka!" kau memanggilku
"Selama kau masih bersemayam
Berikan saya waktu untuk masih mengenangnya
Dan disaat kau pergi
Bawa juga dia pergi dari ingatan
Agar saat dia melintasi benak saya lagi
Saya lupa, saya lupa bahwa dia pernah memberi saya luka."
Aku tertawa, dirimu yang lemah
Tersakiti oleh kenangan peradaban
Aku hanya tersenyum,
Kepergianku akan meninggalkan tanda
Tanda yang sulit hilang
Tapi jika kau tak melihatku lagi
Ingatan tentangnya akan mulai hilang
Maaf, maafkan aku yang seegois itu untuk tidak meninggalkanmu
Jika itu maumu
Lupakan saja aku
Aku  yang menyimpan perjuanganmu
Rasa yang kau nikmati dariku
Akan aku buang dari kehadirannya
Hai dirimu, cepatlah sembuh
Dan dia bukan untukmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H