Grit_Ketabahan: Kekuatan hasrat dan ketekunan
Kali ini saya akan berbagi cerita tentang pemikiran dari Angela Lee Duckwort pada presentasinya di acara TEDTalk, seorang Psikolog di Amerika.
Di University of Pennsylvania, Angela Lee Duckworth mempelajari konsep-konsep tak berwujud seperti pengendalian diri dan ketabahan untuk menentukan bagaimana mereka memprediksi kesuksesan akademik dan profesional.
Beliau meninggalkan pekerjaan sangat baik di bidang konsultasi, Angela Lee Duckworth kemudian berpindah memilih pekerjaan mengajar matematika untuk siswa kelas tujuh di sekolah umum New York. Dia segera menyadari bahwa IQ bukanlah satu-satunya hal yang memisahkan siswa sukses dari mereka yang berjuang. Di sini, dia menjelaskan teorinya tentang "ketabahan" sebagai prediktor kesuksesan.
Dalam pengalamannya sebagai guru, beliau menemukan bahwa IQ bukanlah yang menjadi pembeda antar siswa berhasil dan siswanya yang berkesulitan. Beberapa siswanya yang hasil pekerjaannya bagus ternyata tidak memiliki nilai IQ yang tinggi, dan juga ternyata Sebagian siswa-siswanya yang ber IQ tinggi ternyata tidak menghasilkan unjuk kerja yang maksimal. Hal ini membuatnya berpikir, dan mendapatkan kesimpulan bahwa keberhasilan belajar harus dilihat juga berdasarkan perspektif motivasi, dari perspektif psikologis.
Namun di Pendidikan yang biasanya menjadi patokan kecerdasan adalah IQ, tapi bagaimana jika keberhasilan belajar di sekolah, dan keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari adalah lebih dari hanya berdasarkan IQ saja, tidak hanya oleh kemampuan seseorang untuk belajar cepat dengan mudah, Kemudian Ms Duckworth melanjutkan pendidikannya di bidang psikologi, beliau belajar tentang anak-anak dan orang dewasa dalam berbagai macam suasana yang super menantang. Dalam setiap penelitiannya, beliau bertanya, siapa yang berhasil dalam kondisi tersebut dan mengapa.
Beliau dan tim risetnya pergi ke akademi militer Amerika Serikat, mereka mulai memprediksi mana taruna yang akan bertahan dalam pelatihan militer tersebut, dan mana yang akan dropout. Lebih lanjut Ms. Duckworth dan tim risetnya, mengunjungi LOMBA MENGEJA di Amerika Serikat, dan mulai memprediksi mana peserta yang akan berhasil berprestasi, dan mana yang akan gagal. Mereka juga meneliti guru-guru baru yang ditempatkan di wilayah yang sangat menantang, juga memprediksi mana yang sanggup bertahan dan menghasilkan hasil belajar siswa yang tinggi dan mana yang tidak di akhir tahun pelajaran. Mereka juga pergi ke perusahaan penjualan produk, dan memprediksi mana salesman yang berhasil bertahan dan menghasilkan hasil penjualan yang tinggi, dan mana yang tidak.
Betapa menariknya, ternyata dari beraneka macam konteks tersebut, SATU KARAKTERISTIK yang sama muncul yaitu sebagai suatu elemen pendukung kesuksesan, dan itu ternyata bukan Inteligensi Sosial, bukan karena penampilan yang menarik, bukan juga karena Kesehatan fisik, dan ternyata juga bukanlah IQ, ternyata itu adalah GRIT (KETABAHAN).
Grit (Ketabahahan) adalah gairah dan ketekunan terhadap tujuan jangka sangat Panjang jangka waktunya. Grit (Ketabahan) adalah tentang memiliki skema, yang focus pada tujuan di masa depan, secara tekun dan konsisten, dan bekerja sangat keras untuk menjadikannya berhasil tercapai menjadi suatu realitas.
Grit (Ketabahan) adalah seperti menjalani hidup sebagai suatu marathon, bukan sebagai lomba lari sprint. Beberapa tahun yang lalu, beliau mempelajari dan meneliti tentang Grit (Ketabahan) di sekolah Negeri Chicago.Dia, meminta ribuan siswa Yunior (kelas awal) untuk mengisi kuesioner tentang Grit (Ketabahan). Dan melihatnya  kemudian di tahun kelulusan siswa-siswa tersebut, siapa yang berhasil lulus sekolah.Dan hasilnya adalah siswa dengan tingkat Grit (Ketabahan) tinggilah yang berhasil lulus. Maka Grit (Ketabahan) tidak hanya berpengaruh di tingkat Lomba Penting seperti Lomba Mengeja (Spelling Bee), tapi Grit (Ketabahan) juga sangat berpengaruh di sekolah. Utamanya bagi anak-anak yang punya kecenderungan tinggi untuk dropout.
Menurut Ms. Duckworth, adalah hal yang mencengangkan bagi beliau adalah bagaimana sedikitnya sekarang ini peneliti menguak tentang pentingnya Grit (Ketabahan) dan bagaimana membangun Grit (Ketabahan) di dalam diri masing-masing peserta didik.
Apa yang harus dilakukan guru untuk membuat peserta didik yang memiliki etik kerja yang solid? Bagaimana guru dapat tetap membuat peserta didik termotivasi dalam jangka penjang Pendidikan? Sejujurnya, Ms. Duckworth menyatakan bahwa beliau juga tidak tahu.
Yang Ms. Ducworth tahu adalah keterampilan (talenta) tidak membuatmu menjadi Grit(tabah).Karena berdasarkan data, ditemukan bahwa banyak sekali yang meiliki talenta ternyata tidak berkomitmen dalam membangun talentanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya, ternyata Grit(Ketabahan) ternyata memang tidak langsung berkorelasi dengan ukuran keterampilan.
Maka, idea terbaik sekarang ini tentang membangun Grit(Ketabahan) bagi peserta didik adalah dengan GROWTH MINDSET (Membangun mindset). Ini adalah idea dari Standford University by Carol D, yang menyatakan tentang pengtingnya Percaya bahwa kemampuan untuk bisa belajar adalah tidak tetap tapi dapat berganti dengan adanya usaha. Jika murid diajarkan tentang bagaimana otak berkembang dalam proses belajar, maka murid akan mudah dipahamkan untuk menjadi tetap teguh berjuang Ketika mereka menemukan kegagalan. Mereka punya kepercayaan tinggi bahwa kegagalan bukanlah kondisi yang permanen. Maka GROWTH MINDSET (MEMBANGUN MINDSET) adalah idea yang sangat baik untuk membangun Grit (Ketabahan). Dalam prosen mencapai tujuan, kita harus punya kesiapan untuk Gagal, kita harus punya kesiapan untuk menerima bahwa ternyata kita salah, hal itulah yang membangun keteguhan kita untuk bangkit lagi untuk berusaha memperbaiki kesalahan tersebut, bangkit lagi melangkah menuju tujuan baik kita. TO START OVER AGAIN WITH LESSON LEARNED. Tidak semata-mata langsung menyerah dengan adanya kegagalan dan kesalahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H