Mohon tunggu...
Teguh S
Teguh S Mohon Tunggu... Guru - Praktisi & Pemerhati Pendìdikan

Bukan generasi milenial, tetapi pendidik anak-anak zaman milenial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

HOTS, Computational Thinking, dan Kurikulum 2022 (Tinjauan Singkat)

12 Desember 2021   01:52 Diperbarui: 14 Desember 2021   13:25 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Tiap-tiap manusia memiliki masalah kehidupan yang unik dan khas. Suatu keadaan (phenomenon) kehidupan akan berubah menjadi suatu masalah (problem), jika terdapat jurang yang memisahkan antara das solen (harapan) dengan das zein (fakta). Berbeda-beda jenis masalah, maka berbeda-beda pula penyelesaiannya.

     Pada opini kali ini penulis bermaksud mengaitkan masalah (problem) beserta teknik penyelesaiannya dengan Kurikulum 2022. Untuk usaha itu penulis menggunakan matematika (kebetulan penulis adalah guru matematika) sebagai wahana untuk mengarah ke tujuan penulisan.

Matematika (bukan) ilmu pasti

     Untuk menuju konsep masalah (problem), penulis awali dengan pertanyaan, "Apakah matematika itu ilmu pasti?". Berdasarkan keterbukaannya, perhatikan dua buah jenis soal pada matematika. Beberapa soal memiliki solusi tunggal (soal tertutup), sementara itu beberapa soal lain memiliki banyak solusi (soal terbuka). 

     Jika suatu kelas diberi pertanyaan "tentukan hasil dari 3x4", maka semua siswa akan memberikan jawaban yang sama bahwa 3x4=12. Tetapi jika suatu kelas diberi pertanyaan "isilah titik-titik pada soal berikut ...x...=12", maka ada siswa akan memberikan jawaban benar 3x4, 2x6, 1x12, dan lain-lain. Istilah "matematika adalah ilmu pasti memang menyesatkan".

Soal berbeda dengan masalah

     Semakin mengerucut, maka pertanyaan selanjutnya adalah "Apakah soal berbeda dengan masalah?". Menyelesaikan soal matematika adalah mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukan soal tersebut. Ketika kebanyakan siswa mengalami kesulitan dan butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan suatu soal, maka soal tersebut dinamakan masalah (problem). Semakin ruwet (complex) suatu masalah maka semakin sulit dan semakin lama penyelesaiannya.

Soal (masalah) HOTS

     Pada buku paket matematika, soal yang terletak di akhir pokok bahasan disebut soal rutin. Soal rutin juga terdapat pada soal PAS, PAT, atau Ujian Sekolah/ Madrasah. Sementara itu, soal pada AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) bukanlah soal rutin.

     Soal yang non-rutin dan soal yang kompleks (bukan soal yang sederhana), membutuhkan pemikiran lebih tinggi (dari biasanya) untuk menyelesaikannya. Soal (masalah) yang demikian dinamakan soal (masalah) HOTS (higher order thinking skills).

Computationl Thinking (CT)

     Pada Kurikulum 2022, pemerintah bermaksud menginjeksi Computational Thinking (CT) pada semua matapelajaran. CT (dengan bahasa penulis) adalah cara berpikir komputasi atau upaya penyelesaian masalah komputasi. Masalah komputasi terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu abstraction, algorithm, decompotition, dan pattern recognition. Semua masalah dalam kehidupan dapat digolongkan kedalam empat jenis masalah CT atau kombinasi beberapa masalah CT.

     Teknik khas penyelesaian keempat jenis masalah CT sebagai berikut.

1)  Untuk menyelesaikan masalah berjenis decomposition yaitu dengan cara mem-breakdown masalah umum menjadi beberapa masalah kecil. Dengan cara menyelesaikan masalah-masalah kecil sama artinya dengan menyelesaikan masalah umum.

2)  Pencari solusi harus fokus pada masalah sasaran dan jangan terkecoh dengan asesoris yang menempel pada masalah berjenis abstraction.

3)  Pada masalah berjenis algorithm, pencari solusi harus taat pada tahapan-tahapan pemecahan masalah.

4)  Jika terbiasa menyelesaikan masalah, pencari solusi dapat mengenali pola penyelesaian masalah berjenis pattern recognition.

Keberkaitan HOTS, CT, dan Kurikulum 2022

     Soal berjenis AKM, HOTS, dan CT adalah soal berjenis non-routine. Kurikulum 2022 "menganjurkan" kita (guru) untuk melatih (membiasakan) siswa menyelesaikan soal (masalah) non-routine. Karena, masalah yang muncul di kehidupan nyata faktanya adalah masalah non-routine dan complex. Melatih (membiasakan) siswa menyelesaikan soal (masalah) non-routine dan complex bukan bertujuan untuk mendongkrak nilai PISA, tetapi agar siswa terbiasa, ter-budaya, dan ter-akuisisi memiliki kompetensi menyelesaikan masalah kehidupan nyata yang non-routine dan complex.
     Selain memiliki kompetensi menyelesaikan masalah non-routine dan complex, siswa (calon penghuni abad 21) harus memiliki keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi pada abad digital (networking) kelak. Memang sudah seharusnya Kurikulum 2022 adalah kurikulum abad 21 yang mempromosikan HOTS dan computational thinking.

Slawi, suatu malam di penghujung tahun 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun