Mohon tunggu...
Teguh S
Teguh S Mohon Tunggu... Guru - Praktisi & Pemerhati Pendìdikan

Bukan generasi milenial, tetapi pendidik anak-anak zaman milenial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

HOTS, Computational Thinking, dan Kurikulum 2022 (Tinjauan Singkat)

12 Desember 2021   01:52 Diperbarui: 14 Desember 2021   13:25 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Pada Kurikulum 2022, pemerintah bermaksud menginjeksi Computational Thinking (CT) pada semua matapelajaran. CT (dengan bahasa penulis) adalah cara berpikir komputasi atau upaya penyelesaian masalah komputasi. Masalah komputasi terdiri dari 4 (empat) jenis yaitu abstraction, algorithm, decompotition, dan pattern recognition. Semua masalah dalam kehidupan dapat digolongkan kedalam empat jenis masalah CT atau kombinasi beberapa masalah CT.

     Teknik khas penyelesaian keempat jenis masalah CT sebagai berikut.

1)  Untuk menyelesaikan masalah berjenis decomposition yaitu dengan cara mem-breakdown masalah umum menjadi beberapa masalah kecil. Dengan cara menyelesaikan masalah-masalah kecil sama artinya dengan menyelesaikan masalah umum.

2)  Pencari solusi harus fokus pada masalah sasaran dan jangan terkecoh dengan asesoris yang menempel pada masalah berjenis abstraction.

3)  Pada masalah berjenis algorithm, pencari solusi harus taat pada tahapan-tahapan pemecahan masalah.

4)  Jika terbiasa menyelesaikan masalah, pencari solusi dapat mengenali pola penyelesaian masalah berjenis pattern recognition.

Keberkaitan HOTS, CT, dan Kurikulum 2022

     Soal berjenis AKM, HOTS, dan CT adalah soal berjenis non-routine. Kurikulum 2022 "menganjurkan" kita (guru) untuk melatih (membiasakan) siswa menyelesaikan soal (masalah) non-routine. Karena, masalah yang muncul di kehidupan nyata faktanya adalah masalah non-routine dan complex. Melatih (membiasakan) siswa menyelesaikan soal (masalah) non-routine dan complex bukan bertujuan untuk mendongkrak nilai PISA, tetapi agar siswa terbiasa, ter-budaya, dan ter-akuisisi memiliki kompetensi menyelesaikan masalah kehidupan nyata yang non-routine dan complex.
     Selain memiliki kompetensi menyelesaikan masalah non-routine dan complex, siswa (calon penghuni abad 21) harus memiliki keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi pada abad digital (networking) kelak. Memang sudah seharusnya Kurikulum 2022 adalah kurikulum abad 21 yang mempromosikan HOTS dan computational thinking.

Slawi, suatu malam di penghujung tahun 2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun