Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Lebih dari 35 tahun menggeluti bidang Corporate Communication. Organisasi: Ketua Umum Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dosen Komunikasi Vokasi Universitas Indonesia Konsultan Public Relations Anyes Bestari Komunika Penulis Buku Gramedia (terdaftar) Trainer Gramedia Akademi Trainer Pusdiklat KOMINFO Pendidikan: Deakin University - STA Multifaith Leadership for Women Organization London School of Public Relations - M.Si FISIP UI - Sarjana Komunikasi Fakultas Sastra Belanda UI - D3 Cambridge University / LSPR - Managing Information Certification Lemhannas RI, PPRA 64 Penerbitan Buku: Becermin Lewat Tulisan (Gramedia Pustaka Utama) 1001 Virus Cinta Keluarga (Gramedia Widiasarana Indonesia) Brand Yourself (Gramedia Widiasarana Indonesia) Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita (Gramedia Widiasarana Indonesia) Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dan Australia (Gramedia Widiasarana Indonesia) Pencapaian/Penghargaan: Australia Awards Indonesia, STA Scholarship Indonesia Wonder Women, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar dari Strategi Komunikasi Kunjungan Paus Fransiskus

7 September 2024   06:16 Diperbarui: 7 September 2024   17:41 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Etika mengarahkan kita tentang bagaimana harus berperilaku berdasarkan apa yang benar dan yang salah. Dalam konteks strategic communication, Etika mengacu pada aturan, seperti kode etik professional atau status yang kita sandang, sedangkan moral adalah prinsip pribadi yang membantu kita menentukan benar dan salah. 

Bapa Paus memiliki status sebagai kepala negara yang seyogyanya berhak atas perlakuan yang istimewa, tetapi sebagai pribadi ia memilih untuk menjadi orang 'biasa' yang tidak perlu dibedakan.

Pentingnya memahami potensi etika yang mungkin muncul dalam situasi dilematis ini memerlukan kepiawaian dalam berkomunikasi interpersonal. Bapa Paus dikenal sebagai pribadi yang sangat memberi perhatian pada kaum lemah dan terkucilkan, juga memahami isu-isu terkini dunia seperti human trafficking, discrimination, migrant worker hingga persoalan bumi dengan Laodato si sebagai ensiklik apostolik. 

Ensiklik ini mengajak manusia untuk memberi perhatian terhadap pembangunan bumi sebagai rumah bersama yang sudah semakin memprihatinkan kerusakannya. Persoalan yang tengah dihadapi Indonesia tentu tak lepas dari perhatiannya. Namun demikian, Bapa Paus memilih kata-kata yang tepat sebagai pesan utamanya kepada dunia, khususnya Indonesia dan juga bagi umatnya.

Berikut beberapa poin penting yang penulis catat dalam pesan-pesan inspiratif Bapa Paus di setiap sesi pertemuannya di Indonesia. Dalam kunjungannya ke Masjid Istiqlal, Paus menyinggung soal sumber daya alam Indonesia yang melimpah seperti tambang emas, "Tetapi harta yang jauh lebih berharga adalah persatuan sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika". Soal persatuan juga ditekankan Paus dalam kunjungan ke istana negara. 

Ia menulis di buku tamu, "Immersed in the beauty of this land, a place of encounter and dialogue between different cultures and religions, I wish the Indonesian people growth in faith, fraternity and compassion. God bless Indonesia!" 

Sedangkan untuk umat Katolik, satu pesan mendalam dari Bapa Paus agar umat jangan letih untuk berbuat baik dan rendah hati, "Dan ingatlah bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur".

Apa maknanya bagi Indonesia? 

Kerendahan hati tanpa kata (Katolikana)
Kerendahan hati tanpa kata (Katolikana)
Kunjungan Paus ke Indonesia yang dinilai banyak kalangan sebagai yang sukses akan berdampak pada citra Indonesia, setidaknya saat dimana isu-isu politik berseliweran. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Pemerintah mengundang dan memberi ruang bagi Bapa Paus untuk tak hanya bertemu dengan umat Katolik tetapi juga dengan berbagai kalangan di Indonesia. Hal ini pun semakin memperkuat wajah Indonesia sebagai negara yang beragam agama, suku dan Bahasa.

Meski ada beberapa isu negatif terkait dengan apa yang ditemukan Densus 88 yakni adanya pengancaman dan komentar-komentar provokatif di media sosial, tetapi kedewasaan dan toleransi warga Indonesia lebih kuat, tampak dari antusiasme masyarakat menyambut dan mengelu-elukan Bapa Paus. 

Demikian halnya dengan sambutan hangat dari berbagai kalangan pada pertemuan lintas agama. Peran TNI dan Polri dalam menjaga keamanan juga menunjukkan niat baik Pemerintah dalam mengupayakan situasi yang damai dan aman dalam penyambutan Bapa Paus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun