Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Lebih dari 35 tahun menggeluti bidang Corporate Communication. Organisasi: Ketua Umum Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dosen Komunikasi Vokasi Universitas Indonesia Konsultan Public Relations Anyes Bestari Komunika Penulis Buku Gramedia (terdaftar) Trainer Gramedia Akademi Trainer Pusdiklat KOMINFO Pendidikan: Deakin University - STA Multifaith Leadership for Women Organization London School of Public Relations - M.Si FISIP UI - Sarjana Komunikasi Fakultas Sastra Belanda UI - D3 Cambridge University / LSPR - Managing Information Certification Lemhannas RI, PPRA 64 Penerbitan Buku: Becermin Lewat Tulisan (Gramedia Pustaka Utama) 1001 Virus Cinta Keluarga (Gramedia Widiasarana Indonesia) Brand Yourself (Gramedia Widiasarana Indonesia) Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita (Gramedia Widiasarana Indonesia) Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dan Australia (Gramedia Widiasarana Indonesia) Pencapaian/Penghargaan: Australia Awards Indonesia, STA Scholarship Indonesia Wonder Women, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Faith, Fraternity and Solidarity

1 September 2024   02:58 Diperbarui: 2 September 2024   16:54 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BERSAMA LEBIH BAIK DAN LEBIH KUAT

Kunjungan Bapa Paus Fransiskus ke Indonesia sudah di ambang pintu. Salah satu pesan Paus asal Amerika Latin yang sangat menyentuh berbunyi "Who am I to judge?" Makna dari kata-kata tersebut selaras dengan sabda Yesus "Hendaklah kamu bermurah hati, seperti Bapamu bermurah hati." Dalam hal ini Paus menekankan bahwa martabat manusia harus dihormati dan bukan secara cepat menghakimi orang lain hanya karena mereka dianggap berbeda. 

Maka mtto kunjungan Paus ke Indonesia dan beberapa wilayah di tahun 2024 ini, "Faith, Fraternity and Solidarity" sangat mengena di masa kini, di mana banyak terjadi kekerasan, diskriminasi, dan juga pengabaian terhadap hak-hak asasi manusia.

Dalam bidang Pendidikan, Paus Fransiskus berpidato di hadapan para peserta Sidang Pleno Kongregasi Pendidikan Katolik, mendesak mereka untuk menyatukan upaya dalam aliansi pendidikan yang luas guna membentuk orang-orang yang dewasa dan mampu mengatasi perpecahan dan pertentangan, serta membangun kembali jalinan hubungan demi kemanusiaan yang lebih bersaudara. 

"Pendidikan adalah sebuah realitas yang dinamis; pendidikan adalah sebuah gerakan yang membawa orang kepada terang," demikian kata-kata Paus Fransiskus kepada para peserta Sidang Pleno Kongregasi Pendidikan Katolik. (Vatican News, 20 February 2020).

Tahun 2030-2040 Indonesia masuk di dalam fase pertumbuhan ekonomi di usia produktif yang ditandai sebagai Bonus Demografi. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyebutkan bahwa jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibanding penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).

Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.

Bonus demografi merupakan kesempatan emas bagi Indonesia dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan salah satu cara pendukung agar Indonesia menjadi negara maju. Jika Indonesia bisa memanfaatkan masa emas tersebut maka Indonesia telah berhasil mengambil peluang dari bonus demografi,

KMK, Gereja dan Bangsa

Berdasarkan hal-hal di atas maka adalah penting untuk membangun kepedulian bersama dan sinergi lintas komunitas dan organisasi. 

Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) merupakan sebuah wadah yang strategis bagi para mahasiswa untuk bersinergi mengembangkan program-program karakter dan kepemimpinan yang berbasis iman Katolik yang inklusif.

(ki-ka): Romo R. Bambang Rudianto, SJ (Moderator KMK UI) dan Romo Ignatius Ismartono, SJ | Foto: Dokumentasi Pribadi
(ki-ka): Romo R. Bambang Rudianto, SJ (Moderator KMK UI) dan Romo Ignatius Ismartono, SJ | Foto: Dokumentasi Pribadi

KMK telah berkembang di universitas-universitas negeri maupun swasta. KMK UI misalnya telah berusia lebih dari 40 tahun. Pada awalnya, umat Katolik di UI tergabung dalam POSA (Persatuan Oikoumene Sivitas Akademika) UI.

Pada tahun 1983 umat Katolik di UI memisahkan diri dan membentuk KUKSA UI (Keluarga Umat Katolik Sivitas Akademika Universitas Indonesia). Sejak saat itu, Agama Katolik juga termasuk salah satu agama yang diajarkan di UI. Kantor pertama KUKSA UI berada di Kramat 7 dengan Romo Ignatius Ismartono SJ sebagai romo moderator hingga tahun 1993.

Pada saat Kampus UI pindah ke Depok, lokasi KUKSA UI juga berpindah ke Wisma Sahabat Yesus (Wisma SY), di Jalan Margonda Depok. Wisma SY menjadi rumah yang hangat bagi para mahasiswa UI Katolik dan juga bagi para mahasiswa dari Universitas-Universitas lainnya. Di sini mereka mengasah kepekaan diri dan kemampuan berorganisasi. 

Pada tahun 1999, terjadi perubahan organisasi kemahasiswaan di UI. Semua organisasi diharuskan menjadi UKM. Sejak saat itulah KUKSA UI berubah nama menjadi KMK UI (Keluarga Mahasiswa Katolik Universitas Indonesia). KMK UI menaungi 13 KMK Fakultas dan masing-masing memiliki kepengurusan sendiri.

Pada 2010, Prof Adrianus Meliala memotori Misa Sivitas Akademika UI yang berlangsung antar kampus setiap dua bulan. Penggeraknya adalah para dosen di fakultas tempat misa diadakan. Itulah cikal-bakal Paguyuban Dosen UI Katolik yang terus bertahan hingga sekarang. 

Selanjutnya, di tahun 2020 lahir Alumni UI Katolik (Alumnika UI) yang kebanyakan adalah mantan mahasiswa yang rutin mengunjungi Kramat 7 atau Wisma SY pada zaman mereka masih mahasiswa. 

Mathilda AMW Birowo terpilih menjadi Ketua Umum pertama Alumnika UI, dan Romo R. Bambang Rudianto, SJ sebagai Moderator untuk Alumnika UI. KMK UI, dan Paguyuban Dosen UI.

Sebagaimana disebutkan di atas, maka 3 aspek penting saat ini yakni peran KMK dalam melaksanakan Ajaran Sosial Gereja dalam kehidupan sehari-hari; membangun visi misi dan kepemimpinan diri; serta turut mempersiapkan dan mengisi era Bonus Demografi menuju Indonesia Emas dengan membangun jejaring yang kuat.

Maka saling mengenal antar KMK atau organisasi kemahasiswaan di Perguruan Tinggi diharapkan dapat membangun kekuatan lintas organisasi guna menghadirkan gereja dalam pembangunan bangsa dan negara yang bermartabat dan berkebangsaan.

Pertemuan Lintas

Mengacu pada semangat persatuan ini, Sabtu, 31 Agustus 2024 KMK UI, ITB (Institut Teknologi Bandung), IPB (Institut Pertanian Bogor) dan Unpad (Universitas Padjajaran) menyelenggarakan Temu Keluarga Katolik dengan melibatkan para mahasiswa, dosen dan alumni dari berbagai Perguruan Tinggi dan Organisasi. 

Pertemuan ini diawali dengan Talkshow bertema "Bersama Menjadi Lebih Baik dan Lebih Kuat" menampilkan dua orang narasumber yakni Prof. Manneke Budiman, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI dan Veronica Angelina Windy Hapsari, S.Si, M.M (Windy) seorang muda berprestasi yang berprofesi sebagai konsultan Risk Advisory di Deloitte Konsultan Indonesia. Bertindak sebagai moderator adalah Marsha Adara, profesional muda yang berkarya di Google Indonesia. 

Bersinergi dan berjejaring secara global | Foto: Dokumentasi Pribadi
Bersinergi dan berjejaring secara global | Foto: Dokumentasi Pribadi

Prof. Manneke mengemukakan tentang Pergaulan, Mental Health, Budaya Kekerasan dalam Komunitas. Tantangan yang dihadapi kaum muda saat ini tidaklah kecil. Sering kali mereka merasa sendiri di tengah keramaian lingkungannya. Sementara itu media sosial dan kemajuan teknologi informasi telah memperkecil ruang pribadi seseorang (privacy). 

Kualitas hidup makin berkurang karena banyak peran tergantikan oleh teknologi modern dan kehangatan dalam keluarga juga berkurang. Dengan aktif dalam kegiatan komunitas atau kampus, mahasiswa akan menjalani hidup lebih dinamis dan saling memperhatikan satu dengan lainnya, lebih peduli dan turut prihatin jika ada rekan yang mengalami persoalan.

Menurut Ketua, Dewan Penasihat, English Studies Association in Indonesia (ESAI) ini, anak-anak acap mencari perhatian ke luar bahkan dengan orang yang tak dikenal atau menjerumuskan. Maka kaum muda perlu memahami digital literacy, secara positif menggunakan teknologi untuk memperluas jejaring, mempermudah melakukan riset dan bertemu dengan orang-orang baru guna mengembangkan jejaring bukan sekedar mencari kawan lama atau keluarga yang telah dikenal.

"Dengan demikian kita dapat berjejaring secara global, 'memasarkan' kompetensi diri serta mampu bersaing secara internasional," ucapnya. 

Teknologi juga perlu digunakan sebagai alat yang menyatukan guna melawan kelaliman. Misalnya, upaya menghimpun dana untuk kegiatan sosial, dimana dana yang dikumpulkan dapat menolong orang yang sakit yang membutuhkan biaya besar, atau secara bersama-sama menyelamatkan hewan langka yang akan punah. 

Pengumpulan dana dapat dilakukan melalui media sosial sebagaimana telah banyak digunakan di luar negeri sebagai bentuk kepedulian dengan melibatkan masyarakat dan untuk masyarakat.

Peka Terhadap Lingkungan

Sementara itu Veronica Windy yang juga dosen di Fakultas Ilmu Administrasi UI ini mengemukakan topik Generasi Sehat, Cerdas dan Peduli untuk Indonesia Emas. 

Puteri Indonesia Berbakat 2023 ini menekankan pada bagaimana sebagai kaum muda perlu mempersiapkan diri mengisi Bonus Demografi agar sungguh mewujudkan Indonesia Emas. 

Kemajuan teknologi AI (Artificial Intelegence) seyogianya digunakan dengan bijak terutama dalam kaitan pembuatan tulisan-tulisan ilmiah, mencari sumber-sumber acuan yang aktual, atau berdiskusi jarak jauh dan mencari teman-teman yang memiliki minat yang sama. Kemudahan dalam mencari sumber hendaknya tidak memicu untuk melakukan plagiarism.

Di samping itu Windy yang aktif di Catholic Fellowship Jakarta (CFJ) menghimbau agar generasi muda lebih peka terhadap lingkungan sekitar, memberi waktu untuk kegiatan-kegiatan sosial. 

Generasi sehat, cerdas, dan peduli | Foto: Dokumentasi Pribadi
Generasi sehat, cerdas, dan peduli | Foto: Dokumentasi Pribadi

"Saya senang menjadi ikan kecil di antara ikan besar agar selalu memiliki passion untuk berkarya lebih baik dan melihat leader yang dapat menjadi panutan," jelas perempuan yang hobi menyanyi dan bermain musik ini. 

Sebagai Puteri Indonesia, Windy berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di tengah kesibukannya membangun karir. Meski demikian, ia merasa sangat menikmati kesibukan yang dilakukan karena memperoleh banyak pengalaman hidup dari sisi yang lain. 

Pengalamannya dalam melakukan advocacy matematika di Papua telah berhasil mengajak para siswa untuk memiliki pola pikir, melihat matematika bukan hanya hitung-hitungan semata tetapi juga analisis. 

"Ternyata adik-adik di Papua tak kalah pintar dengan yang di kota besar. Banyak dari mereka yang menerima beasiswa studi di luar negeri namun kembali ke Tanah Air untuk membangun daerahnya," ungkap Puteri Indonesia Best Advocacy (Mathematics for Nation). 

Mengatur waktu secara tepat dan memiliki komitmen juga menjadi unsur untuk meraih kesuksesan. Windy mengaku, mengajar piano selain hobi tetapi juga melalui honor yang diperoleh mampu membiayai kuliah S2 nya di UI. Membiasakan diri membuat rencana dan agenda agar kegiatan dapat dilakukan dengan teratur adalah kunci untuk hidup seimbang, mampu melakukan hobi dan kegiatan sosial tanpa mengganggu pekerjaannya. (Mathilda AMW Birowo)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun