Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Lebih dari 35 tahun menggeluti bidang Corporate Communication. Organisasi: Ketua Umum Alumni Katolik Universitas Indonesia (Alumnika UI) Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Dosen Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara Dosen Komunikasi Vokasi Universitas Indonesia Konsultan Public Relations Anyes Bestari Komunika Penulis Buku Gramedia (terdaftar) Trainer Gramedia Akademi Trainer Pusdiklat KOMINFO Pendidikan: Deakin University - STA Multifaith Leadership for Women Organization London School of Public Relations - M.Si FISIP UI - Sarjana Komunikasi Fakultas Sastra Belanda UI - D3 Cambridge University / LSPR - Managing Information Certification Lemhannas RI, PPRA 64 Penerbitan Buku: Becermin Lewat Tulisan (Gramedia Pustaka Utama) 1001 Virus Cinta Keluarga (Gramedia Widiasarana Indonesia) Brand Yourself (Gramedia Widiasarana Indonesia) Mengembangkan Kompetensi Etis di Lingkungan Kita (Gramedia Widiasarana Indonesia) Melati di Taman Keberagaman Praktik Kepemimpinan Perempuan di Indonesia dan Australia (Gramedia Widiasarana Indonesia) Pencapaian/Penghargaan: Australia Awards Indonesia, STA Scholarship Indonesia Wonder Women, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Penguatan Keluarga Sehat Terencana dalam Rangka Pencapaian SDGs dan Optimalisasi Bonus Demografi

16 Agustus 2022   23:10 Diperbarui: 16 Agustus 2022   23:10 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan Cinta Nusantara 9

Sustainable development is the role of all parties. There is a great need for a pentahelix strategy, cross-institutional collaboration, involving education, community and religious leaders in order to achieve national prosperity.

Pada dasarnya keberadaan penduduk akan memengaruhi perkembangan  suatu negara, asalkan penduduknya mempunyai taraf hidup yang baik. Jumlah penduduk yang semakin banyak berpeluang untuk memperlancar pembangunan.  Namun, jika pertumbuhan penduduk tak diimbangi dengan kemampuan dan keterampilan yang mumpuni, keadaan ini akan mengundang persoalan besar. Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia,  masuk peringkat ke-4 setelah China, India, Amerika Serikat.

Dibutuhkan strategi yang kuat dalam menata kelola kependudukan. Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 153 / 2014 telah merancang Grand Design Pembangunan Kependudukan mencakup ide dan pemetaan bermacam aspek kependudukan dalam proses pembangunan. Pola penyusunan GDPK ini mencakup lima unsur pembangunan kependudukan yaitu : pengendalian kuantitas, kualitas, mobilitas penduduk, pembangunan keluarga dan data base kependudukan.

Aspek-aspek pembangunan tersebut tak dapat abai dari kesepakatan internasional maupun nasional yang dikenal dengan Sustainable Goals Development/SGDs. Tulisan ini akan fokus pada tujuan SDGs nomor 3: memastikan kehidupan sehat dan memprioritaskan kesejahteraan bagi semua orang. Dalam pasal ini, hal-hal ini yang menjadi perhatian diantaranya meminimalisir angka kematian ibu dan bayi, penyakit HIV/AIDS, serta ketersediaan akses kesehatan reproduksi

Penata ulang

Tantangan terbesar dalam penerapan agenda pembangunan berkelanjutan di Indonesia adalah penata ulang strategi pembangunan yang terpadu dan pengalokasian  kesehatan sebagai proses pembangunan serta pemahaman bersama terhadap pembangunan itu sendiri. Keluarga Berencana (KB) merupakan keutamaan  dalam Pembangunan Kesehatan masyarakat yang mendasari pada penguatan supply dan demand yang seimbang. Kebijakan tentang kependudukan dan Keluarga Berencana sudah ditetapkan pada Repelita I dan termasuk dalam rencana jangka panjang pengelolaan penduduk.

Mengapa program KB di perlu dilanjutkan? Hal ini ada kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0 dan Bonus Demografi yang menekankan pada kebutuhan lapangan kerja. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang begitu cepat telah memicu industri berkembang dan tidak membutuhkan banyak pekerja, melainkan penguasaan teknologi dan keberadaan pekerja yang digantikan dengan mesin-mesin canggih.  Program KB dengan slogan 'dua anak lebih baik' akan mendukung jumlah penduduk usia kerja yang lebih banyak daripada usia tidak bekerja.

Sejalan dengan era digital, Indonesia sekarang tengah memasuki era Bonus Demografi yakni penduduk usia produktif lebih besar ketimbang warga usia non produktif yakni lansia dan bayi. Kesempatan emas saat ini harus ditanggapi dengan tepat. Karena miss demographic dividend dapat berpengaruh pada bonus demografi dimana ageing population bertambah namun tidak produktif, melainkan penyakitan karena kesehatan dan kesejahteraan masyarakat terabaikan.  Disamping itu, generasi yang stunting (kurang gizi) dapat lahir manakala terjadi banyak perkawinan usia dini, putus sekolah, kemudian jarak kelahiran yang dekat, banyak anak dan kematian ibu yang tinggi.

Pemerintah melalui BKKBN sebagai instansi yang ditunjuk Presiden RI Joko Widodo menggalakkan program-program pencegahan stunting yang dimulai sejak prekonsepsi pada pasangan usia subur dan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain itu melalui Kementerian Agama RI telah diberlakukan semacam bimbingan pra nikah bagi pasangan yang akan menikah sebagaimana telah terlebih dulu dilakukan lembaga-lembaga keagamaan. Gereja Katolik misalnya telah lama memberi pembekalan kepada calon pasangan menikah termasuk bagi mereka yang menikah berbeda agama dengan program yang dinamakan Membangun Rumah Tangga (MRT). Materi yang diberikan selama 2 hari penuh mencakup diantaranya ekonomi keluarga, komunikasi suami isteri, KB sesuai ajaran Katolik.

Kesejahteraan

Petani Milenial, membangun kearifan lokal (Dok: ASRI)
Petani Milenial, membangun kearifan lokal (Dok: ASRI)
Kesuksesan Bonus Demografi adalah saat ageing population meningkat, warga yang telah melewati usia produktif masih tetap dapat berkegiatan karena kondisi sehat dan mampu berkreasi menciptakan lapangan pekerjaan. Keberhasilan  bonus demografi juga sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Bonus demografi yang mengarah ke bonus kesejahteraan akan tampak dari pendapatan perkapita yang meningkat dan hal ini dimungkinkan jika anak-anak muda di Indonesia tidak menikah di usia muda. Bonus demografi akan mencapai puncaknya pada 2030, tantangan lain yang perlu diantisipasi adalah jumlah penduduk yang tidak merata di setiap provinsi.  Setiap daerah mempunyai karakter beragam, sehingga perlu  dilakukan pendekatan spesifik. Misalnya penerapan lapangan pekerjaan di Sumatera akan berbeda dengan di Jawa, selain budaya, potensi alamnya juga berbeda. Tantangan bonus demografi berikutnya adalah kualitas SDM yang masih terbatas. Pemerintah perlu mengupayakan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pemenuhan gizi yang baik. Disamping itu, peran pemerintah daerah perlu ditingkatkan. Seyogyanya Pemda mendukung bonus demografi melalui inovasi-inovasi yang menjawab kebutuhan terkini, namun tetap meningkatkan potensi kearifan lokal melalui teknologi baru.

Berdasarkan aspek-aspek yang diutarakan di atas, maka KB dapat dikatakan memberi andil dalam keberhasilan momentum bonus demografi. Hal ini disebabkan karena KB memungkinkan untuk menekan dan mengontrol angka kelahiran.  Agar penduduk usia produktif dapat dimanfaatkan dengan optimal, pemerintah harus mampu membuka lapangan kerja baru baik dengan optimalisasi UMKM maupun penggunaan zona ekonomi digital. Pemerintah perlu pula mengacu pada sistem PPP (Public-Private Partnership) yaitu kolaborasi Pemerintah dan swasta guna mengadakan sarana layanan publik dalam pengentasan bisnis baru, misalnya membangun Pendidikan tingkat vokasi. Dengan skema ini, diharapkan nantinya akan bertumbuh pelaku-pelaku usaha baru, khususnya yang berbasis teknologi. Sebagaimana dikembangkan oleh Andre Hamboer untuk Tuang Coffee di Ruteng, Eka Pamitra Wineka untuk Tani Hub dan Lia Ellyhan untuk Valentino Mutiara & Ellyhan Jewelry.

Pentahelix

Generasi berkualitas memperkuat Bonus Demografi (Dok:ASRI)
Generasi berkualitas memperkuat Bonus Demografi (Dok:ASRI)
            Meningkatkan kepedulian kaum muda terhadap program KB merupakan sebuah keniscayaan. Pendidikan KB yang mencakup kesehatan reproduksi dan seksualitas bagi remaja harus diselenggarkan secara komprehensif. Tak sedikit remaja menghadapi masalah reproduksi dan seksualitas, melahirkan karena menikah pada usia di bawah 18 tahun. Sementara itu kematian ibu dan bayi cenderung tinggi. Keterbatasan pendidikan seksualitas dan layanan kesehatan inilah yang membuat remaja mudah terkena HIV dan melakukan aborsi. Pernikahan dini pada anak umumnya diakibatkan oleh kehamilan yang tak diinginkan. Anak-anak harus meninggalkan bangku sekolahnya, sulit mendapat pekerjaan, sehingga kemiskinan terus terjadi. Pendidikan seksual dan juga media literasi diharapkan dapat memberi bekal bagi remaja untuk menunggu saat yang tepat, yaitu saat pernikahan. Kekurang pahaman terhadap media literasi menyebabkan kesalahan dalam memaknai tayangan di media sosial seperti konsumsi video porno, kekerasan, terjerumus dalam perdagangan manusia. Sosialisasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan anak muda yakni melalui pemanfaatan teknologi baru misalnya dengan melibatkan para youtuber atau vlogger yang dikenal kaum muda. Pembentukan karakter dapat dikembankgan melalui penguatan nilai-nilai keluarga, kebangsaan, keagamaan dan juga kecintaan terhadap budaya lokal.  Sangat perlu strategi pentahelix (kolaborasi multipihak), kerjasama lintas lembaga, melibatkan tokoh-tokoh Pendidikan, masyarakat dan agama.

Daftar Pustaka

1. Kerangka Acuan DSK Bidang Demografi, "Pembangunan Kependudukan Melalui Keluarga Berencana Dalam Rangka Pencapaian SGDs", PPRA LXIV tahun 2022

2. Buku ajar Demografi, Lemhannas RI PPRA LXIV

3. Undang- Undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana.

4. 1001 Virus Cinta Keluarga, Mathilda AMW Birowo, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta: 2012

5. Materi presentasi narasumber dalam Diskusi Panel Demografi

6. UU, Peraturan dan artikel terkait sebagaimana tercantum dalam catatan kaki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun