Buruh migran hingga jenazah
Suster Laurentina PI (Sister Cargo) berbicara tentang bagaimana upayanya memperjuangkan hak korban perdagangan manusia. Suster yang pembawaannya lembut dan berbadan kecil ini sehari-hari sering menerima jenazah pekerja migran di Terminal Kargo - Bandara El-Tari Kupang, juga mendampingi keluarga dan mendoakan jenazah sebelum disemayamkan atau diterbangkan ke tanah asalnya.Â
Tahun 2012, Suster Laurentina berkeliling NTT untuk menyosialisasikan betapa bahayanya perdagangan orang. Suster kelahiran Temanggung Jawa Tengah, berpendidikan akhir STISP Widuri Jakarta. Saat ini menjabat Ketua Yayasan Sosial Pennyelenggaraan Ilahi/YSPI; Koordinator Tim Kargo Bandar El Tari Kupang, dan anggota Badan Pengurus KKPPMP KWI.
Situasi pandemi membuat orang harus tinggal di rumah, halmana memberi dampak bagi meningkatnya kasus perdagangan orang. Latar belakang dan bentuknya bermacam-macam, mulai dari masalah ekonomi karena kehilangan pekerjaan, pengantin pesanan, pekerja seks, ditipu atau diberi daya pikat untuk bekerja di luar negeri. Bagi para pekerja baik legal atau non seringkali diperlakukan secara tidak adil, dan bahkan kemudian kembali ke kampung halaman dalam kondisi tidak bernyawa.
Lebih dari satu dekade ia bekerja untuk mereka yang ditelantarkan. Ia mengurus anak-anak jalanan, korban perdagangan manusia, hingga jenazah buruh migran asal Indonesia yang terkatung-katung. Laurentina berasal dari Konggregasi Penyelenggaraan Ilahi (PI). Karena aktifitasnya yang tak biasa ini tak jarang ia harus berhadapan dengan 'preman' agen atau (maaf) makelar penyalur tenaga kerja termasuk menerobos peraturan pengiriman jenazah dari negara pekerja ke tempat asalnya di NTT.
"Pernah suatu saat, ada jenazah tenaga kerja dari Malaysia tak dapat diterbangkan ke daerah karena sebab kematiannya sakit TBC, dianggap penyakit yang menular." Dia menambahkan juga tentang kepedihan hatinya ketika sebuah jenazah terhambat di cargo karena masyarakat lebih mendahului tempat untuk ikan-ikan, "bagaimanapun kita tetap harus menghargai jenazah meski tak bernyawa, kita perlu merasakan bagaimana hati keluarga yang ditinggalkan. Jangankan jenasah anggota keluarganya, mereka bahkan mengharapkan ada benda peninggalan almarhum untuk disimpan."
Keadilan hukum untuk minoritas
Asfinawati aktif di LBH Jakarta sejak 2000-2009, menjadi Direktur LBH Jakarta 2006-2009. Berlatar belakang pendidikan hukum dan HAM, isu yang digeluti mulai awal di LBH Jakarta adalah perburuhan dan buruh migran serta isu fair trial sebagai turunan advokasi di dalam dan luar pengadilan. Pada tahun 2005 ia mulai berkecimpung dalam isu kebebasan beragama berkeyakinan seiring dengan maraknya kasus-kasus penodaan agama.Â
Selesai dari LBH Jakarta beliau masih bekerja pada isu HAM khususnya fair trial serta kelompok minoritas dan rentan dengan melakukan kerja probono (sukarela) dan pengembangan sumber daya hukum masyarakat, juga mengajar. Sebagai advokat, selain bidang hukum ia memiliki ketertarikan dalam musik dan sastra yang menurutnya merupakan bidang penting dalam mengembangkan kapasitas manusia dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini ia menjadi ketua umum YLBHI sejak 2017-2021.
Perempuan muda yang pemberani ini  dikenal sebagai pejuang minoritas. Dalam arti luas minoritas bukan hanya terkait dari aspek kuantitas, latar belakang kepercayaan, tetapi dalam banyak hal seperti mereka yang tak memiliki akses terhadap hukum atau yang buta hukum, mereka yang tidak berpendidikan, termasuk juga minoritas karena justru mereka memiliki kekayaan.Â
Asfi memandang perempuan dan keadilan ditinjau dari segi hukum yaitu kasus-kasus yang masih belum berpihak bagi kaum perempuan atau warga yang termarginalisasi. Dikatakan, kasus kekerasan terhadap perempuan seringkali dialami berkepanjangan. "Misalnya, seorang perempuan korban perkosaan, kemudian masih mengalami kekerasan dalam perkawinannya karena sang suami berlaku semena-mena menanggap tokh dia sudah tidak perawan lagi". Dalam banyak hal kaum minoritas ini sangat perlu pendampingan hukum, "kasus yang kami hadapi bisa ratusan dalam sebulan sementara tim kami sangat terbatas," akunya.