Mohon tunggu...
Matheus Randy Prabowo
Matheus Randy Prabowo Mohon Tunggu... Ilmuwan - Karyawan swasta

Lulus S1 selama 6 tahun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Raksasa dalam Kisah Timun Mas

14 Agustus 2019   17:52 Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa yang belum pernah mendengar cerita Timun Mas? Mereka yang tinggal di pulau Jawa setidaknya pasti pernah mendengar cerita ini. Di internet, cerita ini mudah didapat walau dengan sedikit keragaman dalam isinya. 

Nama ibu dari Timun Mas kadang berlainan antara cerita satu dengan yang lain. Empat benda "sakti" yang diperoleh Timun Mas dan bagaimana ia mendapatkannya juga beragam. Ada beberapa hal yang tetap, salah satunya adalah adanya tokoh raksasa. Raksasa menempati peran penting dalam kisah Timun Mas, sebab dialah yang "mendengar" doa ibu dari Timun Mas tetapi juga sekaligus yang ingin menyantap Timun Mas.

Raksasa dalam Cerita
Raksasa bukanlah manusia dan bukanlah dewa. Mereka tergolong pada jenisnya sendiri. Sama halnya dengan gagasan tentang dewa-dewi, raksasa dalam cerita rakyat Jawa adalah pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan orang Jawa. 

Pengaruh Hindu-Buddha dalam kehidupan orang Jawa bisa kita lihat dari bahasa, arsitektur, beragam bentuk kesenian, dan tentu saja kisah tutur. Raksasa hampir selalu dikaitkan dengan kejahatan namun tak jarang pula berarti perlindungan. 

Raksasa biasanya digambarkan dalam rupa yang menyeramkan, bertaring, pemakan manusia, dan berbadan besar. Tokoh Rahwana dalam Ramayana, di Jawa, dianggap sebagai tokoh antagonis. Ia melambangkan segala bentuk kejahatan yang nyata, hidup, dan lestari. Ia dikalahkan oleh Anoman yang melambangkan kerendahan hati, ketulusan, dan kesucian. Maksudnya adalah kerendahan hati dan hati yang suci adalah cara untuk meruntuhkan segala bentuk angkara murka. 

Ada pula sosok raksasa yang bisa dibilang tidak jahat yaitu adik dari Rahwana: Gunawan Wibisana dan Kumbakarna. Kedua tokoh ini sering bisa digunakan guru Kewarganegaraan untuk menguji pikiran siswanya sekaligus mengadu domba mereka. Mengapa demikian? Kumbakarna, adik kedua Rahwana, dikatakan sebagai raksasa yang sangat besar bahkan bisa mengelilingi dunia dalam tiga langkah. Ia tidak suka perbuatan kakangnya (Rahwana) yang jahat terutama karena merebut Sinta dari Rama. 

Ketika tanah air mereka, Alengka, diserang oleh Rama, Kumbakarna ternyata rela berperang dipihak kakangnya. Ia tahu bahwa perang itu terjadi karena perbuatan Rahwana yang tidak terpuji tetapi toh dia begitu mencintai negerinya sehingga ia terpaksa melawan pasukan kera Rama. Kumbakarna gugur dalam perang itu demi tanah airnya. 

Lain lagi dengan Gunawan Wibisana. Ia raksasa yang berparas manusia. Laki-laki tampan tanpa bola mata raksasa dan tanpa taring raksasa. Ia juga tahu bahwa perbuatan kakangnya salah namun ia tidak membela negaranya. Ia menyeberang ke pihak Rama dan menjadi penasihat Rama yang baik hingga Alengka, tanah airnya sendiri, takluk. 

Ada lagi tokoh (setengah) raksasa yang amat sakti yaitu Gatotkaca. Ia adalah putra Bima (dari Pandawa) dan raksasi (raksasa perempuan) bernama Arimbi. Gatotkaca rupanya menjadi pahlawan yang digemari orang-orang Jawa, bahkan menjadi tokoh super hero Indonesia yang kelewat mainstream. Terlepas dari itu, Gatotkaca menjadi lambang kebajikan serta semangat rela berkorban bagi. Jadi memang tidak semua raksasa itu buruk, apa pula yang baik.

Pesugihan?
Kita kembali ke kisah Timun Mas. Raksasa dalam kisah Timun Mas mungkin jelas sekali jahat. Ia "mendengarkan" permohonan atau doa dari ibunya Timun Mas, ia memberikan "benih" yang setelah ditanam akan menghasilkan atau melahirkan Timun Mas, namun ia juga yang ingin menelan Timun Mas. Saya tertarik untuk mencari apa makna di balik sosok raksasa ini. 

Pertama, saya heran pada keputusan yang diambil oleh tokoh Ibu. Mengapa ia rela membuat perjanjian konyol dengan raksasa demi mendapatkan anak? Ini mengingatkan pada kebiasaan beberapa orang di pulau Jawa yang senang sekali mencari-cari kekayaan atau keberhasilan dengan membuat perjanjian dengan setan atau seperti tokoh komik Marvel, Johnny Blaze, yang membuat perjanjian dengan setan demi sesuatu dan akhirnya ia menjadi Ghost Rider. 

Kegiatan ini sering disebut pesugihan. Cerita Timun Mas mungkin menggambarkan orang yang rela membuat keputusan dengan cara yang menyimpang. Kisah ini mencapai puncak ketegangan ketika Timun Mas dengan susah payah melepaskan diri dari kejaran raksasa sebagai akibat dari perbuatan Ibunya? Mengapa pula Timun Mas harus didera derita akibat perbuatan Ibunya?

Bagi saya, cerita Timun Mas ini tidak hanya semata-mata mengisahkan betapa manusia dapat berjuang melewati kesulitan dengan aneka kecerdikannya. 

Cerita ini juga mengajarkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari karma. Betapa perbuatan manusia di masa lalu selalu membuahkan akibat baginya kelak. Lantas, apakah keinginan tokoh Ibu untuk memiliki seorang anak adalah keinginan yang keliru? Tentu saja tidak.

Namun cerita Timun Mas menunjukkan bahwa permintaan selalu membawa akibat. Maka, hati-hatilah dalam meminta atau memohon atau berdoa. Setidaknya kita mempertimbangkan dengan matang cara kita meminta, kepada siapa kita meminta, apa dampak dari permintaan kita.

Apakah kita siap menerima akibat dari keinginan kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun