Oleh sebab itu, dalam bukunya ini, penulis menggambarkan sekilas tentang beberapa nabi yang dipercaya oleh orang Yahudi, Kristiani, dan Islam yang memiliki posisi sebagai Ayah dan berdampak pada kelangsungan hidup nabi itu sendiri, keluarga nabi, juga para pengikutnya atau kerajaannya.
Beberapa nabi tersebut digolongkan dalam 4 kelas ayah, yakni ayah ideal, ayah patung, ayah memori, dan ayah hantu. Terlepas dari persetujuan kita akan istilah penggolongan tersebut, perlu diketahui bahwa keempat kelas ayah tersebut dibuat berdasar kehadiran dan dampak.Â
Kehadiran dan dampak tersebut ditetapkan penulis sebagai indikator dari penggolongan kelas ayah dinilai sudah faktual dan bijaksana, karena semuanya itu penulis sarikan dari pengalaman hidup penulis sendiri yang tidak lain adalah anak fatherless. Inilah kekuatan buku ini yakni ditulis berdasarkan hidup penulis sendiri yang hidup dalam fatherless.Â
Amat berbeda apabila yang menulis keprihatinan akan anak fatherless adalah anak dari keluarga lengkap ayah dan ibunya, apalagi seorang ilmuwan yang kerapkali hanya berorientasi dari kebenaran yang termuat dalam ilmunya.
Singkatnya, penulis buku ini berbicara dan menawarkan alternatif akan anak fatherless dari hati ke hati. Pernyataan barusan bukanlah tanpa suatu alasan kuat.Â
Tengok saja buku yang dibuat ini ada beberapa bab yang menyediakan ruang curhat pembacanya tentang kehadiran ayahnya atau figur ayahnya.Â
Ruang tersebut dapat menjadi media pelepasan syukur, kerinduan, harapan, dan berbagai emosi lainnya dari seorang anak kepada ayahnya. Ingat, siapapun pembacanya mereka tetaplah seorang anak dan pasti memiliki ayah atau figur ayah.
Pada 2 bab terakhirnya, pria yang juga berprofresi sebagai arsitek ini, menegaskan bahwa kita semua harus bekerja sama dan bersama-sama mulai menyadari keberadaan fatherless dan potensi yang akan ditimbulkannya serta pada akhirnya berani menyatakan diri untuk ambil bagian secara aktif dalam memutus rantai fatherless.Â
Sebab kunci bagi seorang pria adalah menjadi ayah. Kunci bagi anak-anak sukses dan bahagia adalah dengan memiliki ayah. Kunci bagi masyarakat yang beradab adalah dengan menciptakan ayah. Bagi masyarakat moderen, hasil utama dari menjadi ayah adalah laki-laki yang melakukan yang benar dan hasil yang lebih baik untuk anak-anak.
Mungkin sudah menjadi rencana yang telah disusun oleh penulis buku ini, yakni pada buku ini belum terlalu membahas strategi pelepasan dan pengampunan dari seorang anak kepada ayah, apapun kelasnya, terutama yang tidak hadir dan membawa dampak buruk bagi kehidupan anak. Dan memang begitulah adanya, yaitu penulis sudah merilis buku lanjutannya yakni Release Forgiveness pada bulan Juli 2019.