Judul: Sains Pornografi & Kontroversi Populer dalam Perjanjian Lama
Penulis: Iswadi Prayidno
Penerbit: Kanisius, 2018
Tebal: 160 halaman
Pengalaman membaca Kitab Suci serta mendiskusikan perikop demi perikop bersama dengan umat beriman menggiring Romo Iswadi Prayidno, Pr menelaah kitab-kitab Suci umat Kristiani dari sudut pandang sains pornografi. Pemuka agama Katolik Roma yang lahir di Blitar tahun 1978 ini berusaha mendamaikan berbagai kontroversi yang populer yang termuat dalam Kitab Suci umat Kristiani bagian Perjanjian Lama.Â
Lelaki yang sekarang menjadi pendamping para frater di Seminari Tinggi Providentia Dei, Surabaya berusaha menjelaskan secara iman dan logika berpikir yang rasional terkait fenomena Allah Yang Maha Kuasa yang ada di dalam Alkitab Perjanjian Lama dapat menjadi Pribadi yang penuh kecemburuan, penuh penyesalan, penuh pengampunan, sekaligus menjadi panglima 'bersenjata' yang memerintahkan para pasukannya (umat) untuk berperang dengan bangsa lain.Â
Romo yang pernah belajar Teologi Kitab Suci di Pamplona, Spanyol ini melalui buku saku ini berusaha memaparkan tulisan-tulisan bernuansa erotika yang ada di Alkitab Perjanjian Lama. Dalam kata pengantarnya, penulis mengingatkan para pembaca, apapun latar belakangnya, bahwa Gereja Katolik Roma dalam Dei Verbum 12 berkeyakinan penuh sejatinya Allah bersabda melalui manusia dengan cara-cara yang manusiawi pula. Kalimat demi kalimat yang ada di dalam Kitab Suci, khususnya Perjanjian Lama ditulis oleh para penulis suci yang telah terlebih dahulu diilhami oleh Roh Allah Yang Maha Kudus. Maka, untuk menemukan maksud Allah tersebut, manusia dapat menelusuri aliran sastra yang digunakan para penulis suci tersebut. Dan perlu diingat kembali, bahwa unsur-unsur apa saja yang para penulis suci tersebut tulis dan kuat adalah sesuatu yang populer dalam zamannya. Dan alasan Gereja Katolik Roma tetap menggunakan tulisan-tulisan tersebut dikarenakan makna secara emosional dan spiritual tetap relevan sampai akhir hayat peradaban manusia.
Allah itu Maha Misterius. Kurang lebih kalimat itulah yang diyakini semua makhluk hidup. Misalnya saja, pada bagian awal Kitab Suci Perjanjian Lama Allah sudah menampilkan DiriNya sebagai Pribadi Yang Misterius. Kita semua tentu pernah mendengar atau mendapatkan pengajaran dari para pendidik tentang teori terbentuknya semesta alam dan seisinya ketika menempuh pendidikan di jenjang SD, SMP, dan SMA bahkan kuliah. Namun, pengajaran tersebut memiliki asumsi hal berlainan dengan apa yang disampaikan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, yakni dalam kita Kejadiam. Mendapatkan kisah dalam kitab Kejadian, di mana Allah hanya menciptakan langit, bumi, beserta isinya hanya dalam durasi 6 hari, manusia moderen abad ke-21 akan memandang sebelah mata penjelasan Kejadian tersebut. Ada yang mengatakan bahwa kisah tersebut diadopsi dari legenda kuno yang berkembang di daerah Mesopotamia. Romo Iswadi, Pr membenarkan bahwa legenda kuno Mesopotamia tersebut memang benar adanya. Legenda kuno dan berbagai asumsi para ilmuwan tidak membuat Gereja mengambil suatu statement dan keberpihakan. Namun, apabila diyakini bahwa Gereja mengambil suatu kecenderungan pada suatu ajaran ilmiah, seperti Paus Fransiskus di hadapan Pontifical Academy of Sciences 27 Oktober 2014, yang secara implisit mengacu kepada Teori Evolusi Mikro.
Sebagai awam kita tentu akan diperhadapkan dengan konflik atau pertentangan antara apa yang diyakini dan ditulis serta dijadikan suatu kebenaran iman (Alkitab atau Kitab Suci Perjanjian Lama maupun Kitab Suci Perjanjian Baru) dengan berbagai hipotesis yang diungkap oleh para ilmuwan melalui berbagai metode ilmiah.Â
Lalu bagaimana upaya Gereja dalam hal ini umat beriman untuk mendamaikan kedua pernyataan yang bertentangan tersebut. Iswadi dalam bukunya ini berusaha menjelaskan suatu kisah yang diyakini sebagai sebuah kebenaran (benar-benar terjadi) yang ditulis dalam Kitab Suci, khususnya bagian Perjanjian Lama dengan berbagai pernyataan yang kontradiktif dan yang akhirnya sampai saat ini menjadi sebuah kontraversi populer.
 Di dalam Kitab Suci Perjanjian Lama (maupun dalam Al-Quran) tertulis kisah Abraham yang diperintah oleh Allah untuk mempersembahkan anaknya, yakni Ishak. Secara eksplisit, kita
 akan berpikir bahwa Allah Sang Pencipta itu menghendaki suatu pengurbanan nyawa manusia, ciptaanNya yang telah dipenuhi nafas kehidupanNya. Sekilas miris sekali peristiwa dan pikiran kita ini, apalagi yang diperintahkan Allah untuk dikurbankan itu adalah anak tunggal. Namun, janganlah kita lupakan atau abai dengan respon yang dilakukan Abraham saat mendengarkan perintah itu. Ia melakukan perintah Allah yang kita pandang janggal itu tanpa suatu penolakan alias banyak bertanya.Â
Apabila peristiwa itu terjadi di zaman sekarang, tentu kita akan juga berpikiran bahwa Abraham sedang terhipnosis oleh perintah Allah itu. Bagaimana tidak, misalnya saja ketika seorang bapak atau ibu mendapati anaknya sedang tergeletak kritis di rumah sakit, tentu tidak akan pernah merelakan kepergian anaknya itu (meninggal). Namun, di sisi lain, Alkitab membawa kita pada suatu fenomena yang mulai populer ditemui di zaman sekarang, yakni aborsi.
Buku ini direkomendasi bagi umat Kristiani pada khususnya serta semua umat beriman yang mempertanyakan segala hal yang termuat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan menjadi kontraversi. Buku ini menyatakan kepada kita berbagai kemungkinan Allah melakukan segala sesuatunya terhadap ciptaanNya. Dan kita akan melihat bahwa Allahpun pernah menyesal terhadap perbuatannya yang menunjukkan kemurkaan danm kecemburuan. Buku ini juga dapat membuat kita memahami pemahaman kita pribadi yang mungkin keliru dan bahkan bisa sesat. Sesungguhnya Allah itu Maha Cinta lagi Maha Cinta lagi Maha Damai, dan sekaligus Maha Pencemburu. Sebab sesungguhnya, kecemburuanNya timbul untuk mempertahankan namaNya yang kudus (bdk. Yeh. 39:25). -M. Giovanni Putra Gana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H