Mohon tunggu...
Mateus Hubertus Bheri
Mateus Hubertus Bheri Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Itu Seni

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu Dan Pilkada Ajang Perang Hoax Serta Isu SARA, Bukan Perang Ide Gagasan

7 Januari 2025   13:19 Diperbarui: 7 Januari 2025   13:19 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akhir-akhir ini ajang Pemilu dan Pemiihan bukan perang gagasan yang diutamakan. Melainkan perang isu hoax dan SARA yang di tonjolkan. Pesta rakyat ini juga menjadi ajang perang para buzzer. Jadi, siapa yang paling banyak buzzer untuk menyebarkan fitnah dan membela jagoannya, dialah kandidat yang di unggulkan.

Mao Zedong (1893-1976), politikus dari Tiongkok mengatakan "Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah". Pandangan Mao Zedong sangat kontekstual dengan fakta kekinian.

Suhu politik yang memanas jelang Pemilu dan pemilihan seakan - akan sedang terjadi perang. Perang antar para buzzer, perang perasaan, perang pencitraan,  perang influencer, perang isu hoax, dan perang gimmick politik. Semuanya di sajikan ke ruang publik.

Para buzzer memanfaatkan ruang publik, media sosial sebagai alat untuk menyerang lawan politik dengan berbagai informasi hoax. Bahkan lawan politik diserang dengan menggunakan isu SARA.

Semestinya Pemilu dan Pemilihan merupakan ruang untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, bukan malah sebaliknya ruang untuk menyebarkan kabar bohong dan SARA. Selain itu, Pemilu dan Pemilihan harus dijadikan sebagai ruang pertukaran ide dan pertarungan gagasan.

Hanya dengan cara demikian demokrasi kita makin berkualitas. Pemilu dan Pemilihan semakin bermartabat dan rakyat makin terdidik sehingga pada akhirnya ketika di bilik suara, rakyat tidak memilih pemimpin seperti kucing dalam karung, tanpa mengetahui rekam jejak, track record, visi misi dan program kerjanya disaat memimpin nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun