Berpolitik sesungguhnya kewajiban moral bagi setiap insan manusia. Tanpa disadari, dalam keseharian manusia sedang memainkan perannya sebagai manusia politik. Walaupun ia sendiri sebagai sutradaranya.
Kewajiban moral ini pulalah yang mewajibkan manusia untuk berani berpolitik. Berani mengambil peran di ruang publik sebagai manusia politik demi sebuah perubahan dan perbaikan bersama, semua buat semua, satu buat semua.
Berpolitik tidak mesti harus mendapat kekuasaan atau jabatan. Berpoitik juga tidak mesti harus mendapat pundi-pundi uang ataupun bantuan sosial. Berpolitik itu tidak mesti pula harus masuk di partai politik. Inti sari dari berpolitik adalah bonum commune (kesejahteraan umum)
Sebut saja, seorang guru agama setiap hari selalu ke sekolah untuk mengajarkan ilmu pengetahuan agama kepada peserta didiknya. Suka tidak suka, guru ini sedangkan memainkan perannya sebagai manusia politik, namun wilayah politik yang ia lakoni yang disebut Romo Mangun adalah politik moral.
Politk yang ingin mencerdaskan kehidupan anak-anak bangsa lewat pendidikan dan ilmu pengetahuan. Politik untuk memberantas buta huruf di indonesia. Itulah hakekat dari politik moral.Â
Mangsa Politik
Ada sebuah adagium, barang siapa yang buta politik akan menjadi mangsa politik. Barangkali segelintir orang bersikap apatis terhadap parnyataan di atas. Karena bagi mereka berbicara tentang politik itu sesuatu yang tabuh dan haram.Â
Keengganan orang untuk berpartisipasi dalam politik dilatarbelakangi oleh ulah para elit politik yang mempraktek politik diluar nilai etika dan moral. Politik dijadikan sebagai alat untuk memuaskan nafsu kekuasaan semata dan mengabaikan kesejahteraan umum.Â
Keengganan orang untuk berpolitik disebabkan pula oleh maraknya pratek korupsi yang dilakukan oleh pemimpin dan wakil rakyat yaang mendapat mandat dari rakyat. Namun, setelah kekuasaan di dapat mereka mengingkari kepercayaan yang diberikan oleh rakyat dengan melakukan praktek korupsi.Â
Fenomena inilah yang mengubah paradigma orang tentang politik. Pelabelan buruk tentang politik menciderai teori dan ilmu pengetahuan tentang politik. Anggapan orang bahwa politik itu busuk, jorok, dan tak berperikemanusian menjadi stigma di tengah lingkungan sosial masyarakat.Â
Kemudian, apabila ditanya, bagaimana mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa politik itu tidak seperti anggapan, busuk dan jorok?Â