Mentari pagi menampakkan sinarnya yang anggun, penghuni kamar disamping masjid pun turun kebawah tangga untuk memastikan dugan mereka soal tuyul yang bersiul itu.
Mereka turun berlahan, badan mereka gemetar takut dicekik tuyul yang bersiul.
Mau kemana? Kok jalan bergerombolan gitu? Suara Andi membuat kawan-kawannya kaget.
Ussst.. jangan ribut! Kami mau menangkap tuyul itu. Sahut salah seorang kawannya.
Andi pun melangkahkan kakinya pelan pelan mengikuti langkah kaki kawan-kawannya dari belakang.
Mereka menghampiri tangga itu berlahan lahan hingga jarak antara tangga dan mereka hanya tinggal satu meter.
Ayo kita sergap di?
Tunggu! Gintip aja dulu! Entar kalau uda pasti baru sergap.
Andi tidak berkomentar, ia hanya memperhatikan percakapan kawan-kawannya.
Ia baru mengingat sesuatu tentang apa yang sebenarnya terjadi di bawah tangga yang gelap itu 2 tahun lalu, tapi dia tidak menceritakan kepada kawan-kawannya. Dia tidak mau membuat kawan kawannya kaget dan lari ketakutan.
Andi meneteskan air mata, ia sangat merindukan pondok itu dan kawan kawannya.