foto by: Supriadi
Hujan rintik-rintik ditambah hembusan angin dingin menghempas badan kedua pemuda yang menghampiri musala itu.
Ayo, sebentar lagi azan." Adri memanggil sahabatnya Sadri, sambil mendorong pintu musholla itu.
Sambil menunggu waktu azan mereka duduk di sudut musala, seperti biasanya mereka selalu datang sebelum azan dikumandangkan.
Adri berdiri menuju sebuah lemari kaca yang berisi Ampli pengeras suara dan diatas lemari itu ada beberapa buku milik mereka, Ia mengambil sebuah buku yang berjudul (Masa Kejayaan Peradaban Islam Di Andalusia)Â
Sambil berjalan ke sudut tempat Sadri duduk bersandar di tembok musala itu, Adri menanyakan prihal buku yang ada di tangannya kepada sahabatnya itu.
Tokoh buku itu, yang disamping kampusku, aku membeli buku itu di tokoh itu." Sadri menjelaskan prihal bukunya.
Alaram jam digital di musala itu berdering menujukan waktunya untuk azan asar.
Adri." Setelah solat tinggal sebentar ya, kita bahas soal yang kemarin itu.Â
Sadri mengacungkan jempol, kemudian mereka berdua menuju tempat wudhu di samping kiri musala itu.
Kemudian kedua pemuda itu masuk ke musala, Adri bergegas menuju pengeras suara untuk azan.
Suara azan itu menyatuh dengan hujan rintik-rintik dan cahaya matahari yang samar-samar ditutup awan.
Dari jendela kaca musala itu terlihat beberapa jama'ah berjalan, walaupun perantau kedua pemudah itu akrab dengan orang-orang yang datang ke musala itu.
Setelah selesai melaksanakan solat ashar, semua jama'ah kembali ke rumahnya masing-masing, kecuali kedua pemuda itu yang kembali duduk bersandar di sudut musala.
Sadri." Bagai mana, besok jadi kumpul nga? Sambil melihat Adri yang lagi melamun memikirkan sesuatu.
Iya, jadi! Besok kita panggil semua teman-teman dan adik-adik, tapi spidol jangan lupa dibeli ya, mau ditulis pake apa hasil rapat kalau tidak ada spidol." Adri melihat ke arah papan tulis putih yang disandarkan di dekat mimbar musholla itu.
Jau sebelumnya kedua pemuda ini sudah berniat untuk membentuk organisasi remaja islam, mereka berharap pemuda dan pemudi di sekitar itu mau berpartisipasi.
Alhasil niat kedua pemuda itu mendapatkan respon yang sangat baik, Mereka mendirikan organisasi islam itu dengan dukungan serta segala kebutuhan teknis dibantu sama warga sekitar itu.
Organisasi remaja islam itu pun berdiri dan membuat berbagai macam kegiatan, diantaranya kegiatan peduli sosial.
Setelah sekian lama berjalan, dan meninggalkan banyak sekali kisah-kisah indah bersama organisasi itu, kedua pemuda itu memutuskan untuk pergi.
Tentu tidak mudah bagi sahabat-sahabatnya untuk melepas kepergian mereka.
Musala dan jejak-jejak langkah kedua pemuda itu adalah saksi betapa rindu itu sangatlah dalam.
Rintik-rintik hujan hari itu berubah menjadi tetesan air mata bagi mereka yang ditinggal pergi.
Buku sejarah Kemajuan Peradaban Islam Andalusia itu ditinggalkan kedua pemuda itu di atas lemari kaca sebagai pengobat rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H