Suara azan itu menyatuh dengan hujan rintik-rintik dan cahaya matahari yang samar-samar ditutup awan.
Dari jendela kaca musala itu terlihat beberapa jama'ah berjalan, walaupun perantau kedua pemudah itu akrab dengan orang-orang yang datang ke musala itu.
Setelah selesai melaksanakan solat ashar, semua jama'ah kembali ke rumahnya masing-masing, kecuali kedua pemuda itu yang kembali duduk bersandar di sudut musala.
Sadri." Bagai mana, besok jadi kumpul nga? Sambil melihat Adri yang lagi melamun memikirkan sesuatu.
Iya, jadi! Besok kita panggil semua teman-teman dan adik-adik, tapi spidol jangan lupa dibeli ya, mau ditulis pake apa hasil rapat kalau tidak ada spidol." Adri melihat ke arah papan tulis putih yang disandarkan di dekat mimbar musholla itu.
Jau sebelumnya kedua pemuda ini sudah berniat untuk membentuk organisasi remaja islam, mereka berharap pemuda dan pemudi di sekitar itu mau berpartisipasi.
Alhasil niat kedua pemuda itu mendapatkan respon yang sangat baik, Mereka mendirikan organisasi islam itu dengan dukungan serta segala kebutuhan teknis dibantu sama warga sekitar itu.
Organisasi remaja islam itu pun berdiri dan membuat berbagai macam kegiatan, diantaranya kegiatan peduli sosial.
Setelah sekian lama berjalan, dan meninggalkan banyak sekali kisah-kisah indah bersama organisasi itu, kedua pemuda itu memutuskan untuk pergi.
Tentu tidak mudah bagi sahabat-sahabatnya untuk melepas kepergian mereka.
Musala dan jejak-jejak langkah kedua pemuda itu adalah saksi betapa rindu itu sangatlah dalam.