Mohon tunggu...
Muhamad Supriadi
Muhamad Supriadi Mohon Tunggu... Guru - Aktif

The steps I have wanted to offer to the quality of my life and all those who love life

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jejak Langkah dan Musholla Itu

7 November 2019   08:46 Diperbarui: 7 November 2019   09:15 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara azan itu menyatuh dengan hujan rintik-rintik dan cahaya matahari yang samar-samar ditutup awan.

Dari jendela kaca musala itu terlihat beberapa jama'ah berjalan, walaupun perantau kedua pemudah itu akrab dengan orang-orang yang datang ke musala itu.

Setelah selesai melaksanakan solat ashar, semua jama'ah kembali ke rumahnya masing-masing, kecuali kedua pemuda itu yang kembali duduk bersandar di sudut musala.

Sadri." Bagai mana, besok jadi kumpul nga? Sambil melihat Adri yang lagi melamun memikirkan sesuatu.

Iya, jadi! Besok kita panggil semua teman-teman dan adik-adik, tapi spidol jangan lupa dibeli ya, mau ditulis pake apa hasil rapat kalau tidak ada spidol." Adri melihat ke arah papan tulis putih yang disandarkan di dekat mimbar musholla itu.

Jau sebelumnya kedua pemuda ini sudah berniat untuk membentuk organisasi remaja islam, mereka berharap pemuda dan pemudi di sekitar itu mau berpartisipasi.

Alhasil niat kedua pemuda itu mendapatkan respon yang sangat baik, Mereka mendirikan organisasi islam itu dengan dukungan serta segala kebutuhan teknis dibantu sama warga sekitar itu.

Organisasi remaja islam itu pun berdiri dan membuat berbagai macam kegiatan, diantaranya kegiatan peduli sosial.

Setelah sekian lama berjalan, dan meninggalkan banyak sekali kisah-kisah indah bersama organisasi itu, kedua pemuda itu memutuskan untuk pergi.

Tentu tidak mudah bagi sahabat-sahabatnya untuk melepas kepergian mereka.

Musala dan jejak-jejak langkah kedua pemuda itu adalah saksi betapa rindu itu sangatlah dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun