Mohon tunggu...
Sasan Permani
Sasan Permani Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang Fotografer biasa, yang senang menjalani kehidupan apa adanya, namun saya ingin berbagi dengan teman-teman disekitar dan teman-teman kecilku...

Selanjutnya

Tutup

Money

Dari Norway ke Cakung Sawah

18 Juni 2010   10:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

***

”Bau, Ikka!” ujarku saat melihat kotoran kambing di jalur yang kami lalui.
”Husssssttt....sudahlah. Kan sudah niat ke sini,” ujarnya sambil sedikit mendelik.

Selokan kering di sisi yang lain jadi pemandangan tersendiri. Sekumpulan ibu-ibu mengupas bawang. Lelaki yang mencuci motor di depan rumahnya. Semuanya masih tampak wajar saja.

”Masih jauh lagi?” tanyaku.
”Tuh! Lihat ke depan,” ujarnya.

Ah, tanpa kusadari dari tadi aku jalan sambil menunduk, menghindari kotoran kambing lekat di sepatuku.

Mataku menyapu gubuk-gubuk kumuh di depanku. Satu, dua, tiga, empat, masih banyak lagi di belakang sana.

Ada yang berukuran empat kali enam, atau hanya tiga kali dua meter. Tingginya tak lebih dari dua atau tiga meter. Mataku mengintip di dalamnya lewat pintu yang terbuka. Gelap. Dan mungkin pengap di dalamnya. Tanpa jendela.

Dindingnya dari sisa-sisa tripleks yang dipadu dengan terpal. Sisi-sisi lain ada yang ditambal dengan seng. Lantainya ada yang bersemen lalu ditutup dengan karpet plastik tipis. Tapi ada pula yang langsung terpapar tanah. Pintunya paling mewah dari tripleks, tetapi ada pula yang hanya ditutup dengan kain seadanya.

”Ini rumah Ibu Yunita. Di belakang rumah ini, kita bangun tempat untuk belajar bersama. Ibu Yunita yang pinjami tempat ini,” ujar Ikka. Rumah ini terasa lebih nyaman dari rumah lain.

Lieur aku rasanya. Pusing melihat ke sekeliling.
”Di sini mereka tinggal? Ini masih wilayah Jakarta? Siapa yang punya tanah? Sejak kapan?” aku nerocos tanya ke Ikka.

”Satu-satu. Nanti aku jelasin. Ketemu dulu sama anak-anak yuk. Sudah ditunggu dari tadi,” ujarnya sambil menggeret tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun