Setelah menaruh barang, kami berjalan-jalan melintasi persawahan di sekitar resort. Lalu masuk ke hutan pinus, keluar di Hutan bambu, masuk ke perkebunan dan tempat penyadapan Nira dan kemudian melewati desa Rembang.
Di desa Rembang, kami melihat pembuatan Gula Aren di rumah seorang warga. Aku sempat mencicipi segarnya air nira, atau pango dalam bahasa Gayonya.
Suasana desa Rembang ini, sangat khas pedesaan Jawa. Di setiap rumah warga memelihara kambing sebagai tabungan. Rumah-rumah mereka juga sangat sederhana, sebagian hanya berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu. Tapi meski sangat sederhana, penduduknya sangat ramah, hampir tiap rumah yang kami lewati mengajak kami mampir. Lalu kami mampir di sebuah rumah, kami disuguhi beragam buah-buahan, mulai dari Nangka, rambutan sampai durian.
Suasana di desa Rembang
Menjelang sore kami kembali ke penginapan, makan malam dan langsung tidur, karena besok pagi jam 5 kami sudah harus berangkat ke kawah Ijen. Kami harus berangkat pagi-pagi sekali karena kalau naik terlalu siang, Ijen sering berkabut sehingga kita tidak bisa melihat kawahnya.
*Penulis adalah putri Gayo asal Kute Rayang, Isak, kelahiran Desember 2004
Bersambung ke Bagian II
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H