Pada masa pandemik black death (maut hitam) contohnya, ketika wabah penyakit ini melanda Eropa lalu menyebar ke belahan dunia lainnya. Pembawa wabah ini ialah bakteri dalam kutu di badan tikus yang pindah ke tubuh manusia.
Manusia pada waktu itu, banyak kalah dalam pertarungan karena mereka bahkan tidak mengenal siapa musuh mereka. Mereka baru mengenal apa itu bakteri, virus dan infeksi, sekitar 300 tahun setelah Black Death berakhir. Bahkan, manusia baru menemukan antibiotik pada abad ke-20.
Yuval menekankan pada Ilmu pengetahuan, yang merupakan satu-satunya solusi bagi pandemik dan segala ancaman infeksi. Lebih dari itu, sesungguhnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan akan menjadi penawar, dan segala bentuk informasi tersebar secara merata.
Jika akses informasi saja susah kita dapati, kita akan kesusahan akan memahami musuh yang sedang kita hadapi, sehingga membahayakan kita. Dengan adanya keterbukaan informasi dapat dijadikan sebagai akses terhadap pengetahuan masyarakat perihal kesehatan dasar, tentu juga diharapkan agar masyarakat dapat mengurangi penyebaran informasi yang bias, di ruang publik dan media sosial.
Melihat penanganan pemerintah Indonesia dalam menekan angka kematian dan penyebaran virus corona ini, dengan penerapan sistem sosial distancing serta pemeriksaan massal atau skrining massal, patut kita dukung dan optimis bahwa bersama pemerintah kita bisa melewati masa kritis dari virus Corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H