Bahkan lebih jauh dia menjelaskan jika tidak didukung dengan sistem yang baik, bisa-bisa terjadi rush terhadap bahan kebutuhan pokok, dimana penjual akan kehabisan stok barang akhirnya bisa muncul masalah baru, seperti penjarahan.
Dibeberapa negara maju, seperti Italia, kebijakan lockdown sangat berjalan efektif, sebab ketersedian pasokan makanan dan akomodasi lainnya dijamin pemerintah. Sehingga Italia dapat menekan penyebaran virus corona di beberapa wilayahnya.
Kondisi masyarakat Italia pun juga patuh pada aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah, sehingga lockdown bisa berjalan dengan baik.
Berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia, penerapan aturan sosial distancing saja masih belum berjalan dengan seharusnya, karena adanya sikap pembangkangan dikalangan masyarakat dalam menjalankan aturan, tidak hanya masyarakat, ketersediaan alat pun juga salah satu menghambat pencegahan.
Pembangkangan terjadi karena dinilai akan memutuskan pendapatan masyarakat, banyaknya masyarakat yang hidup digaris kemiskinan, membuat penerapan sosial distancing juga sulit diterapkan dengan baik, lalu bagaiman dengan penutupan semua akses, seperti lockdown ?
Berbeda dengan Korea Selatan, meski tanpa menerapkan lockdown, hanya sosial distancing, aksi preventif pemerintah Korsel terbukti ampuh dalam menekan laju penyebaran Covid-19, dan mampu melewati masa kritis.
Sejak kasus pertama diumumkan pada 20 Januari silam, pemerintah Korea Selatan kerap mengumumkan angka kesembuhan lebih sering dibandingkan angka kasus infeksi baru.
Korea Selatan menerapkan sistem drive-thru-clinics, walau masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa, tenaga medis siap melaksanakan tes massal hingga belasan ribu dalam sehari.
Dalam satu hari, sekitar 15 ribu warganya dites, sehingga meminimalisir penularan baik masih berupa gejala ringan apalagi gejala berat. Layanan drive-thru-clinics ini juga dapat mengurangi beban rumah sakit dan mengurangi risiko kesehatan petugas medis.
Korsel juga melakukan penulusuran pasien yang terjangkit dengan mengakses data individu, termasuk data CCTV, GPS tracking dari gawai dan mobil, rekaman kartu kredit, hingga informasi dari imigrasi.
Terdapat pula kamera pengecek suhu di tiap pintu masuk gedung dan petugas berpakaian pelindung di tempat umum untuk mengingatkan warga agar mencuci tangan mereka.