Hampir tiga minggu saya tidak lari pagi. Badan terasa pegal akibat jarang berjalan. Akhirnya pada sabtu pagi saya bertekad untuk balas dendam menggantikan jumlah kilometer yang tertunda.
Jarak tempuh 10 kilometer sudah beberapa kali terlampaui. Timbul keinginan untuk lari lebih jauh. Namun, disisi lain saya khawatir jika tidak mampu menuntaskan lari.Â
Satu jam 10 menit berlalu, smartwatch memberi notifikasi jarak 10 kilometer. Saya lari di pace 6 agar detak jantung (HR) tidak terlalu tinggi.Â
Sebelumnya saya pernah mencoba lari pola MAF, tapi sayangnya tidak konsisten. Heart rate yang sudah lumayan stabil kembali amburadul.Â
Dengan pertimbangan menghindari cidera kaki, saya melanjutkan jalan kaki sejauh 5 kilometer sambil sesekali berlari. Menjaga detak jantung seimbang tidak mudah jika lari tidak konsisten.Â
Ada beberapa zona lari yang harus dipahami untuk mendapatkan manfaat lari. Zona 2 masuk katagori zona aman untuk berlari dengan detak jantung rendah.Â
Lari pada zona 1 bisa dilakukan dengan kecepatan rendah. Rumusnya yaitu menjaga detak jantung 50-60 % dari detak jantung maksimal. Joging masuk pada zona ini.Â
Nah, untuk mendapatkan manfaat bagi jantung, zona 2 dipecaya lebih baik. Di zona ini lari masuk katagori sedang dengan HR 60-70% dari detak jantung maksimal.
Detak jantung maksimal setiap orang berbeda-beda ditinjau dari segi umur dan kelamin. Rumusnya adalah 220 dikurang usia. Misalnya umur anda 35, maka 220-25 = 195
Dengan memakai smartwatch, zona lari mudah terpantau. Intinya tidak keluar dari detak jantung maksimal untuk menghindari resiko heart attack atau serangan jantung tiba-tiba.Â