J.k. Rowling sejak awal memiliki firasat jika Harry Potter dan Hogwarts bakal menjadi karya fenomenal. Apakah ia langsung menulisnya? tidak!Â
Ide dan gagasan bisa muncul kapan saja disaat yang tidak terbayangkan. Jika kita tidak langsung mencatatnya, sebaik apapun ide akan hilang tanpa bekas.Â
Dee Lestari, seorang penulis ternama Indonesia, butuh waktu 10 tahun untuk menghasilkan karya terbaik. Sebuah ide yang datang hari ini sangat mungkin menjadi karya besar beberapa tahun kemudian.Â
Intinya, mulailah mencatat ide-ide yang muncul. Kemudian rencanakan waktu khusus untuk menulisnya. Jangan berhenti menulis hanya karena sebuah ide.Â
Fokus dan konsisten menulis pada satu topik. Perbanyak membaca dan dalami satu topik sampai benar-benar menguasainya.
JK Rowling menulis novel pertama di umur 11 tahun. Itu tidak langsung membuatnya terkenal. Saat kuliah di universitas Exeter, ia bahkan seorang kutu buku.Â
Baru pada tahun 1990 cikal bakal buku Harry Potter lahir dari sebuah ide ketika duduk di kereta api yang sedang tertunda. Butuh waktu lima tahun bagi JK Rowling untuk memetakan Harry Potter.Â
Saat pindah ke Portugal untuk mengajar bahasa Inggris, JK Rowling membawa serta catatan tentang ide yang sudah ditulis. Â Tahun 1993, ia kembali ke Inggris untuk mengajar di Edinburg.Â
Waktu luang selalu dihabiskan untuk menggarap ide yang sudah dipetakan. Sampai akhirnya tiga karya pertamanya dikirim ke penerbit dan mencapai puncak penjualan di tahun 1998.Â
Warner Bros lantas menjadikan Harry Potter dalam bentuk visual berupa sebuah filem. Siapa sangka, sebuah ide yang muncul saat menunggu kereta api membuatnya terkenal menjadi seorang penulis terkaya.
Satu pelajaran berharga agar tidak menelantarkan ide yang datang walau di waktu yang tidak tepat.
Menulislah, walau ide itu terdengar buruk. Menulislah, walau kita membutuhkan waktu lebih banyak. Menulislah, walau kita harus menundanya beberapa hari.