Pun demikian, kata "disconnected" malah memperburuk kalimat karena tidak relevan untuk memaknai kata "terputus" dalam kata bahasa Indonesia yang sebenarnya.
Disini terlihat jika yang menerjemahkan bukanlah orang yang memahami bahasa Inggris dengan baik. Selain itu, kesalahan terjemahan juga bersinggungan dengan pemilihan frasa tidak tepat sesuai makna asli dalam bahasa pertama.
Frasa 'menjadi lautan' diterjemahkan serampangan menjadi 'become an ocean'. Ah, ini terjemahan ngawur jadinya. Masak jalan aspal dialihbahasakan menjadi lautan.Â
Kata "become" dalam bahasa Inggris tidak serta merta boleh dimaknai sebagai "menjadi" dalam bahasa Indonesia. Dalam konteks kalimat di gambar, maksud terjemahan adalah jalanan yang kini berubah menjadi pinggiran laut.
Untuk itu, frasa yang relevan dengan bahasa aslinya adalah "now covered by the ocean". Kenapa? karena memang realita pada gambar menunjukkan sebagian jalanan yang sudah tertutupi air lain.Â
Kalau diterjemahkan 'become an ocean' malah lucu kedengarannya. Kan tidak mungkin jalanan berubah menjadi lautan. Kecuali pakai ilmu sihir. Hehe.
Tulisan ini bukan untuk mengkritisi, tapi lebih kepada memberi masukan akan hasil terjemahan yang belum tepat. Khususnya di area publik, hendaknya hasil terjemahan benar-benar diperhatikan sebelum dipajang ke publik.Â
Pemerintah daerah, melalui unsur terkait seperti lembaga bahasa, perlu meninjau ulang hasil terjemahan gambar atau dokumen di area publik. Jika perlu, lakukan pengecekan dengan melibatkan ahli bahasa Inggris.
Kesalahan terjemahan tidak boleh disepelekan dan dianggap biasa. Bagaimana peran pemerintah dalam hal menggaet pengunjung asing jika hasil terjemahan saja masih salah.
Jangan sampai turis asing malah tambah pusing ketika membaca teks bahasa Inggris. Semoga pihak terkait mengambil sikap dan membetulkan kesalahan yang sudah bertahun dipertontonkan ke publik.Â
Ya, semoga saja!