Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Desa Penakluk Benua Eropa

21 Oktober 2024   15:28 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit begitu cerah saat Riki berusaha mengangkat dua karung padi melewati pematang sawah. Sudah tiga hari ia dan ibunya berada di sawah yang berjarak 100 meter dari rumah mereka. 

Hasil panen padi kali ini tidak seperti harapan, cuaca panas membuat kualitas padi menurun. Setidaknya, hasil panen kali ini hanya cukup untuk makan selama sebulan. 

Semenjak ditinggal sang ayah, Riki memutuskan untuk menetap di kampung guna menemani ibunya. Kepergian ayah Riki memang mendadak dan meninggalkan perih mendalam bagi keluarganya.

Sebenarnya, Riki sudah mendapatkan tawaran untuk kuliah di beberapa kampus di kota. Ia anak yang rajin dan berprestasi di sekolah. 

Sebagai anak tunggal, Riki terpaksa menjadi tulang punggung keluarga untuk menutupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Riki terlahir dalam keluarga yang sangat sederhana. 

Ia sudah terbiasa berjalan kaki dengan jarak 15 kilometer setiap hari untuk menempuh sekolah di desa seberang. Sebuah jembatam gantung kerap dilaluinya ketika menyebrangi sebuah sungai yang memisahkan desanya. 

Saat Ayah Riki masih hidup, semua keperluan keluarga tertutupi. Kini Riki harus menggantikan tugas sang ayah menanam padi di sepetak sawah warisan kakek. 

Untuk menambah penghasilan, Riki juga mencoba belajar menjadi montir di sebuah bengkel di kampung sebelah. Uang yang diterima juga tidak menentu. kadang hanya 30 ribu per hari, itupun jika ada motor warga yang rusak.

Niatnya untuk melanjutkan kuliah begitu besar. Ibunya tidak melarang Riki, tapi ia tidak ingin meninggalkan ibunya sendiri di kampung. Padahal, dengan tawaran beasiswa S1 dari beberapa kampus yang pernah dilamarnya, Riki tidak perlu khawatir untuk biaya pendidikan.

Suatu hari, sebuah surat tiba di rumahnya. Tepat di bagian depan Amplop coklat terpampang jelas sebuah tulisan dalam bahasa Inggris dengan logo kampus tersohor. 

Sebulan yang lalu, Riki pernah mengikuti tes secara online dan berhasil masuk ke tahap akhir tes wawancara sebuah kampus bernama Linkping University asal Swedia.

Wajah Riki berubah seketika saat membuka amplop coklat tersebut. Sebuah kalimat pembuka "Congratulations! a final selection for university scholarship has been finalised. We would like to offer you a place for our upcoming semester".

Surat penerimaan dari kampus Linkping membawa angin segar bagi Riki. Linkping adalah salah satu kampus keenam di Swedia. Lebih dari 40 ribu mahasiswa terdaftar disini. Lokasinya terletak di bagian selatan Swedia dengan populasi sekitar 167 ribu jiwa. 

Selama sekolah, Riki fokus belajar bahasa Inggris dan rajin membaca buku tentang negara Eropa. Swedia adalah negara yang paling disukainya. Riki bahkan menghafal nama-nama kampus di Swedia sejak kelas dua SMA.

Tak disangka, sebuah kampus ternama bersedia menerima Riki dan menanggung biaya kuliah sampai selesai. Riki langsung menemui ibunya untuk menyampaikan kabar gembira ini.  

"pergilah gapai mimpimu, nak" ucap sang ibu sambil memeluk Riki. 

Tak kuasa menahan air mata, Riki kehabisan kata-kata dalam pelukan ibu. Batinnya seakan ingin memberontak, tak sanggup jika harus meninggalkan orangtuanya sendiri di kampung halaman.

Namun, mimpi untuk kuliah di Swedia sulit ditepis. Perasaaan haru dan sedih bercampur disaat yang sama. Ia harus memberi jawaban segera. Waktu mengurus Visa hanya satu bulan sebelum perkuliahan dimulai pada musim gugur.

Dengan segala pertimbangan dan dukungan guru-guru di kampung, Riki membalas email kampus dan segera melengkapi berkas untuk pengurusan keberangkatan.

Warga desa pun begitu bahagia mendengar kabar baik itu. Satu-satunya warga desa yang mampu menaklukkan kampus Swedia. Ratusan warga desa berinisitif mengumpulkan uang ala kadarnya. Sebagian menjual padi hasil panen untuk membantu biaya keberangkatan Riki. 

Ibu Riki seakan sulit percaya. Anak semata wayang akan segera terbang ke Swedia untuk merantau. Sepetak sawah digadaikan untuk menutupi biaya tiket pesawat ke Eropa. 

Riki sebenarnya menolak rencana ibu menggadaikan sawah, namun mereka tidak punya pilihan. Uang hasil pemberian warga juga belum mencukupi biaya tiket ke Swedia. 

"Riki berjanji untuk mengembalikan uang ibu segera" ucap Riki pada ibunya saat mempersiapkan dokumen yang akan dibawa esok hari ke kedutaan besar Swedia.

Setelah menunggu dua minggu, visa ke Swedia dikabulkan oleh kedutaan besar di Jakarta. Artinya, tersisa waktu dua minggu untuk mempersiapkan keberangkatan ke kampus. Riki masih tetap membantu di bengkel untuk mengumpulkan uang buat ibu.

Beasiswa yang bakal diterima Riki lumayan besar. Ia sudah merencanakan untuk menabung sebagiannya. Setiap bulan Riki akan mengirimkan ke ibu untuk biaya hidup selama ia di Swedia. 

Waktu keberangkatan tiba! beberapa warga mengantar Riki ke bandara. Ibu Riki berada di depan barisan memegang tangan anaknya sejak dari rumah.

Riki menatap pesawat dari kejauhan. Burung besi akan membawanya ke daratan Eropa. Empat tahun bukan waktu singkat meninggalkan seorang ibu. 

Dari dalam kabin pesawat, Riki menyaksikan keindahan desa tempat ia dilahirkan. Burung besi telah berada di atas awan membawa Riki jauh ke benua seberang. Dalam hati, Riki berjanji suatu saat akan kembali pulang membahagiakan ibunda tercinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun