Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Desa Penakluk Benua Eropa

21 Oktober 2024   15:28 Diperbarui: 21 Oktober 2024   15:53 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riki sebenarnya menolak rencana ibu menggadaikan sawah, namun mereka tidak punya pilihan. Uang hasil pemberian warga juga belum mencukupi biaya tiket ke Swedia. 

"Riki berjanji untuk mengembalikan uang ibu segera" ucap Riki pada ibunya saat mempersiapkan dokumen yang akan dibawa esok hari ke kedutaan besar Swedia.

Setelah menunggu dua minggu, visa ke Swedia dikabulkan oleh kedutaan besar di Jakarta. Artinya, tersisa waktu dua minggu untuk mempersiapkan keberangkatan ke kampus. Riki masih tetap membantu di bengkel untuk mengumpulkan uang buat ibu.

Beasiswa yang bakal diterima Riki lumayan besar. Ia sudah merencanakan untuk menabung sebagiannya. Setiap bulan Riki akan mengirimkan ke ibu untuk biaya hidup selama ia di Swedia. 

Waktu keberangkatan tiba! beberapa warga mengantar Riki ke bandara. Ibu Riki berada di depan barisan memegang tangan anaknya sejak dari rumah.

Riki menatap pesawat dari kejauhan. Burung besi akan membawanya ke daratan Eropa. Empat tahun bukan waktu singkat meninggalkan seorang ibu. 

Dari dalam kabin pesawat, Riki menyaksikan keindahan desa tempat ia dilahirkan. Burung besi telah berada di atas awan membawa Riki jauh ke benua seberang. Dalam hati, Riki berjanji suatu saat akan kembali pulang membahagiakan ibunda tercinta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun