Contohnya, kata change dan replace identik memiliki makna sama. Meskipun demikian, kedua kata ini beda secara konteks. Perhatikan makna keduanya dalam bahasa Inggris:
Change memiliki makna merubah atau membuat sesuatu berbeda, sedangkan replace memiliki makna menggantikan sesuatu.Â
Kendati demikian, kata change juga memiliki variasi makna lainnya, seperti  menukar posisi tempat duduk. Contohnya: They changed with each other. Dalam konteks kalimat ini, pilihan kata yang tepat adalah menukar tempat.Â
Change juga berarti uang kembalian. Jadi, terdapat banyak makna dengan konteks berbeda untuk satu kata dalam bahasa Inggris. Untuk itu, penerjemah yang tidak memahami konteks bisa salah menerjemahkan.
Nah, disinilah peran proofreader yang bertugas menyocokkan kata dan artinya. Seorang proofreader juga mesti menguasai kedua bahasa (Inggris dan Indonesia) dengan baik. Bukan sekedar bisa berbicara atau membaca, namun juga mengerti sisi budaya dari kedua bahasa ini.
Seringkali, saya menemukan buku cerita anak yang diterjemahkan asal-asalan. Hal ini mudah terlihat dari struktur kata yang amburadul, pemilihan kata tidak tepat, dan posisi kalimat yang salah.
Bukankah ini sebuah aib?
Lantas, kenapa penerbit meloloskan buku dengan kualitas terjemahan yang buruk?Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI