Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi sebuah pustaka mini di pinggiran kota. Saya membawa anak untuk meminjam beberapa buku cerita. Setelah selesai memilih empat buku, kami segera pulang.
Sesampainya di rumah, saya mulai melirik salah satu buku dengan tema hewan. Sekilas buku ini terlihat menarik dan sangat bagus alur ceritanya. Namun, ketika melihat terjemahan bahasa Inggrisnya, saya sedikit kesetrum.
Ini bukan tanpa alasan. Ada beberapa poin yang menurut saya tidak masuk akal. Buku ini ditulis oleh beberapa penulis dan terdapat beberapa seri lain. Sulit dibenarkan jika penulis atau pihak penerjemah tidak mengecek keabsahan terjemahan versi Inggris.
Kualitas terjemahan bahasa Inggris masuk katagori buruk. Terjemahannya terkesan tidak mengindahkan aturan tata bahasa dan beberapa pemilihan kata tidak sesuai. Pun demikian, konteks kalimat terjemahan terkadang lari dari kaedah arti sebenarnya.
Apakah pihak penerbit tidak serius mengeceknya atau mengabaikan bahasa Inggris?
Kualitas terjemahan yang buruk juga kerapkali saya temukan di beberapa buku anak tipe berbeda. Hanya buku beberapa terbitan penerbit ternama yang kualitas terjemahannya terjamin.
Peran ProofreadÂ
Kenapa banyak buku yang masih mempublikasi terjemahan dengan kualitas buruk?
Dari banyak buku yang saya temukan dengan kualitas terjemahan rendah, kemungkinan ada dua penyebabnya. Pertama, si penulis tidak menguasai bahasa Inggris dengan benar atau mereka yang dipercayakan untuk menerjemahkan teks buku.
Kedua, pihak penerbit abai akan kualitas terjemahan dari buku yang diterbitkan. Tidak semua penulis yang menguasai bahasa Inggris memahami konteks terjemahan secara tepat.Â
Menerjemahkan sebuah kalimat dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris sebaiknya melewati proses proofread. Kenapa ini dianggap penting?Â
Dalam bahasa Inggris, pemakaian kosakata mesti disesuaikan dengan konteks kalimat. Sesuatu yang layak dalam bahasa Indonesia, belum tentu pas dalam kosakata bahasa Inggris.Â
Contohnya, kata change dan replace identik memiliki makna sama. Meskipun demikian, kedua kata ini beda secara konteks. Perhatikan makna keduanya dalam bahasa Inggris:
Change memiliki makna merubah atau membuat sesuatu berbeda, sedangkan replace memiliki makna menggantikan sesuatu.Â
Kendati demikian, kata change juga memiliki variasi makna lainnya, seperti  menukar posisi tempat duduk. Contohnya: They changed with each other. Dalam konteks kalimat ini, pilihan kata yang tepat adalah menukar tempat.Â
Change juga berarti uang kembalian. Jadi, terdapat banyak makna dengan konteks berbeda untuk satu kata dalam bahasa Inggris. Untuk itu, penerjemah yang tidak memahami konteks bisa salah menerjemahkan.
Nah, disinilah peran proofreader yang bertugas menyocokkan kata dan artinya. Seorang proofreader juga mesti menguasai kedua bahasa (Inggris dan Indonesia) dengan baik. Bukan sekedar bisa berbicara atau membaca, namun juga mengerti sisi budaya dari kedua bahasa ini.
Seringkali, saya menemukan buku cerita anak yang diterjemahkan asal-asalan. Hal ini mudah terlihat dari struktur kata yang amburadul, pemilihan kata tidak tepat, dan posisi kalimat yang salah.
Bukankah ini sebuah aib?
Lantas, kenapa penerbit meloloskan buku dengan kualitas terjemahan yang buruk?Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI