Sekilas, ia memastikan bahan ajar yang saya berikan dan mulai memasukkan ke mesin fotokopi. Lumayan cepat geraknya dan sigap untuk memastikan lembaran terkopi dengan jelas.Â
Sambil menunggu kopian modul, saya membuka fitur kalkulator di smartphone dan mulai memencet angka. Saya memberinya satu modul berjumlah empat lembar. Timbal balik jadinya dua lembar.
Sebagaimana informasi awal, per lembar adalah Rp.500. Jadi, hitungan sederhananya Rp.1000 per dua lembar. Nah, saya minta dikopikan 15 rangkap. 1000 x 15 =Rp.15.000.
Lalu, saya menyerahkan satu modul ajar lagi kepadanya. Kali ini jumlahnya enam lembar untuk dijadikan tiga lembar timbal balik untuk tiga rangkap. Beberapa saat kertas masuk ke mesin, terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan.
Pemuda ini mulai terlihat membetulkan mesin yang tidak sedang baik-baik saj. Beberapa kertas tersendat di dalam mesin fotokopi, sehingga beberapa kali ia terlihat membuka mesin untuk menarik kertas di dalam.
Saya memperhatikan apa yang sedang terjadi dan mengkalkulasi waktu yang dibutuhkan. Jam mendekati angka 8:00. Artinya, saya segera harus tancap gas ke ruang kelas.Â
Beberapa kali pemuda ini membentulkan posisi kertas, sayangnya mesin masih tetap berulah. Kalau saya harus menunggu, kemungkinan besar akan telat ke ruang kelas.Â
Akhirnya, seseorang datang menghampiri untuk membantu membetulkan mesin. Hasilnya sama saja, lima menit berlalu kertas masih merengek di dalam mesin.
"cukup itu aja, dek. Saya harus mengajar segera. coba buatkan kwitansi ya" ucap saya cepat.
"baik, bang" jawabnyaÂ
Sebenarnya saya sudah dari awal menghitungnya. Rp. 19.500 untuk 39 lembar modul ajar yang sudah saya serahkan. Namun, angka yang tertera di kwitansi adalah Rp.28.000.